The attractive side of Indonesian football |
Seorang teman berkata "Gue kagak minat nonton pertandingan Liga
Indonesia, mau IPL atau ISL sama aja.
Mending nonton Liga Inggris."
Kata-katanya menggambarkan ketidakpedulian, atau mungkin ketidaksukaannya
kepada sepakbola Indonesia, realita yang sebenarnya harus dia sadari ketimbang
mati-matian membela klub Eropa yang jauh disana dan tidak memiliki hubungan
apapun dengan dia.
"Liga Indonesia itu mainnya kasar dan gak enak dilihat, wasit juga sering gak bener, bikin males nontonnya." Begitu lanjutnya. Saya mulai mengerti
alasannya, yang mungkin juga alasan ini diamini sebagian besar orang Indonesia
yang mengaku sebagai pecinta sepakbola.
Itu baru masalah teknis pertandingan, belum
lagi bicara konflik dualisme federasi yang mungkin akan membuat bertambah mumet lagi pikiran teman saya itu, bertambah
malas lagi menonton pertandingan sepakbola Indonesia.
Teman saya itu mungkin belum pernah
menyaksikan pertandingan yang dimainkan oleh sebuah tim dari Kalimantan. Tim
yang memainkan sepakbola dengan atraktif dan sangat enak dilihat. Tim itu
adalah Persiba Balikpapan, tim yang berdiri pada tahun 1950 dan prestasi tertingginya
adalah posisi 3 Liga Super Indonesia tahun 2009 (bukan babak delapan besar Liga Indonesia pada tahun 2006 - seperti tertulis sebelumnya). Tim
yang secara tradisi bukanlah tim papan atas ini mampu memainkan sepakbola yang
berfilosofi ball possession.
Beberapa kali saya menyaksikan mereka
bertanding, mereka membuat saya merasa tidak sedang menyaksikan liga Indonesia.
Selain Persipura dan Sriwijaya FC, merekalah tim yang enak ditonton, dengan
kadar kenikmatan yang berbeda.
Jika Persipura dan Sriwijaya FC didukung skill tinggi dan materi pemain yang
bagus, Persiba tidak seperti itu. Persiba adalah salah satu dari sedikit tim di
Indonesia yang konsisten memainkan pola 4-3-3 dengan baik sepanjang musim ini.
Lini tengah adalah senjata utama mereka dimana disitu bercokol 3 gelandang yang
memainkan perannya dengan sangat eksepsional. Umpan-umpan pendek mereka
peragakan, tidak seperti tim Indonesia lainnya yang umumnya mengandalkan umpan
panjang.
Esteban Gullien berposisi sebagai deep-lying playmaker. Serangan selalu
berawal dari pemain asal Uruguay yang juga piawai dalam eksekusi bola mati ini. Dia
bisa dibilang Andrea Pirlo liga Indonesia. Gullien didukung oleh pasangan
gelandang tengah box-to-box terbaik
saat ini, Ahmad Sembiring dan Asri Akbar. Serangan tim berjuluk Beruang Madu
inipun makin variatif didukung oleh dua bek sayap yang sering naik, Supriadi
dan Heri Susilo. Sebuah pola permainan yang jarang diperlihatkan oleh tim dari
Indonesia.
Khusus Ahmad Sembiring dan Asri Akbar, dynamic duo ini kerap muncul dari lini
kedua dan bergerak ke segala arah permainan. Sering melepas tembakan jarak jauh
ataupun muncul memanfaatkan pantulan dari lone-striker
sekaligus kapten Aldo Baretto. Jika Anda melihat aksi Asri Akbar saat mereka bertandang
ke Stadion Siliwangi menghadapi Persib Bandung, Anda akan melihat betapa
efektifnya peran dari gelandang berusia 28 tahun itu. Dan bisa dibayangkan jika
tim nasional Indonesia diisi oleh mereka berdua dan ditopang Ahmad Bustomi
sebagai gelandang bertahan.
Prahara yang Persiba timbulkan bagi lawan
tidak berhenti disitu saja, dua penyerang sayap gesit yang sama-sama berasal
dari Jepang, Kenji Adachihara dan Shohei Matsunaga kerap memainkan variasi
berupa crossing ataupun gerakan cut-inside yang diakhiri tembakan
menyilang. Bahkan mereka kerap melakukan switching
posisi yang sangat membingungkan lini pertahanan lawan.
Saat bertahan, mereka berlaku sebagai unit
dimana para pemain saling melapis sehingga membentuk pertahanan solid yang
dikomandoi bek asal Kroasia, Tomislav Labudovic yang berduet dengan Rahmat
Latif. Lini pertahanan mereka makin aman dengan berdirinya Made Wirawan dibawah
mistar gawang. Kiper yang tampil sangat gemilang saat Indonesia menahan imbang
tanpa gol Arab Saudi dalam partai uji coba ini adalah salah satu penjaga gawang
terbaik Indonesia saat ini.
Semua itu diramu oleh kejeniusan pelatih asal
Inggris, Peter Butler. Pelatih yang berpengalaman di region ASEAN dan Australia
itu mampu membuat tim yang bermain sangat menarik dan menguasai ball possession. Secara hiperbolik, kita
bisa bandingkan mereka dengan Swansea City, Borussia Monchengladbach, Athletic
Bilbao dan bahkan Barcelona sebagai master
of tiki taka. Mereka adalah tim-tim yang dianggap memainkan sepakbola
paling menarik saat ini.
Sayangnya Butler sudah tidak lagi menangani
Persiba karena permasalahan yang kabarnya menyangkut masalah keuangan dan legalitas
ISL yang turut membuat visa kerjanya bermasalah. Tugas berat kini berada di
pundak pelatih baru mereka asal Jerman, Hans-Peter Schaller yang menggantikan
Butler untuk tetap mempertahankan posisi Persiba di papan atas kompetisi ISL.
Kepergian Butler karena alasan non-teknis ini
sangatlah disayangkan. Persiba dibawanya menjadi sebuah tim yang tengah
menanjak dan nyaman di papan atas sekaligus memainkan sepakbola indah. Fondasi
dan filosofi yang sudah dibangun terancam ambruk dan harus dibangun lagi dari
awal. Padahal menurut Butler, Indonesia adalah permata sepakbola dunia yang
terpendam. “Terbanglah ke Indonesia dan tontonlah pertandingan sepakbola
langsung di Stadion, Anda tidak akan terkejut karena sebuah pertandingan yang
disaksikan 40 hngga 50 ribu penonton bukanlah hal aneh disini.” Tutup Butler.
Terima kasih Butler, telah membawa “Swansea
City” ke liga Indonesia.
Esteban, Sembiring (dan Bustomi) sebenarnya sudah berkolaborasi di Arema musim lalu. Kombinasi midfield mereka memang bagus.
ReplyDeleteKolektivitas permainannya kentara, tidak seperti Carlos de Melo atau Luciano Leandro dulu yg lebih dominan. 3 pemain di atas justru jadi sebuah unit.
setuju Mas. Esteban, Bustomi & Ahmad Sembiring atau Asri Akbar memang sebuah unit yang perannya mampu menggantikan sosok fantasista yang umumnya sangat diandalkan tim. Sesuai kolektivitas yang memang dituntut oleh sepakbola modern sekarang, mereka mainnya sabar dari kaki ke kaki gak sekedar passing ngawur kedepan dan mengandalkan sprint semata.
ReplyDeleteArtikel yang cukup menarik... Setuju bahwa Persiba, Sriwijaya, dan Persipura memainkan sepak bole terbaik saat ini. Saya sekedar masukan aja nih bro:
ReplyDelete1. Prestasi tertinggi Persiba itu dua musim lalu, finish peringkat ketiga di bawah Arema & Persipura.
2. Mungkin bisa memakai foto yang lebih update karena yang dibicarakan adalah Persiba musim ini sedangkan yang ada di foto adalah Persiba musim lalu dengan komposisi pemain yang banyak berubah.
3. Tambahan: Sembiring, Bustomi, dan Esteban tidak pernah benar-benar berkolaborasi di Arema. Bustomi menjadi pelapis ketika Sembiring masih menjadi starter di Arema 3 musim lalu, sedangkan Esteban datang setengah musim setelah Sembiring hijrah.
Sip.. Thanks atas koreksi dan masukannya, segera diupdate..
Delete