Kongres Luar Biaasa (KLB)
PSSI hari ini (17/3) akhirnya jadi juga dilangsungkan. Agenda penyatuan liga
(dan timnas), revisi statuta dan pengembalian Exco yang semula dipecat berhasil
dilaksanakan. Hasil keputusan penting juga hadir berupa pembubaran KPSI dan
pengangkatan La Nyalla Mattalitti sebagai Wakil Ketua Umum PSSI. Anggota Exco
juga ditambah dari 11 menjadi 15 orang.
Rekonsiliasi Sepak Bola Indonesia
Lalu apakah masalah benang
kusut yang membuat sepak bola Indonesia mundur beberapa langkah dalam dua tahun
terakhir ini lantas terurai? Belum tentu.
Publik sudah terbiasa
dikibasi angin surga, mulai dari MoU di Kuala Lumpur dan lain-lainnya. Ketika
headline media cetak maupun online memberitakan kabar baik, mereka lalu seperti
harus merevisi berita sebelumnya karena rekonsiliasi selalu urung terjadi.
Pihak-pihak yang bertikai masih saja bermuka dua dimana mereka terlihat tidak ada masalah namun sebenarnya masih ingin saling menyingkirkan. Megalomania kekuasaan memang lebih banyak dipertontonkan ketimbang keinginan memperbaiki sepak bola. Praktis selama dua tahun di kepemimpinan Djohar Arifin ini, PSSI benar-benar jalan ditempat, atau bahkan mundur. Mereka sibuk mengurusi konflik level atas ketimbang membenahi sepak bola dengan benar.
Apa kabar program Akademi
Nusantara? Apa kabar kompetisi yang baik? Apa kabar pengelolaan klub secara
profesional jika keterlambatan pembayaran gaji pemain masih sering kita dengar.
Kekhawatiran kembali timbul
karena yang memang kembali mengisi struktur organisasi PSSI hasil KLB hari ini
adalah “orang-orang lama”. Indikasi ini makin terlihat ketika tiba-tiba
terbersit kabar Jecksen F. Tiago bersama Rahmad Darmawan akan menukangi timnas,
padahal selama ini timnas mengikuti training camp dibawah asuhan Luis Manuel
Blanco.
Jika memang hal ini benar
terjadi, sungguh situasi yang sangat runyam. Bagaimana bisa federasi sepak bola
melakukan pergantian pelatih semudah kita mengganti menu pesanan makanan di
restoran? Kesan politis kembali jelas tertangkap. Kursi pelatih adalah “mainan”
dari para petinggi, sesuatu yang dengan gampangnya diangkat dan dilengserkan
seperti layaknya yang Maurizio Zamparini lakukan kepada Palermo. Bedanya
tindakan Zamparini tidak ada unsur politis.
Ini seperti dejavu ketika
Alfred Riedl didepak setelah terbentuknya kepengurusan baru PSSI. Siapapun
pengurus yang berkuasa seolah ingin “membersihkan” rezim sebelumnya tanpa
melihat kompetensi yang dimiliki atau prestasi yang telah ditorehkan. Semangat berkelompok
lebih kuat daripada semangat memperbaiki yang ada.
Politik dan sepak bola
Melihat fenomena ini, saya
jadi teringat apa yang biasa terjadi mengenai cerita penggulingan sebuah tirani
di benua Afrika. Mereka yang reformis dan revolusioner itu awalnya berjuang
demi kepentingan rakyat, berjuang menggulingkan pemerintahan yang korup. Namun apa
yang terjadi setelah mereka berhasil menggulingkan penguasa? Mereka mendirikan
lagi tirani baru, dan mereka juga melakukan hal yang tidak berbeda dari
penguasa lama.
Sudah bukan rahasia lagi
jika sepak bola adalah kendaraan yang cepat untuk melicinkan jalan menuju
kekuasaan. Okelah memang sulit menilai siapa benar dan siapa salah jika sudah
berbicara politik. Tapi setidaknya pemimpin harus punya visi dalam memajukan
apa yang dipimpinnya. Lihatlah Berlusconi atau keluarga Agnelli. Betapapun bejatnya
kelakuan mereka, tapi mereka berhasil memajukan Milan dan Juventus, membuat
kedua tim berprestasi dan terkenal hingga seluruh penjuru dunia. Mereka punya
visi. Jangan lupakan pula peran junta militer Argentina terhadap kemenangan
mereka di Piala Dunia 1978. Mereka memang mengambil banyak, tapi mereka juga
memberi sebanyak yang mereka ambil.
Publik hanya peduli hasil
di lapangan, seharusnya mereka tahu itu. Betapapun bejatnya kelakuan mereka,
jika hasilnya sepak bola bisa maju, tidak ada yang peduli, mereka bahkan bisa
dicap sebagai pahlawan, bukannya seorang despot rendahan yang hanya
mengambil manfaat tanpa memberikan timbal balik berupa prestasi. Urusan moral,
itu terlalu jauh untuk dipikirkan, yang penting adalah bagaimana mereka membuat
sistem pembinaan yang baik alih-alih berebut menjadi penyelenggara kompetisi
yang memang menghasilkan uang banyak.
Menilai Ketulusan Pengurus Lewat Pembinaan
dan Kompetisi
Memang tidak ada istilah
ketulusan dalam organisasi, atau (lagi-lagi) politik. Saya sendiri sudah
bingung apa istilah yang tepat untuk ini. Namun jika ingin menilai apakah para
pengurus yang sudah disahkan lewat KLB ini bekerja dengan benar untuk memajukan
sepak bola, gampang saja, lihat saja bagaimana mereka melakukan pembinaan.
Penyatuan kompetisi memang
menjadi agenda KLB, memperlihatkan betapa besarnya kepentingan banyak pihak
akan kompetisi sepak bola yang memang semarak dan menjanjikan dari sisi bisnis
ini. Mereka serius sekali merancang kompetisi karena arogansi sekaligus blunder
pengurus Djohar Arifin dua tahun lalu yang membuat situasi kusut adalah
penyelenggaraan kompetisi yang berantakan, juga proses penyatuan klub LPI dan
LSI saat itu yang malah mengakibatkan klub ter-kloning.
Untuk kedepannya, meski
format 18+4 (18 anggota ISL + 4 anggota IPL) sudah disepakati untuk kompetisi
baru yang akan berlangsung tahun 2014 mendatang, namun standarisasi perlu
dikedepankan. Persyaratan klub yang boleh mengikuti kompetisi yang telah
ditetapkan oleh AFC mutlak diberlakukan. Jangan ada lagi klub yang berkompetisi
dengan persiapan dan pendanaan seadanya, yang berujung terlambatnya pembayaran
gaji pemain.
Dalam proses standarisasi
ini, bisa jadi timbul polemik baru. Entah bagaimana nanti pengaturannya, namun
boleh jadi nantinya komposisi 18+4 itu tidak benar-benar terpakai, sehingga
timbul konflik laten yang kembali membuat benang kembali kusut. Semoga saya
salah.
Seperti yang sudah banyak
ditulis oleh para pemerhati sepak bola nasional, pembinaan pemain muda memang
harga mati. Lihatlah bagaimana saingan terdekat seperti Singapura, Malaysia,
Thailand bahkan Brunei yang meninggalkan kita dalam hal krusial ini. Perbaikan sistem
pembinaan akan menjamin ketersediaan pemain yang siap pakai di kompetisi, dan
tim nasional sebagai pengguna akhir pemain-pemain itu akan mendapatkan stok
pemain berkualitas yang melimpah.
Semoga saja.
No comments:
Post a Comment