Pages

Thursday, March 29, 2012

Sepakbola Instan

Kabar mengejutkan datang dari tanah Borneo. Tim yang bermarkas di Stadion Aji Imbut bermana Mitra Kutai Kartanegara (Mitra Kukar) membuat berita sensasional dengan memecat pelatih mereka Simon McMenemy.
 
Dikutip dari situs resminya dan Wikipedia, Mitra Kukar dulunya adalah klub Niac Mitra, klub lawas asal Surabaya yang kemudian dikenal pula dengan sebutan Mitra Surabaya. Ketika Mitra Surabaya terdegradasi ke Divisi Satu Liga Indonesia pada tahun 1999, klub ini dibeli pemilik Barito Putra dari Banjarmasin yakni H. Sulaiman HB dan pindah markas ke ibu kota Kalimantan Tengah, Palangkaraya. Sejak itu Mitra Surabaya berganti nama menjadi Mitra Kalteng Putra (MKP).
 
Singkat kata, status Mitra Kukar secara resmi menjadi milik Kutai Kartanegara setelah klub ini dibeli dari H. Sulaiman HB dengan harga Rp. 1,5 milyar pada tahun 2005. Klub ini juga satu-satunya klub sepakbola professional di wilayah Tenggarong

Pemecatan McMenemy yang membawa tim The Azkals Filipina ke semifinal Piala AFF tahun 2010 lalu memang mengejutkan banyak pihak. Dalam akun twitternya, McMenemy mengungkapkan keheranannya. Reputasi yang dimilikinya seolah tidak cukup. Belum lagi prestasinya yang sebenarnya tidaklah jelak. Dia berhasil membawa skuad penuh bintang ini ke peringkat keempat putaran pertama kompetisi Indonesia Super League (ISL).

McMenemy bernasib kurang lebih sama dengan Antoine Komboure dan Andre Villas-Boas. Komboure dipecat oleh klub kaya baru, Paris Saint Germain (PSG) setelah membawa klub ibukota tersebut menyelesaikan putaran pertama Ligue 1 sebagai juara paruh kompetisi. Para Sheikh yang duduk di kursi manajemen menilai Komboure tidak memiliki nilai jual dan daya pikat tinggi untuk menarik para bintang dunia bermain di Parc Des Princes. Untuk tujuan itu, pelatih berprofil tinggi, Carlo Ancelotti didatangkan.

Sementara Villas-Boas hanya diberi umur delapan bulan oleh sang oligarki Roman Abramovich. Penolakan pemain senior yang berujung kesulitan meraih kemenangan membuat pelatih bertalenta besar ini harus angkat koper lebih awal, dengan membawa serta jutaan euro sebagai pesangon.

Hanya bedanya, McMenemy adalah pelatih yang berprofil tinggi di kawasan Asia Tenggara. Keberhasilannya di Piala AFF membuatnya dipandang sebagai pelatih muda potensial. Entah apa yang ada dibenak pengurus Mitra Kukar saat memecat pelatih kharismatik tersebut. Mereka berkilah bahwa selain prestasi, kendala bahasa yang menjadi alasan utama. Penolakan terhadap Bahasa Inggris masih ada di tahun 2012?

Bicara prestasi, posisi keempat di putaran pertama kompetisi level tertinggi Indonesia bukanlah pencapaian buruk, apalagi inilah tahun Pertama Mitra Kukar mengarungi kompetisi level tertinggi. McMenemy hanya memiliki waktu yang singkat untuk menyatukan skuadnya, yang mayoritas berisi pemain-pemain baru. Para pemain baru ini memang berstatus bintang, dan kebanyakan dari mereka adalah langganan tim nasional. Tapi untuk membuat tim bermain apik sebagai satu unit dan berprestasi, seorang Sir Alex Ferguson saja butuh butuh waktu satu dekade.

Sepakbola memang industri, dimana memang terdapat ukuran sebuah kesuksesan. McMenemy memiliki kemewahan dalam skuad, namun tidak memiliki kemewahan dalam hal waktu. Skema 4-4-2 berlian yang diterapkannya juga bukanlah skema lazim yang digunakan tim-tim Indonesia. Pola berlian tersebut menuntut tim untuk bermain lebih rapat, sementara tim-tim Indonesia umumnya bermain melebar.

Memang sudah seperti tradisi bahwa di Indonesia, sepakbola adalah sesuatu yang instan. Kontrak pemain atau pelatih kebanyakan hanya berdurasi setahun. Jika dinilai bermain buruk, pemecatan adalah solusi yang diambil oleh klub. Instan dan prematur. Padahal, sebuah tim akan lebih baik jika dibiarkan berkembang. Jika hanya trofi atau peringkat semata, atau hasil buruk di sebuah laga kandang yang menjadi patokan, sampai kapanpun sepakbola akan jalan ditempat.

Barcelona butuh waktu untuk menjadi seperti sekarang. Begitupun Manchester United atau Manchester City. City tidak langsung menjadi juara liga setelah disuntikkan dana melimpah oleh Sheik Mansour. Roberto Mancini butuh semusim untuk menemukan komposisi ideal Joe Hart, Vincent Kompany, Yaya Toure dan David Silva sebagai roh permainan tim.

Memecat pelatih atau bongkar pasang pemain dalam waktu singkat hanya akan membuat tim melangkah mundur. Proses adaptasi sistem baru harus diinisiasi kembali dari awal. Dan hal itu kontraproduktif dalam pengejaran prestasi, lebih jauh lagi pembentukan karakter tim.

Ironisnya di Indonesia situasi semacam ini bukan hanya terjadi pada McMenemy. Saat tulisan ini dibuat, bahkan di social media sudah terhembus kabar bahwa pelatih Persib Drago Mamic sudah dipecat.

Semua suka sepakbola instan.

No comments:

Post a Comment