Saya girang begitu kiriman dari Bogalakon Pic akhirnya sampai di rumah
saya. Penantian atas pre order novel Menerjang Batas yang sudah saya
lakukan kira-kira sebulan lalu akhirnya terjawab sudah. Antusiasme
seperti bocah yang mendapat mainan baru membuat saya melahap lembar demi
lembar nonstop buku hasil buah pemikiran, penelitian, impian dan harapan Mas Estu Ernesto,
yang juga berkolaborasi dengan Bang Andibachtiar Yusuf.
Seperti terhipnotis di dalamnya, saya susah terlepas dari buku itu.
Sebagai pecandu sepakbola sejak 20 tahun lalu dan tentunya sebagai orang
Indonesia, saya merasakan betul setiap kata demi kata yang ditulis di
novel ini menggambarkan harapan tinggi rakyat Indonesia pada umumnya,
baik yang suka sepakbola ataupun tidak, akan hadirnya prestasi sepakbola
Indonesia.
Cerita di novel ini mungkin terlihat utopis, mungkin juga untuk saat ini
jauh dari kenyataan dan bertolak belakang dari fakta yang terjadi. Tapi
secara tersirat, inilah harapan dan solusi yang ditawarkan oleh penulis
menyangkut persepak bolaan Indonesia. Tidak ada dualisme kompetisi,
tidak ada kisruh pemilihan pengurus PSSI, tidak ada kecurangan, kerennya
infrastruktur, dan berjalannya pembinaan.
Bab demi bab yang saya lalui di novel ini menunjukkan luasnya
pengetahuan penulis akan sepakbola, khususnya sepakbola Indonesia. Detil
pertandingan, proses seleksi pemain, sekolah sepakbola, formasi
4-3-1-2 atau 4-3-3, suasana ruang ganti sampai proses transfer pemain digambarkan
dengan jelas sehingga orang yang membacanya akan banyak
mengangguk-angguk dan bergumam "ooo begitu.." tanda dia mendapatkan
pengetahuan baru.
Saya menggarisbawahi pembinaan sepakbola yang sepertinya menjadi hal
yang diperhatikan betul oleh penulis di novelnya ini. Saya belum tahu
banyak sepakbola Indonesia dari level grassroot (kelak akan saya cari
tahu) dan tidak tahu persis apakah pembinaan seperti yang ada di buku
ini memang benar dijalankan oleh klub-klub sepakbola kita, atau ini
memang harapan dari penulis. Yang jelas, dari pembinaan dan kompetisi
berjenjang yang diceritakan ini, muncul pemain-pemain bagus yang kelak
menjadi muara bagi terciptanya tim nasional Indonesia yang mampu
berbicara di pentas dunia, serta pemain-pemain yang kualitasnya diakui
klub-klub Eropa.
Pemain yang ditonjolkan penulis adalah Gabriel Omar Baskoro, sang
prontagonis. Striker yang juga mampu bermain sebagai second striker ini
namanya terinspirasi kekaguman ayahnya, Edi Baskoro terhadap tim
nasional Argentina dan salah satu striker terbaiknya, Gabriel Omar
Batistuta. Sebenarnya Edi Baskoro lebih mengagumi Diego Maradona, tapi
karena suatu alasan dia tidak menamai anak laki-lakinya dengan nama si
anak emas (baca novel untuk detailnya).
Di novel setebal 245 halaman ini, diceritakan bagaimana perjalanan
panjang dan berliku Gabriel Omar Baskoro dari menimba ilmu di sekolah
sepakbola Ungaran, bermain di klub Jakarta hingga menjadi pemain tim
nasional.
Di awal bab yang banyak menceritakan kehidupan Edi Baskoro, ayah
Gabriel, kita disuguhi fakta sejarah sepak terjang timnas Indonesia,
tentunya dengan sedikit sentuhan dan modifikasi sehingga ada korelasi
dengan keadaan sepak bola pada era Gabriel Omar.
Kepiawaian Estu Ernesto bercerita juga ditunjukkan dengan bahasa yang
lugas, penambahan konflik, drama dan sedikit bumbu percintaan di dalamnya
seperti layaknya sebuah novel, sehingga novel ini tidak melulu
berbicara soal sepak bola, tapi juga kehidupan sehari-hari pada umumnya.
Tidak lupa juga tambahan sisi filosofis dan kata-kata bijak yang
menjadikan novel ini berisi tapi tetap mudah dimengerti.
Bertolak belakang dengan latar kehidupan sederhana yang diperlihatkan
tokoh-tokoh fiktif di novel ini, terdapat pula nama-nama "real"
pemain maupun pelaku sepak bola Indonesia dan juga sedikit pelaku sepak bola dunia yang membuat
novel ini semarak sekaligus penuh kejutan.
Di cover novel yang menggambarkan Edi Baskoro berbaju timnas Indonesia
nomor 13 yang sedang menggendong Gabriel Omar, juga dengan baju timnas
Indonesia nomor 8, sambil menonton langsung dari stadion, ada tulisan
menarik: segera difilmkan. Saya sudah lihat teaser film ini, dan
menemukan beberapa perbedaan dari beberapa nama tokoh di teaser dengan
yang ada di buku. Tapi mungkin aja itu memang bagian dari kejutan yang
sedang dipersiapkan Bogalakonpic. Jadi, mari kita sama-sama membaca buku
ini sambil menunggu filmnya, yang saya yakin sih bakal keren.
Semoga makin banyak lagi karya seperti ini, yang melambangkan harapan
dan optimisme Indonesia, khususnya karya bertema sepak bola Indonesia.
Semoga banyak pihak yang mampu mengambil manfaat dari cerita ini
sehingga membuang jauh-jauh permusuhan sesama bangsa, menghilangkan ego
pribadi dan golongan demi dua kata: merah dan putih. Sudah sepantasnya
pihak-pihak yang bertikai untuk berjalan bersama demi terciptanya
harapan kita akan tim nasional sepakbola yang mampu berbicara di level
dunia. Terdengar klise, tapi memang inilah harapan kita semua, bukan?
Saya belajar banyak dari novel ini, karena minat dan visi yang juga sama:
sepak bola dan menulis, serta menulis tentang sepak bola. Mudah-mudahan
saya juga berkesempatan membuat karya untuk sepak bola Indonesia seperti
beliau-beliau ini. Akhir kata, buku ini layak dibaca dan dikoleksi.
Kereenn kaak...
ReplyDeleteIni review saya : http://ristabola.blogspot.com/2012/02/imajinasi-dan-khayalan-yang-tinggi.html
masih jauh dari bagus, tapi kalau ada waktu bisa ditengok :D
terimakasiih.. :D
Hai,
ReplyDeleteKeren kok review lo, buktinya dikomen langsung sama penulisnya.. hehehe.. follow2 ya..