cold expression |
Ada yang bilang bahwa keinginan adalah racun, dan penawarnya tentu aja jika keinginan itu tercapai. Makin banyak keinginan, makin banyak pula racun yang ada di hati. Jika keinginan itu terlalu banyak, pikiranpun menjadi penuh ambisi dan kelicikan, pembenaran dan penghalalan segala cara bisa dilakukan oleh seseorang demi memuaskan ambisi pribadinya itu. Di kantor tempat saya bekerja, isinya adalah kumpulan pribadi ambisius, yang walaupun mereka berkata sebaliknya, tapi nyatanya jika mereka mendapat rating lebih rendah daripada sesama peer-nya, mereka akan merasa down, keinginan untuk cabut dari perusahaanpun tidak terhindarkan. Itulah contoh sederhana dari ambisi.
Akan tetapi, keinginan dan ambisi itulah yang membuat manusia hidup. Jika tidak menginginkan apa-apa, peradaban manusia akan berhenti di zaman batu, kita masih akan hidup layaknya binatang dan tidak ada kemajuan. Ambisi, bagaimanapun adalah anugrah Tuhan. Permasalahannya, bagaimana kita mengelola ambisi itu. Bagaimana sikap kita jika ambisi terpenuhi, apakah kita akan menjadi pribadi sombong, arogan, congkak dan suka merendahkan orang lain? Lalu bagaimana sikap kita jika ambisi gagal terpenuhi? Apakah kita akan terpuruk, sedih, frustasi dan menyerah begitu saja? Itu adalah pilihan masing-masing orang.
Cristiano Ronaldo adalah sosok pemain bola yang sangat ambisius. Seorang profesional dan atlet sejati yang selalu menomorsatukan sepakbola dalam hidupnya. Wanita boleh datang dan pergi, tapi tidak dengan sepakbolanya. Dia selalu datang lebih awal dan pulang lebih akhir saat berlatih. Skill olah bola dan kekuatan fisiknya adalah hal yang diinginkan semua pesepakbola.
Pindah dari Manchester United ke Real Madrid dengan predikat pemain termahal dunia, Ronaldo langsung membuktikan kepantasan harganya dengan berbagai gol yang dia ciptakan. Rekor 40 gol La Liga musim lalu dia catatkan sebagai rekor abadi el pichichi La Liga. Tapi dalam 2 tahun terakhir ini, CR7 galau. Layaknya ABG jaman sekarang yang dengan gampangnya curhat di social media, CR7 merasa keinginannya belum tercapai. Permainannya di setiap laga terbesar el classico melawan Barcelona dan rivalnya, Lionel Messi dianggap beberapa pihak masih jauh dari memuaskan.
Entah kutukan apa yang dialami Ronaldo tiap menghadapi salah satu laga tersengit di dunia itu. Di final Copa Del Rey tahun lalu, CR 7 memang mencetak gol kemenangan atas Los Cules, tapi hanya itulah satu-satunya penampilan bagus CR7 pada laga clash of titans ini. CR7 bereaksi negatif saat merayakan gol pertamanya sekaligus gol kelima Real Madrid dalam pertandingan terakhirnya melawan Granada di La Liga, yang membawa Los Blancos menjauh 5 poin dari Los Blaugranas. Dia kesal kepada fans Madrid karena berbagai celaan dan boo yang ditujukan kepadanya pada laga el classico, Desember lalu.
Kepemimpinan La Liga atas Barca mungkin kurang afdol bagi CR7 tanpa penampilan memukau di el classico, yang membuatnya pula terlihat inferior dibandingkan Messi. Inilah racun dari Ronaldo. Racun ambisi dan keinginan yang justru bisa jadi bumerang buatnya. Cristiano mungkin lupa kalau pencapaian tim lebih penting daripada individu. Bukan menonjolnya individu yang mengantar tim juara, tapi tim juaralah yang mengangkat setiap individu yang ada didalamnya. Semua orang tau kalau Ronaldo adalah pemain hebat, tapi tanpa gelar yang bisa dia persembahkan untuk timnya, predikat terbaik tidak akan bisa dia ambil dari Messi.
Yang terpenting sekarang bagi Ronaldo adalah membawa Madrid meraih berbagai gelar musim ini, tidak usah pusingkan el classico dan Messi. Buanglah racun itu dan fokuslah kepada pencapaian tim, bukan ambisi pribadi belaka. Dengan merelakannya, kita bisa membuang racun ambisi dari dalam badan, dan itu bisa membawa kita ketempat yang lebih tinggi dari yang kita duga, melalui jalan yang tidak terpikirkan sebelumnya. Sepakbola tanpa embel-embel ambisi dan persaingan udah cukup menyenangkan, Ron!
@aditchenko
No comments:
Post a Comment