Pages

Thursday, March 29, 2012

The Young and Dangerous Persija

Klub kebanggaan ibukota, Persija Jakarta meraih hasil mengecewakan dalam tur Sumateranya. Pada pertandingan akhir pekan lalu mereka menyerah 0-1 atas tim papan bawah, PSAP Sigli.


Kekalahan itu membuat Persija terpaku di posisi kelima klasemen sementara Indonesia Super League (ISL) dengan 26 angka. Di kompetisi ISL putaran pertama ini Persija tinggal memiliki satu pertandingan sisa melawan PSMS Medan di Stadion Teladan yang akan berlangsung hari Jumat, 30 Maret 2012 mendatang.


Kekalahan menghadapi tim asal kota Sigli ini membuat Persija semakin tertinggal dari pimpinan klasemen sementara, Sriwijaya FC yang sudah mengoleksi sepuluh angka lebih banyak, walaupun Persija masih menyimpan satu laga.


Persija, yang diawal musim masih dilanda konflik internal, yang menyebabkan mereka menyebrang ke ISL memang tidak memiliki persiapan yang memadai untuk mengarungi kompetisi. Saat kompetisi menjelang kick-off, mereka baru merampungkan skuad. Proses adaptasi bagi pemain baru, ditambah hengkangnya beberapa pemain pilar membuat permainan anak asuh Iwan Setiawan belum mencapai titik optimal. Belum lagi masalah izin penggunaan stadion Gelora Bung Karno yang sulit didapat, yang sempat memaksa tim Macan Kemayoran ini menggelar partai kandang mereka diluar Jakarta.


Coach Iwan Setiawan adalah pelatih yang sangat memperhatikan pertahanan. Ketangguhan lini belakang Persija, yang baru kebobolan 10 gol dari 16 laga adalah yang terbaik diantara kontestan ISL. Kuartet Ismed Sofyan, Precious Emuejeraye, Fabiano Rosa Beltrame, dan Leo Saputra yang dilapis Ngurah Nanak dan Hasim Kipuw menjamin kokohnya lini belakang Persija. Sayangnya, jumlah minim kebobolan ini didapat dari beberapa hasil skor kacamata atau satu sama di kandang sendiri. Kekokohan lini belakang tidak diimbangi dengan ketajaman lini serangan.


Pola 4-4-1-1 yang menekankan pada serangan balik cepat ala Coach Iwan memang membutuhkan pemain garda serang dengan efisiensi pemanfaatan peluang yang tinggi. Pedro Javier yang diplot sebagai ujung tombak sayangnya belum sepenuhnya memenuhi ekspektasi. Pemain ini sebenarnya memiliki tehnik dan kekuatan yang bagus dalam menahan bola serta kemampuan duel di udara, namun inkonsistensi permainan dan seringnya pemain ini membuang peluang bagus membuatnya sempat dicadangkan.


Persija jelas kehilangan sosok eksplosif Greg Nwokolo yang musim ini hengkang ke Pelita Jaya. Permainan Greg yang licin serta bisa ditempatkan di berbagai posisi lini penyerangan memang masih sulit dicari penggantinya. Namun hal positif yang bisa dilihat dari perjalanan Persija sepanjang putaran pertama ISL musim ini adalah pengorbitan pemain-pemain muda dari tanah air. Jika dikombinasikan dengan pemain senior seperti sang ikon Bambang Pamungkas dan si penendang jitu Ismed Sofyan dalam waktu lama, tim ini jelas memiliki potensi. Mereka muda dan berbahaya.


Pemain-pemain seperti Ramdani Lestaluhu, Hasim Kipuw, Andritany, Alan Martha, Johan Juansyah hingga Rudi Setiawan sudah banyak dibicarakan para pemerhati sepakbola sebagai pemain masa depan bukan hanya Persija, tapi juga untuk tim nasional Indonesia yang siap meneruskan perjuangan para senior mereka. Ramdani, Kipuw, dan Andritany bahkan sudah memperkuat timnas Indonesia di Sea Games beberapa waktu lalu. Johan juga sempat mengikuti seleksi. Dengan seringnya mereka diberikan minutes-play, Persija dapat menjadi feeder tim nasional Indonesia di masa depan.

Meski demikian, Coach Iwan Setiawan belum berpuas diri. Sebagai klub besar yang setiap musim selalu menargetkan gelar juara, tekanan tersendiri berada di pundak pelatih yang juga mantan pemain tim nasional tersebut. Coach Iwan merasa perlu berbenah dengan mendatangkan lagi seorang striker dan seorang pemain sayap yang mampu mengobrak-abrik lini pertahanan lawan dari lini kedua.


Gol-gol yang tercipta memang banyak lahir dari situasi set piece. Tidak mengherankan karena tim favorit para The Jakmania ini memang memiliki jagoan-jagoan bola mati dalam diri Ismed Sofyan, Pedro Javier, Robertino Pugliara, Oktavianus hingga Bambang Pamungkas. Namun jika ingin menjadikan lini depannya lebih subur dan menghasilkan lebih banyak poin bagi tim, Persija harus membenahi permainan menyerang mereka dari skema open-play.




Permainan Ramdani Lestaluhu dan Oktavianus yang mengisi pos sayap memang cukup baik, namun bermasalah jika mereka absen. Pemain-pemain yang masih muda macam Johan Juansyah dan Alan Martha masih membutuhkan waktu untuk menyatu dengan tim dan taktik Coach Iwan. Begitupula dengan lini depan. Jika salah satu dari Bepe atau Pedro absen, mereka tidak memiliki pengganti yang sepadan. Rudi Setiawan memang berbakat, namun masih membutuhkan jam terbang lebih banyak.


Sudah saatnya bagi Persija untuk mempersiapkan tim yang bervisi jangka panjang. Menuntut prestasi instan dari sederet pemain muda bukanlah solusi yang baik. Menyambut putaran kedua kompetisi ISL, ada baiknya Persija menambah amunisi di lini depan dan sayap sesuai kebutuhan Coach Iwan, namun penambahan pemain-pemain tersebut jangan sampai terlalu banyak mengorbankan kesempatan bermain bagi para young guns mereka. Jika mereka jarang dimainkan dan berujung hengkang diakhir musim, regenerasi yang sebenarnya sudah berjalan baik ini akan menjadi sia-sia.

No comments:

Post a Comment