Francois Hollande |
Di tanah kelahiran Napoleon Bonaparte, muncul peristiwa yang menarik perhatian banyak kalangan. Peristiwa itu adalah terpilihnya Francoise Hollande sebagai Presiden Prancis, mengalahkan pesaingnya sekaligus presiden terdahulu, Nicolas Sarkozy.
Hollande adalah pemimpin berhaluan kiri atau sosialisme pertama di Prancis setelah era Francois Mitterand yang memimpin sejak 1981 hingga 1995.
Sarkozy dinilai gagal memajukan perekonomian Prancis, hal yang menurunkan kepopulerannya seperti halnya Silvio Berlusconi dan Jose Luis Rodriguez Zapatero yang harus mundur dari kursi elite Perdana Menteri Italia dan Spanyol.
Suami dari mantan model Carla Bruni ini memang dikenal pro liberalisme. Salah satu kebijakannya adalah menaikkan usia pensiun dari 60 tahun ke 62 tahun.
Hollande datang membawa angin perubahan. Dalam pidatonya di Place de Bastille yang memang tempatnya para golongan kiri tersebut, dia menegaskan akan menentang kapitalisme.
Langkah pertama Hollande adalah mengembalikan usia pensiun ke usia 60, menaikkan upah minimum, dan mempekerjakan 60.000 tambahan guru.
"Tidak bisa terjadi pengkotak-kotakan antara warga kaya dan warga miskin," Hollande.
Presiden baru Prancis ini juga berjanji akan mengatur lembaga keuangan, yang juga dia nilai telah berperan menghancurkan perekonomian dengan aksi-aksi spekulasi di pasar uang.
Perilaku korporasi yang dinilai banyak kalangan lebih cenderung memperkaya diri dengan segala cara akan diatur dan menjadi salah satu prioritas kepemimpinannya.
Sarkozy menilai Hollande adalah presiden yang berbahaya jika terpilih, dengan mengatakan bahwa Hollande adalah seorang yang anti pasar. Ada benarnya, karena indeks saham di Eropa langsung turun setelah hasil pemilu diumumkan.
Berbicara pasar, terdapat salah satu pasar yang bisa jadi akan terpengaruh banyak dari kepemimpinan Hollande yang belum diungkap oleh media, yaitu pasar sepak bola, yang telah menjadi olahraga nomor satu kebanggaan Prancis.
Liga Prancis adalah liga yang terus bangkit terlihat dari keperkasaan Olympique Lyon di kompetisi Liga Champions dalam satu dekade terakhir. Kebangkitan liga ini makin nyata dengan kehadiran para pengusaha Qatar setelah mereka mengakuisisi klub ibu kota Paris Saint Germain (PSG).
Manchester City baru ini telah jor-joran mendatangkan banyak pemain berharga mahal ke Parc des Princes. Dan hal itu tidak akan berhenti di situ karena musim panas ini mereka telah mengincar banyak nama besar untuk memperkuat tim. Ricardo Kaka, Gonzalo Higuain hingga Alexandre Pato terus dirayu dengan kibasan Euro untuk berpindah domisili ke kota Paris.
Namun dengan kebijakan Hollande yang akan memajaki pengusaha serta para borjuis hingga 75%, segala rencana besar tersebut berada di ambang kegagalan. Kebijakan radikal tersebut malah bisa membuat para investor kaya dan para pemain bintang yang berpenghasilan selangit itu urung datang ke Prancis.
Jika para negarawan dan publik dunia mulai menerka-nerka kebijakan politik luar negeri Prancis, publik sepak bola juga menanti bagaimana keputusan presiden mereka ini akan membawa dunia sepak bola Prancis.
Sepak bola yang telah dibangun dengan kapitalisme ini tentu akan terkena imbas dengan adanya pengenaan potongan pajak yang tinggi ini.
Sepak bola memang sudah seperti dunia antah berantah yang membuat pelakunya seolah bukan warga bumi. Penghasilan selangit dari para bintang lapangan hijau dan perputaran uang yang masif di dunia si kulit bundar sangat tidak sejalan dengan keprihatinan dan program penghematan yang sedang digenjot oleh Uni Eropa. Terlebih jika uang dari perputaran itu hanya dinikmati oleh si kaya saja.
Jika sepak bola dewasa ini sudah berkawan dekat dengan kapitalisme, mari nantikan pendekatan sosialisme kepada si kulit bundar. Maukah pesepakbola yang sudah terbiasa mengendarai mobil sport keluaran terbaru itu mengendarai sebuah city car yang praktis dan ikut berbaur dengan masyarakat lokal untuk berbelanja di pasar?
Selalu ada blessing in disguise. Potensi baru siap muncul setiap saat. Sudut-sudut rawan kota kini akan lebih tertata dengan kebijakan yang lebih meratakan pembangunan. Tidak adanya pengkotak-kotakan masyarakat akan disambut riuh oleh para pekerja dan imigran. Campur tangan pemerintah diyakini akan menekan kesewenang-wenangan para pemilik modal.
Seandainya mengerti dan mencintai sepak bola, Hollande bisa menggunakan kekuasaannya untuk mengatrol perkembangan sepak bola bukan hanya dari level teratas saja.
Hollande bisa mulai menata sepak bola dari level grassroots dan membuat sistem pembinaan terbaik yang semakin membuat potensi para anak-anak Prancis makin tersalurkan. Jika sukses, yakinlah bahwa metode ini akan menjadi acuan di mana pun, meninggalkan metode sepak bola instan yang kini sedang menjadi tren.
Roti croissant keras siap tersaji di meja makan. Anda hanya harus mengunyahnya lebih keras, tidak perlu menangis seperti anak kecil.
Bienvenue au socialisme!
No comments:
Post a Comment