Pages

Monday, March 4, 2013

Serginho Van Dijk, Membingkai Minggu Sore yang Sempurna

Photo by bola.net


Saya termasuk jarang menyaksikan pertandingan Liga Indonesia, baik itu ISL maupun IPL. Nonton di televisi tidak sering, apalagi nonton langsung di stadion di mana pertandingan banyak berlangsung di hari kerja. Mungkin karena alasan inilah saya tidak banyak berkomentar tentang sepak bola lokal, terutama menyangkut klub-klubnya karena saya merasa banyak yang lebih tahu dan lebih pantas untuk beropini soal ini.

Di lokasi tempat tinggal, sebenarnya ada klub bernama Persikad Depok. Dengan kebiasaan saya menulis, saya sebenarnya akan dengan senang hati menulis tentang mereka secara reguler, juga menonton pertandingan mereka. Namun karena satu dan lain hal yang membuat tim ini terkena virus dualisme (atau mungkin tigalisme), saya jadi kehilangan selera untuk menuliskannya karena tidak ingin berpihak ke salah satu kubu. Mudah-mudahan saja masalah kepemilikan dan kloning tim ini segera tuntas.

Namun saya tidak bisa melewatkan tayangan El Classico-nya Indonesia antara Persib melawan Persija. Tidak peduli soal rivalitas yang besar antar keduanya, saya menyukai kedua tim ini karena dalam garis keturunan ke atas, ada kakek-nenek yang berasal dari kedua kota tempat kedua tim bermarkas.

Pertandingan berlangsung imbang, karena Persija yang di atas kertas materi permainannya jauh di bawah kualitas yang dipunyai tuan rumah Persib ternyata mampu mengimbangi. Gol pembuka Kenji Adachihara hasil umpan sundulan Sergio Van Dijk yang tidak mampu dihalau Ismed Sofyan mampu dibalas oleh penalti yang diambil Pedro Javier Velasquez.

Namun setelah kapten Persija Fabiano Beltrame dikartu merah, perlawanan Persija praktis usai. Ruang yang ditinggalkan bek tangguh ini terlalu menganga sehingga pemain-pemain Persib merajalela. Persib kemudian menambah dua gol lewat Van Dijk. Gol pertama didapat dari eksekusi penalti mulus setelah Firman Utina dilanggar. Sebuah tendangan penalti yang keras dan terarah dari pemain naturalisasi ini.

Van Dijk kemudian menjustifikasi kehebatannya dengan mencetak gol tendangan jarak jauh yang elok dan tidak mampu dihalau kiper muda Persija, Adixi, yang sebenarnya bermain cukup baik ini.

Laga yang seru, relatif bersih dan jauh dari keributan. Wasit yang memimpin pertandingan juga tegas dan banyak mengeluarkan kartu untuk pelanggaran-pelanggaran yang memang pantas diberi kartu (tidak seperti biasa). Sikap pemain juga sportif kepada wasit. Saat diberi hukuman, protes hanya dilakukan sewajarnya. Bahkan ketika Fabiano dikartu merah, ia menyalami wasit dan tidak banyak protes.

Sepanjang laga, saya cukup dibuat terpesona oleh permainan Van Dijk. Pergerakannya begitu efisien dan ia seperti tahu kemana arah bola akan datang, ke mana arah permainan tim. Sentuhan-sentuhannya ringan, berkelas dan effortless namun efektif. Hanya 3 sentuhan maksimal yang ia lakukan, tidak repot dan tidak show off.

Umpan-umpannya juga bagus untuk ukuran seorang penyerang. Ia mampu mengarahkan bola bukan sekadar kepada teman, namun juga ke ruang kosong yang ditinggalkan pemain lawan. Kelihatan sekali memang level permainannya jauh di atas pemain-pemain lainnya yang ada di lapangan. Bukan hanya itu, ia juga kerap membantu pertahanan, menghalau bola dengan kepalanya, mencuri bola dengan kemampuannya membaca permainan. Ia seperti ada di mana-mana, visinya sangat eksepsional.

Singkatnya, Van Dijk mungkin adalah sosok pemain depan ideal yang memang ditunggu-tunggu publik sepak bola kita untuk membela timnas Indonesia. Dengan bekal didikan sepak bola yang bagus dari Groningen, Van Dijk bisa menularkan kemampuannya kepada pemain lain.

Perjuangann Van Dijk yang sudah sejak 4 tahun lalu mengemukakan keinginannya untuk membela timnasi Indonesia memang patut diapresiasi. Soal kemampuan, tidak perlu diragukan lagi karena ia pernah menjadi topskor A-League musim 2010/2011 saat bermain untuk Adelaide United dengan mencetak 16 gol. Total, 25 gol ia telah sumbangkan bagi klub asal Australia Selatan itu.

Semoga saja keinginan Serginho Van Dijk (Diambil dari nama Serginho, pemain Brazil di Piala Dunia 1982 – tahun kelahirannya) untuk membela timnas segera terwujud. Meski konflik dualisme masih belum selesai, namun kembalinya 4 anggota Exco kepada PSSI semoga saja menjadi langkah awal rekonsiliasi federasi, yang akan diawali oleh langkah pertama yaitu penyatuan timnas.

Melihat sumbangsih 4 gol selama ini yang telah dibuatnya untuk Persib, tidak salah jika harapan besar bobotoh dan tentunya publik pendukung timnas tersemat kepadanya. Entah bermain di Indonesia akan berdampak seperti apa pada karirnya, melihat bahwa Irfan Bachdim akhirnya hijrah ke Thailand akibat permasalahan gaji dengan manajemen Persema. Semoga saja itu tidak terjadi pada Van Dijk, juga pemain-pemain lainnya secara umum.

Terima kasih untuk tontonan yang seru dan sehat, Van Dijk.

No comments:

Post a Comment