Sundul, Gan! |
Sama rata dan sama rasa. Sepertinya
prinsip "ideal" inilah yang dipegang Milan musim ini. Jika terlihat
terlalu mencolok, kombinasi hasutan dan kedangkalan pikiran akan membuat orang
mencurigai Rossoneri sebagai tim dengan haluan tertentu. Ini jelas tercermin
dari dipilihnya Mario Yepes sebagai kapten kesebelasan di pertandingan giornata
16 Milan melawan Il Toro, Torino.
Yepes mengikuti jejak Daniel Bonera,
dan Riccardo Montolivo yang beriringan menjadi kapten karena kapten utama dan
kedua Massimo Ambrosini serta Christian Abbiati memang tidak menjadi pilihan
utama starting line-up terkait masalah kebugaran maupun konsistensi permainan.
Imbasnya, semua jadi memiliki rasa yang sama terhadap tim dengan ikut merasakan
jadi kapten. Dua la bandiera Paolo Maldini dan Franco Baresi pasti
geleng-geleng.
Milan lagi-lagi menjadi epigon duo
Manchester, United dan City soal permainan telat panas dan come-back yang
kebetulan bertanding di waktu yang nyaris sama dengan pertandingan Torino
melawan Milan. Sebagai anak Seri a sejak liga ini menjadi mainstream, semalam
saya jelas memilih untuk menyetel TVRI ketimbang menyaksikan derby liga Inggris
yang sekarang mainstream itu.
Tidak perlu menonton, karena sudah
tahu bahwa timeline saya akan penuh berisi ekspresi spontan dari fans-fans
United yang kebanyakan saya kenal dan saya follow. Ah sayangnya tidak ada teman
saya yang fans City (maksudnya fans City yang bukan sejak 2009). Jadinya
timeline saya monoton hanya berisi twit slogan “Not arrogant, just better” atau
“GGMU” saja. Bosan ah.
Kembali ke Peninsula, saya menyukuri
kesalahan back pass Antonio Nocerino yang membuat Mario Santana melesat cepat
dan lincah seperti Cristiano Ronaldo. Performa Santana memang patut diganjar
sebuah gol melihat pada pergerakan lincahnya di 30 menit pertama dan beberapa
menit setelah golnya. Namun Santana bersama kapten Rolando Bianchi saja tidak
mampu mengangkat performa Granata karena mereka menghadapi tim yang memang
panas setelah tertinggal.
Game plan Milan baru terlihat jelas
memang setelah tertinggal. Mattia De Sciglio dan Ignazio Abate lebih berani
naik, Urby Emanuelson lebih cepat mengumpan kedepan, dan Robinho meski sering
salah passing tampak mulai menikmati peran free role-nya di tiga perempat
lapangan. Bakat besar Robinho yang sejak awal karirnya didengungkan banyak
orang memang terbukti tidak salah. Dengan stepping skill yang menawan padahal
dalam keadaan ditekan di kotak penalti lawan, Binho dengan cerdik membelokkan
sedikit umpan cantik De Sciglio, dan secara instingtif menghajar bola dengan
kaki lemahnya, kaki kiri untuk menciptakan salah satu gol terindah sepanjang
karirnya, yang mungkin tinggal sebentar lagi bersama Rossoneri. Uniknya,
Robinho berlari menghambur ke bangku cadangan memeluk Mathieu Flamini setelah
mencetak gol. Entah karena alasan apa.
Insiden buruk mewarnai babak pertama
selain dari blunder Nocerino. Cederanya Nigel De Jong akibat salah posisi
terjatuh membuatnya dikabarkan harus beristirahat hingga akhir musim. Untungnya
(lagi-lagi saya pakai prinsip orang jawa – selalu ada untung) Sulley Muntari
sudah mulai pulih dari cedera konyolnya di pramusim. Ah tetap saja kehilangan
De Jong ini sangat merugikan.
Di babak kedua, game plan Milan
makin jelas. Kali ini mereka menyerang kebanyakan dari sektor kiri dimana
kombinasi ancaman datang dari De Sciglio dan sang prodigy, Stephan El Shaarawy.
Benar saja, El Shaarawy melepas umpan tarik keras yang tidak mampu diamankan
dengan sempurna oleh kiper Jean Francois Gillet. Nocerino yang berada di posisi
tepat mampu menyundul bola ke gawang yang kosong untuk kemudian merayakan
penebusan kesalahannya itu dengan emosional ke tribun Milanisti. Gol pertama si
bewok musim ini setelah musim lalu mampu mencetak 9 gol di Seri a.
Tidak puas dengan margin 1 gol,
Giampaolo Pazzini menunjukkan kelasnya sebagai finisher ulung setelah mampu
menjebol gawang Gillet dari sudut yang cukup sempit. Gol ini sebenarnya agak
controversial karena pemain-pemain il Toro menganggap Pazzo melakukan
pelanggaran lebih dulu, namun karena wasit menyatakan play on, Pazzini tanpa
ampun melakukan tugasnya: mencetak gol.
Gol kelima Pazzini ini menyamai
perolehannya sepanjang musim lalu bersama Inter Milan. Pazzini seperti berubah
menjadi striker spesialis awal bulan, karena gol-golnya untuk Milan musim ini
memang tercipta di awal September (3), November (1) dan kini Desember (1).
Dengan konsistensi yang terlihat menanjak, si striker mirip aktor Bradley
Cooper ini memang harus mencoba terus cetak gol di sepanjang bulan.
Seperti halnya pertunjukan Oprah dan
Kick Andy dimana semua penonton kebagian hadiah, Il Faraone El Shaarawy juga
kebagian gol. Biar prinsip sama rata dan sama rasa ini makin afdol, il Faraone
mencatatkan torehan gol ke 13nya musim ini setelah kikuknya Gillet mengatasi
umpan silang Nocerino. Kiper yang dulu terkenal bersama Bari era Igor Protti
ini kembali harus rela pemain Rossoneri mencetak gol tidak cantik namun
membunuh timnya sendiri.
Badai serangan Milan mampu
melahirkan peluang yang membentur tiang gawang Torino setelah tendangan ala
free kick Emanuelson dan sundulan Pazzini hasil crossing cantik De Sciglio
hanya membuat kedua pemain ini memegangi kepala mereka sambil mengumpat
“godverdomme” dan “vaffanculo”
Kelemahan lini pertahanan Milan
memang terekspos lewat gol sundulan Bianchi yang tidak mampu dihalau Yepes atau
Philippe Mexes. Meski demikian, kehadiran Yepes yang jarang berlari namun
eksepsional membaca permainan di lini belakang memang sedikit menenangkan
Rossoneri. Insiden antara Mexes dan Robinho di akhir pertandingan bagaimanapun
cukup menyisakan tanda tanya, mengapa dua pemain bergaji terbesar di skuat ini
bersitegang.
Kemenangan ketiga kali secara
beruntun, dua diantaranya di kandang lawan, satu melawan Juventus ini jelas
mengonfirmasi kebangkitan. Meski masih berselisih lima angka dari peringkat 4
hingga 6 dan sembilan angka dari posisi impian yaitu posisi 3 yang kini
ditempati Napoli, peningkatan performa ini adalah bekal yang baik sebelum
mengakhiri tahun dan berlibur musim dingin dengan tenang.
Di pertandingan seri a lain, Juventus
menyambut kembali Antonio Conte yang terbebas dari hukuman skandal calcioscommese
dengan kemenangan tipis 1-0 atas Palermo. Sepertinya tahun ini memang masih
tahunnya mereka. Sepertinya lho.
Sementara itu di Etihad Stadium…
No comments:
Post a Comment