Pages

Monday, December 10, 2012

Sama rata dan sama rasa

Sundul, Gan!


Sama rata dan sama rasa. Sepertinya prinsip "ideal" inilah yang dipegang Milan musim ini. Jika terlihat terlalu mencolok, kombinasi hasutan dan kedangkalan pikiran akan membuat orang mencurigai Rossoneri sebagai tim dengan haluan tertentu. Ini jelas tercermin dari dipilihnya Mario Yepes sebagai kapten kesebelasan di pertandingan giornata 16 Milan melawan Il Toro, Torino.

Yepes mengikuti jejak Daniel Bonera, dan Riccardo Montolivo yang beriringan menjadi kapten karena kapten utama dan kedua Massimo Ambrosini serta Christian Abbiati memang tidak menjadi pilihan utama starting line-up terkait masalah kebugaran maupun konsistensi permainan. Imbasnya, semua jadi memiliki rasa yang sama terhadap tim dengan ikut merasakan jadi kapten. Dua la bandiera Paolo Maldini dan Franco Baresi pasti geleng-geleng.

Milan lagi-lagi menjadi epigon duo Manchester, United dan City soal permainan telat panas dan come-back yang kebetulan bertanding di waktu yang nyaris sama dengan pertandingan Torino melawan Milan. Sebagai anak Seri a sejak liga ini menjadi mainstream, semalam saya jelas memilih untuk menyetel TVRI ketimbang menyaksikan derby liga Inggris yang sekarang mainstream itu.

Tidak perlu menonton, karena sudah tahu bahwa timeline saya akan penuh berisi ekspresi spontan dari fans-fans United yang kebanyakan saya kenal dan saya follow. Ah sayangnya tidak ada teman saya yang fans City (maksudnya fans City yang bukan sejak 2009). Jadinya timeline saya monoton hanya berisi twit slogan “Not arrogant, just better” atau “GGMU” saja. Bosan ah.

Kembali ke Peninsula, saya menyukuri kesalahan back pass Antonio Nocerino yang membuat Mario Santana melesat cepat dan lincah seperti Cristiano Ronaldo. Performa Santana memang patut diganjar sebuah gol melihat pada pergerakan lincahnya di 30 menit pertama dan beberapa menit setelah golnya. Namun Santana bersama kapten Rolando Bianchi saja tidak mampu mengangkat performa Granata karena mereka menghadapi tim yang memang panas setelah tertinggal.

Game plan Milan baru terlihat jelas memang setelah tertinggal. Mattia De Sciglio dan Ignazio Abate lebih berani naik, Urby Emanuelson lebih cepat mengumpan kedepan, dan Robinho meski sering salah passing tampak mulai menikmati peran free role-nya di tiga perempat lapangan. Bakat besar Robinho yang sejak awal karirnya didengungkan banyak orang memang terbukti tidak salah. Dengan stepping skill yang menawan padahal dalam keadaan ditekan di kotak penalti lawan, Binho dengan cerdik membelokkan sedikit umpan cantik De Sciglio, dan secara instingtif menghajar bola dengan kaki lemahnya, kaki kiri untuk menciptakan salah satu gol terindah sepanjang karirnya, yang mungkin tinggal sebentar lagi bersama Rossoneri. Uniknya, Robinho berlari menghambur ke bangku cadangan memeluk Mathieu Flamini setelah mencetak gol. Entah karena alasan apa.

Insiden buruk mewarnai babak pertama selain dari blunder Nocerino. Cederanya Nigel De Jong akibat salah posisi terjatuh membuatnya dikabarkan harus beristirahat hingga akhir musim. Untungnya (lagi-lagi saya pakai prinsip orang jawa – selalu ada untung) Sulley Muntari sudah mulai pulih dari cedera konyolnya di pramusim. Ah tetap saja kehilangan De Jong ini sangat merugikan.

Di babak kedua, game plan Milan makin jelas. Kali ini mereka menyerang kebanyakan dari sektor kiri dimana kombinasi ancaman datang dari De Sciglio dan sang prodigy, Stephan El Shaarawy. Benar saja, El Shaarawy melepas umpan tarik keras yang tidak mampu diamankan dengan sempurna oleh kiper Jean Francois Gillet. Nocerino yang berada di posisi tepat mampu menyundul bola ke gawang yang kosong untuk kemudian merayakan penebusan kesalahannya itu dengan emosional ke tribun Milanisti. Gol pertama si bewok musim ini setelah musim lalu mampu mencetak 9 gol di Seri a.

Tidak puas dengan margin 1 gol, Giampaolo Pazzini menunjukkan kelasnya sebagai finisher ulung setelah mampu menjebol gawang Gillet dari sudut yang cukup sempit. Gol ini sebenarnya agak controversial karena pemain-pemain il Toro menganggap Pazzo melakukan pelanggaran lebih dulu, namun karena wasit menyatakan play on, Pazzini tanpa ampun melakukan tugasnya: mencetak gol.

Gol kelima Pazzini ini menyamai perolehannya sepanjang musim lalu bersama Inter Milan. Pazzini seperti berubah menjadi striker spesialis awal bulan, karena gol-golnya untuk Milan musim ini memang tercipta di awal September (3), November (1) dan kini Desember (1). Dengan konsistensi yang terlihat menanjak, si striker mirip aktor Bradley Cooper ini memang harus mencoba terus cetak gol di sepanjang bulan.

Seperti halnya pertunjukan Oprah dan Kick Andy dimana semua penonton kebagian hadiah, Il Faraone El Shaarawy juga kebagian gol. Biar prinsip sama rata dan sama rasa ini makin afdol, il Faraone mencatatkan torehan gol ke 13nya musim ini setelah kikuknya Gillet mengatasi umpan silang Nocerino. Kiper yang dulu terkenal bersama Bari era Igor Protti ini kembali harus rela pemain Rossoneri mencetak gol tidak cantik namun membunuh timnya sendiri.

Badai serangan Milan mampu melahirkan peluang yang membentur tiang gawang Torino setelah tendangan ala free kick Emanuelson dan sundulan Pazzini hasil crossing cantik De Sciglio hanya membuat kedua pemain ini memegangi kepala mereka sambil mengumpat “godverdomme” dan “vaffanculo”

Kelemahan lini pertahanan Milan memang terekspos lewat gol sundulan Bianchi yang tidak mampu dihalau Yepes atau Philippe Mexes. Meski demikian, kehadiran Yepes yang jarang berlari namun eksepsional membaca permainan di lini belakang memang sedikit menenangkan Rossoneri. Insiden antara Mexes dan Robinho di akhir pertandingan bagaimanapun cukup menyisakan tanda tanya, mengapa dua pemain bergaji terbesar di skuat ini bersitegang.

Kemenangan ketiga kali secara beruntun, dua diantaranya di kandang lawan, satu melawan Juventus ini jelas mengonfirmasi kebangkitan. Meski masih berselisih lima angka dari peringkat 4 hingga 6 dan sembilan angka dari posisi impian yaitu posisi 3 yang kini ditempati Napoli, peningkatan performa ini adalah bekal yang baik sebelum mengakhiri tahun dan berlibur musim dingin dengan tenang.

Di pertandingan seri a lain, Juventus menyambut kembali Antonio Conte yang terbebas dari hukuman skandal calcioscommese dengan kemenangan tipis 1-0 atas Palermo. Sepertinya tahun ini memang masih tahunnya mereka. Sepertinya lho.

Sementara itu di Etihad Stadium…

No comments:

Post a Comment