Sebagai penggemar Milan, tentu saya senang dengan pencapaian tim ini belakangan. Scudetto musim kompetisi lalu setelah terakhir didapatkan tahun 2003 adalah sesuatu yang sangat melegakan. Sebelum ini, saya udah gak terlalu berharap banyak sebagai pendukung Milan karena prestasi beberapa tahun ini memang kurang membanggakan. Terakhir meraih gelar bergengsi adalah pada saat meraih Liga Champion 2007 saat Kaka menjadi pemain terbaik dunia, lalu setelah itu terjadi stagnansi prestasi. Banyak hal yang menjadi penyebabnya, salah satunya adalah lambatnya regenerasi pemain.
Penghargaan Milan kepada pemain yang telah loyal terhadap mereka dengan ganjaran yang sama adalah sisi unik klub ini. Di era modern dimana profesionalisme mengalahkan unsuk kekeluargaan dan sentimentalitas, klub tersukses di dunia ini malah melanggengkan hubungannya dengan pemainnya yang telah berjasa buat klub. Pemain yang memang ikonik dan legendaris macam Paolo Maldini dan Franco Baresi memang layak mendapat penghargaan tinggi dari klub. Di Milan, nampaknya tradisi ini akan terus dipelihara oleh petinggi klub. Tradisi yang boleh jadi memiliki dua mata pisau yang berlawanan.
Masa dekadensi dari permainan para legenda itu adalah hal yang harus diatasi. Keinginan mempertahankan para legenda tidak sejalan dengan kemampuan fisik mereka yang memang tidak mampu terus menerus bermain di level tertinggi. Setelah stagnansi, permainan tim menjadi mudah dibaca. Akibatnya, lawan-lawan Milan sudah hapal mati gaya dari Paolo, Claerence Seedorf, Andrea Pirlo, Gennaro Gattuso dan Pippo Inzaghi pada saat itu. Memang penyegaran dilakukan. Di 2008, megabintang Ronaldinho didatangkan. Tapi, saat itu usia Dinho sudah tidak muda lagi, dimana dia sudah berada di tahap ingin mencari kesenangan, bukan lagi mencari gelar juara. Terbukti dia beberapa kali tertangkap wartawan sedang berpesta di night club.
Kembali ke masa kini, Milan sekarang sudah jauh berbeda. Penyegaran dilakukan dengan memboyong pelatih Max Alllegri. Allegri adalah pelatih terbaik Italia 2008 saat dia menukangi Cagliari. Allegri sungguh beruntung. Baru sebulan menangani klub ini, dia "dihadiahi" Zlatan Ibrahimovic dan Robinho. Dua pemain juara ini plus kejutan dari Kevin-Prince Boateng adalah kunci dalam peraihan scudetto di tahun pertama Allegri. Ditambah lagi, politik transfer jenius dari Adriano Galliani dan Ariedo Braida berhasil mendatangkan Antonio Cassano, Urby Emanuelson dan Mark Van Bommel di bursa transfer musim dingin. Mereka bertiiga mampu melebur cepat dengan skuad lama Milan dan bersinergi dalam perburuan scudetto yang akhirnya mereka menangi.
Tapi ada yg mengganjal di pikiran saya. Saya punya opini bahwa Allegri belum menunjukkan sisi terbaiknya. Musim lalu, nyatanya Milan keok terlalu dini di Liga Champion atas lawan yang masih hijau, Tottenham Hotspurs. Ketergantungan Allegri pada sosok Ibra memang bisa dia atasi di Liga Italia, tapi di Liga Champions ceritanya beda. Serangan yang terpusat pada The Swedish Wizard ini bisa dengan mudah dipatahkan oleh tim yang memainkan penjagaan ketat pada bomber jangkung itu. Tahun ini boleh jadi adalah kesempatan terakhir Allegri membuktikan kapasitasnya di Liga Champions, karena nyatanya sampai saat ini perpanjangan kontraknya masih digantung oleh pihak klub.
"Liga Champions adalah DNA Milan" tegas Adriano Galliani.
Ekspektasi tinggi Rossoneri di Liga Champions adalah hal yang boleh jadi menentukan nasib Allegri. Silvio Berlusconi sudah kembali ke Milanello setelah pengunduran dirinya dari jabatan Perdana Menteri Italia akibat krisis ekonomi yang menempatkan Italia pada jeratan hutang. Milan adalah taman bermain Berlusconi. Di eranya, Milan lebih memprioritaskan gelar terbaik di benua biru ketimbang gelar domestik. Sebagian besar gelar yang didapat terjadi di eranya. Merasa berjasa, dia pernah berkomentar bahwa namanya layak diabadikan di dua stadion Milan. Silvio bahkan sudah menyiapkan anak cantiknya, Barbara untuk menjadi presiden masa depan Milan. Diluar royalnya dia dalam menghabiskan uang untuk Milan, Silvio seolah merasa sebagai peracik strategi, dimana hal ini melewati kewenangan pelatih. Carlo Ancelotti dan Leonardo adalah korbannya. Kegemaran Silvio terhadap pemain Brazil dan pola 2 striker seringkali mengintervensi preferensi dari dua pelatih itu.
Max Allegri adalah pelatih bagus. Di Cagliari dia mampu mengorbitkan Andrea Cossu, Davide Astori, Daniele Conti dan Radja Nainggolan sebagai pemain yang mampu bersaing di Seri a. Di Milan, sejauh ini Allegri memang mampu meredam ego para bintang macam Ibra, Robinho, Cassano maupun Pato. Tapi Allegri malah membuang Andrea Pirlo, yang justru bersinar di Juventus. Selain itu, keputusannya tidak mendaftarkan Pippo Inzaghi dan Stephan El Sharaawy di Liga Champions adalah sebuah blunder karena Cassano sakit jantung sehingga Pato, Ibra dan Robinho adalah striker tersisa yang eligible.
Allegri belum bisa dibilang lebih istimewa daripada Ancelotti dan Leonardo. Ancelotti kala itu merestorasi tim pasca kegagalan Fatih Terim di medio 2002. Penemuan terbaiknya tentu Andrea Pirlo sebagai deep-lying playmaker. Pirlo sukses menjadi salah satu gelandang terbaik dunia yang kemudian memimpin Italia menjuarai Piala Dunia 2006. Ancelotti juga mampu 2 kali membawa Milan ke Liga Champion dalam 6 tahun masa tugasnya.
Sementara Leonardo menurut saya bukanlah pelatih gagal di Milan. Saat itu Milan belum jor-joran di bursa transfer. Dengan kondisi itu, Leo berani memainkan pola super-ofensif: 4-2-4 atau dikenal 4-2 Fantasia. Jangan lupakan penemuan revolusioner Leo, yaitu Ignazio Abate. Leo dengan berani mengubah posisi Abate yang aslinya sayap kanan menjadi bek kanan. Kini Abate menjadi bek kanan terbaik di Italia.
So, pertaruhan Allegri boleh jadi di Liga Champions musim ini. Berlusconi mungkin memaklumi kalo Milan gak bisa juara, ada Barca dan Madrid yang lebih favorit. Tapi setidaknya tampil baik dan tidak tersingkir terlalu cepat adalah harga mati.
Allegri kini belum bisa tidur nyenyak. Tradisi Milan sebagai klub peraih gelar Liga Champions nomor dua terbanyak membuatnya terancam, even if dia kembali mempersembahkan gelar seri-a. Semoga sukses, Allegri! Forza Milan!
@aditchenko
No comments:
Post a Comment