Pages

Friday, March 30, 2012

Lagi, sepakbola instan kembali menjadi pilihan

Bergabungnya striker asal Singapura Noh Alam Shah ke Stadion Jalak Harupat membawa angin segar bagi bobotoh dan pengurus yang tidak puas pada performa striker mereka asal Ghana, Moses Sakyi.

Alam Shah adalah seorang striker yang bisa dibilang terbaik di Singapura sepanjang masa. Kontribusi 33 gol dari 84 caps-nya masih yang tertinggi. Hal ini juga menjadikannya salah satu striker terbaik di region Asia Tenggara.

Along, sapaan akrabnya memang pemain bermental juara. Sepanjang karirnya, dia telah membawa timnya meraih banyak gelar, baik bersama klub dan timnas Singapura. Terakhir dia membawa Arema Indonesia menjuarai Indonesia Super League (ISL) 2009/2010. Dan kini, dia berambisi membawa Persib menjadi juara.

Kualitas tehnik, pengalaman dan naluri mencetak golnya memang tidak diragukan lagi. Tapi Persib tetaplah berjudi dengan mendatagkannya. Performa Along menurun dalam setahun terakhir, dimana dia tidak lagi setajam ketika membela Arema Indonesia di musim pertamanya. Bisa jadi, Persib mengontrak seorang pemain yang masa keemasannya telah berlalu. Jangan lupa pula bahwa tempramen tinggi adalah kelemahan mencolok Along lainnya yang dapat dimanfaatkan lawan.

Tidak puas hanya mendatangkan Along, kini Persib mengincar Marcion Souza, yang kini bermain di Arema Indonesia ISL. Souza dikenal memiliki ketajaman dan kekuatan sebagai bomber, serta memiliki kemampuan eksekusi bola mati yang bagus. Kehadirannya akan menambah senjata Maung Bandung dalam situasi set-piece.

Klub-klub ISL yang umumnya memberi kontrak berdurasi pendek kepada pemain memberikan tekanan tersendiri bagi pemain. Simple saja, jika tidak mampu beradaptasi cepat, kontrak pemain tidak akan diperpanjang. Hal ini sebenarnya bukanlah hal yang bagus karena pemain sekaliber Samir Nasri dan Fernando Torres saja masih mencari bentuk permainan terbaiknya bersama klub barunya. Bongkar pasang pemain yang terjadi di kebanyakan klub sepakbola Indonesia malah menjadikan klub-klub tersebut kehilangan soliditasnya.

Dalam hal soliditas, klub-klub ini dapat mencontoh Persipura yang skuadnya relatif tidak berubah dan mengandalkan pemain akademi sendiri, sehingga tim ini memang terkenal memiliki karakter dan selalu menjadi kandidat juara setiap musimnya.

Kompetisi ISL yang akan memasuki putaran kedua dalam waktu dekat memaksa klub berbenah, termasuk Persib. Prestasi Maung Bandung yang sebenarnya sudah diisi banyak pemain bagus dan merindukan gelar juara belum mencapai tahap memuaskan. Persib hanya menempati posisi ke 7 setelah menyelesaikan seluruh pertandingan putaran pertama ISL. Dilihat dari data statistik, pencapaian Persib yang diperkuat pemain-pemain bereputasi nasional ini belumlah dapat dikatakan memuaskan. Hanya mencetak 21 gol dan kebobolan 25 dari 17 laga menunjukkan bahwa Persib memiliki masalah minimnya ketajaman sekaligus keroposnya pertahanan.

Persib juga banyak kehilangan angka jika bertanding diluar kandang, dimana mereka hanya mampu meraih 5 angka dan 6 partai lainnya dilalui dengan tangan hampa alias kekalahan. Satu-satunya pencapaian yang dapat dibanggakan hanyalah rekor kandang, dimana mereka belum terkalahkan dalam 8 laga, dan 6 laga diantaranya berakhir dengan kemenangan.

Problem mereka bertambah dengan cedera bahu yang menimpa gelandang jangkar Hariono. Gelandang yang memiliki daya jelajah sangat tinggi dan bermain tanpa kompromi ini sulit dicari penggantinya yang sepadan. Di jeda kompetisi, manajemen perlu mempertimbangkan untuk mencari gelandang bertahan baru untuk menemani Milijan Radovic yang lebih berkarakter sebagai pengumpan.

Dalam pertandingan melawan Persiba akhir pekan lalu dimana Persib menyerah 1-2, terlihat Persib bermain tanpa inspirasi. Penempatan Robbie Gaspar menemani Radovic malah mengakibatkan banyaknya ruang tercipta untuk para pemain tengah Persiba yang memang tampil impresif dan sangat mobile. Belum lagi penempatan dua gelandang serang yaitu Atep dan M. Ilham, yang lebih banyak beroperasi di sisi lapangan, membuat lini tengah Persib makin tereksploitasi.

Terus dipaksakannya pola dua striker, disinyalir karena intimidasi salah seorang pengurus, malah menjadi bumerang bagi Persib. Dua striker yaitu Airlangga Sucipto dan Aliyudin bermain tidak efektif malam itu karena kurangnya dukungan lini tengah mereka. Persib bermain tanpa seorang gelandang beertahan murni, yang membuat tim tuan rumah Persiba hanya tinggal menunggu waktu saja untuk membuat gol. Dan kapten Maman Abdulrahman yang malam itu jadi pesakitan karena blundernya.

PR besar menanti manajemen klub yang berdiri sejak 1933 ini dalam memasuki putaran kedua ISL. Persib membutuhkan striker yang bukan sekedar mencetak gol, namun bisa menahan bola, karena strategi mereka memperlihatkan jarak yang cukup jauh antar lini depan dan tengah, membuat striker dituntut untuk bisa men-delay permainan guna menunggu para gelandang ikut naik ke daerah tiga perempat lapangan. Hal ini cukup paten dilakoni Hilton Moreira musim lalu.

Sementara posisi Hariono lebih vital lagi karena dialah garda terdepan yang melindungi kuartet pemain belakang Persib. Ketiadaan pemain berkarakter jangkar ini dan memaksakan pemain berkarakter pengumpan macam Robbie Gaspar untuk mengisi pos gelandang angkut air ternyata malah menjadi bumerang. Lini belakang Persib jadi keropos dan mudah ditembus.

Belum beres masalah krisis pemain, kabar terakhir menyebut pelatih mereka Drago Mamic mengajukan pengunduran diri. Sebuah jawaban atas intervensi kelewat batas dari pengurus, dan target terlalu tinggi yang dibebankan kepadanya.
Lagi-lagi. Sepakbola instan sangat digemari.

No comments:

Post a Comment