The Icelandic number 10 |
Berbagai media menyajikan cerita soal pemain
yang akan bersinar di Euro 2012. Media sibuk menggiring opini publik untuk
menantikan performa Cristiano Ronaldo, yang masih penasaran karena belum mampu tampil
maksimal di turmanen besar antar bangsa. Mesut Ozil, yang kian memperlihatkan
potensinya menjadi pesaing Ronaldo dan Lionel Messi untuk menjadi pemain
terbaik dunia. Atau Andrea Pirlo dan Xavi Hernandez, dua pengatur permainan
terbaik saat ini yang siap beradu di penyisihan grup.
Anda mungkin juga menunggu aksi para calon
bintang yang diramalkan akan bersinar di Polandia-Ukrainan nanti. Pemain yang
sudah banyak disebut-sebut oleh penggila game Football Manager di forum game
tersebut seperti Mario Goetze, Cristian Erikssen, Robert Lewandowski, Andriy Iarmolenko,
Alan Dzagoev, Sotiris Ninis dan mungkin…. Andy Carroll... Well, who knows
mungkin akan menemukan sinarnya di gelaran empat tahunan tersebut.
Di air terjun Seljalandsfoss sana, mungkin
seorang laki-laki Nordic sedang berdiri memandangi wahana ciptaan Tuhan itu,
sambil sesekali memotret dengan kamera sakunya. Lelaki itu mungkin juga sedang
menunggu penampakan aurora borealis
dan menyaksikannya dengan takjub diatas atap rumahnya di Rekyavyk. Yang jelas,
dia memilih untuk sejenak mengasingkan diri dari hiruk pikuk yang terjadi 2600
km dari tempatnya berdiri. Gylfi Sigurdsson, nama laki-laki itu. Sigurdsson,
yang baru 22 tahun, adalah salah satu dari sekian banyak pemain bagus
bertalenta yang absen dari Euro 2012 karena negaranya Islandia gagal lolos ke
putaran final.
Menyaksikan Sigurdsson bermain seperti
menyaksikan Frank Lampard muda, dengan versi lebih
jangkung. Namun postur menjulangnya tidak menghalangi kedua kakinya untuk piawai
melakukan dribbling. Foot-work dan
tehnik stepping-nya eksepsional,
begitu pula visi permainannya sebagai gelandang serang.
Sigurdsson memiliki talenta untuk menjadi the classic number 10. Jika Anda membuka
youtube yang berisi kompilasi
permainannya di tim nasional Islandia Under 21, Anda akan terkejut bahwa
hal-hal mengesankan itu dilakukan oleh seorang pemain dari negara yang tidak
memiliki tradisi dan prestasi sepakbola yang menonjol.
Anda yang menggemari English Premier League
mungkin sudah tidak asing lagi dengan permainannya di Swansea City.
Footballfollower.com merilis data statistik yang memuat kontribusi mengagumkan Sigurdsson
dari 9 pertandingan awalnya bersama klub asal Wales itu.
Dalam 9 laganya tersebut, Sigurdsson telah menciptakan
5 gol dan 2 assist. Kehadirannya sebagai pemain yang berdiri di belakang posisi
Danny Graham tersebut telah menaikkan rasio Swansea dalam melepas tendangan
kearah gawang lawan. Sigurdsson melepas 3,4 shots per game, terbaik setelah
sebelumnya rekor itu dipegang Scott Sinclair dengan 2,7 tembakan.
Sigurdsson juga meningkatkan peluang Swansea
dalam menciptakan gol. Tercatat setiap 36 menit dia membuat goal-scoring chances untuk timnya dalam
bentuk key passes maupun assist. Sebagai perbandingan di liga, Sigurdsson
berada di posisi ketiga sebagai pemain yang menciptakan peluang paling sering
setelah Juan Mata melakukannya setiap 27 menit dan David Silva setiap 32 menit.
Dengan kata lain, Sigurdsson menjadi senjata utama dalam serangan Swansea.
Pola 4-2-3-1 menempatkan Sigurdsson sebagai
posisi si nomor 10. Meskipun Sigurdsson memiliki modal untuk menjadi the
classic number 10 karena kemampuannya mengkreasi peluang dan skillnya yang
diatas rata-rata, namun dia mengombinasikan talentanya dengan fisik yang prima sehingga sesuai dengan tuntutan sepakbola modern yang dinamis. Sigurdsson banyak mengalirkan bola ke kedua sayap untuk
kemudian meminta bola di kotak penalti, Beberapa gol yang dia ciptakan tercipta
dari skema itu. Tidak jarang juga Sigurdsson melepas tendangan jarak jauh yang
akurat.
Tidak hanya itu, mantan pemain Reading ini juga menjadi
eksekutor bola mati Swansea. Karakteristik tendangannya yang keras dan menukik
adalah ancaman nyata bagi penjaga gawang dan bek-bek lawan. Sampai di akhir
musim, Sigurdsson mencetak 7 gol hanya dari 18 penampilannya bersama Swansea.
Sebuah produktivitas yang tidak bisa diabaikan untuk ukuran seorang gelandang.
Bagaimana menghentikannya? Dengan
kemampuannya mengendalikan serangan serta melepas umpan dan tendangan, tidak ada
cara lain selain menghentikan suplai bola kepadanya. Posisi Sigurdsson yang
jauh didepan memerlukan tim yang memainkan ball possession dari bawah.
Sigurdsson memiliki Leon Britton dan Joe Allen sebagai duo gelandang bertahan yang
bertugas mengirimkan bola kepadanya.
Mematikan Britton -salah satu pemain dengan jumlah passing terbanyak musim 2011/2012 di EPL-dan Allen adalah salah satu
cara yang secara otomatis akan mengurangi peran Sigurdsson di lapangan. Jika
ingin memenangi bola lebih awal, para penyerang lawan juga dapat memberikan pressing ketat kepada bek Swansea untuk
memaksa mereka melakukan long pass
langsung kedepan, hal yang akan turut mengurangi keterlibatan Sigurdsson dalam
permainan.
Kabar terakhir menyebutkan bahwa Sigurdsson selangkah
lagi menjadi pemain permanen di Swansea setelah Hoffenheim menyetujui transfer
senilai 6,8 juta pound. Harga yang termasuk murah untuk pemain yang kelak akan
menjadi gelandang papan atas Eropa.. Namun harga yang tergolong miring itu
ternyata menjadi rekor pembelian pemain termahal yang pernah dilakukan tim
asuhan Brendan Rodgers, memecahkan rekor yang sebelumnya dipegang striker Danny
Graham yang didatangkan dari Watford seharga 3,5 juta pound musim panas lalu.
Sigurdsson memang belum banyak bermain untuk
tim nasionalnya, Dia baru bermain sebanyak 8 kali dan mencetak sebuah gol untuk
negaranya. Namun dengan usia yang masih muda dan terus bermain di tim yang
cocok dengan gaya permainannya seperti Swansea, Sigurdsson jelas berpotensi untuk
melebihi pencapaian Eidur Gudjohnsen sebagai legenda sepakbola dari negeri es
paling utara di dunia.
ini pemain bagus, ramai mau diambil klub2 EPL eh malah ke Hoffenheim :D
ReplyDeleteBetul mas, dia udah jadi pemain kunci sejak main di Reading..
DeleteSalah satu pemain favorit di FM 2011. semusim pernah sampe 25 assist :))
ReplyDelete