Seorang teman saya terdiam lemas sehabis pertandingan antar perkumpulan
memperingati hari kemerdekaan yang berlangsung seru. Bukan karena dia
lelah setelah menjalani pertandingan, tapi justru karena sama sekali
tidak dipasang. Dia pulang dengan perasaan kesal. Dendam. Merasa tidak
dihargai. “Gak ada yang enak dari situasi dicadangkan,” sungutnya.
Hadiah turnamen ini pun hanya seekor kambing.
Setelah saya amati, perkumpulan sepak bola teman saya itu memang
mengusung semangat "kekeluargaan" yang tinggi. Pemilihan susunan pemain
berdasarkan "like and dislike" dan sejenisnya. Pemain lain yang di luar
"geng" mereka umumnya dicadangkan, dan hanya sebatas didaftarkan untuk
memenuhi kuota.
Dengan skala lebih global, mungkin masih ada yang ingat terhadap
Fernando Morientes. Striker asal Spanyol yang biasa dipanggil Moro itu
berhasil tampil impresif di Liga Champion 2003/2004 saat membawa klub
yang meminjamnya, AS Monaco ke final sebelum dihentikan tim kejutan
lainnya, FC Porto yang saat itu diperkuat Deco dan dilatih Jose
Mourinho.
Namun saat itu tidak ada yang menyangkal kehebatan Moro walaupun Monaco
gagal menjadi kampiun. Klub pemilik aslinya, Real Madrid, malah menjadi
korban akibat dua golnya ketika mereka bertemu di babak perempat final.
Moro akhirnya mampu menjadi top skorer Liga Champions dengan 9 gol dan
mencetak 10 gol di Ligue 1.
Moro membuktikan diri mampu mengalahkan kontribusi Raul Gonzalez dan
Ronaldo, duet maut lini depan Madrid yang saat itu tidak tersentuh dan
memaksanya untuk menjalani peminjaman dengan Monaco. Sama dengan teman
saya tadi, keengganan untuk menjadi penghangat bangku cadanganlah yang
memotivasi Moro untuk berpetualang bersama Monaco.
Banyak pihak mengkambinghitamkan kekeliruan Madrid terhadap klausul
perjanjian kontrak peminjaman Moro. Madrid bisa membuat Moro tidak
bermain di pertandingan itu jika mereka mengaktifkan "own-club tied."
Kisah Morientes ini tampaknya menjadi pelajaran berharga umumnya bagi
klub-klub Eropa. Akhirnya, kini hampir semua klub yang meminjamkan
pemainnya ke klub lain mengaktifkan klausul "cannot play against his own
team" dalam kontrak peminjaman si pemain.
Peminjaman pemain sudah sangat biasa terjadi antar klub-klub sepak
bola. Klub besar seperti Manchester United bahkan memiliki Royal Antwerp
sebagai feeder mereka. Mereka memanfaatkan Antwerp untuk
“menyekolahkan” pemain baru mereka, yang umumnya masih muda untuk
mendapatkan pengalaman bermain. Klub Belgia ini pun mendapatkan manfaat
dari transaksi ini karena mereka bisa menggunakan tenaga pemain United
yang mereka pinjam tersebut.
Klub asli si pemain meminjamkan pemainnya karena berbagai pertimbangan.
Untuk pemain muda yang dianggap potensial tetapi belum layak menghuni
tim utama, klub-klub sering meminjamkan pemainnya. Contohnya adalah Dany
Welbeck (Manchester United) yang musim lalu dipinjamkan ke Sunderland,
dan Daniel Sturridge (Chelsea) yang dipinjamkan ke Bolton. Kini, mereka
berdua mapan di tim utama setelah kembali dari masa pinjaman.
Faktor lainnya adalah si pemain memang tersingkir dari tim karena kalah
bersaing, ataupun melimpahnya stok pemain yang ada pada sebuah klub.
Morientes pada waktu itu masuk dalam kategori ini. Atau ada pula alasan
lain, seperti mengisi libur kompetisi. Hal ini dilakukan oleh Thierry
Henry dan Landon Donovan, serta David Beckham dua musim lalu.
Mari kita ke pertandingan Liga Inggris 22 Januari 2012 Minggu malam jam
8 WIB antara Manchester City melawan Tottenham Hotspurs. Di musim ini,
Emmanuel Adebayor tampil gemilang bersama Tottenham Hotspurs. Penyerang
asal Togo ini seolah menemukan kembali sentuhannya seperti saat bermain
di Arsenal. Namun segala talenta dan kehebatannya disia-siakan City, dan
menjadi sia-sia pula bagi Tottenham Hotspurs ketika terhalang oleh
klausul kontrak peminjaman "cannot play against his own club."
Ketiadaan Adebayor mengubah dimensi permainan Spurs saat menghadapi
City. Adebayor bukan sekadar penyerang yang cepat dan tangguh di udara,
tapi juga memiliki kontrol bola yang baik sehingga mampu menahan bola
lebih lama dan hal ini membuka ruang bagi lini pertahanan lawannya.
Jermain Defoe memang gak bisa dibilang tampil jelek dalam mengisi peran
Adebayor semalam, terbukti dia mampu mencetak satu gol, dan
kecepatannya cukup merepotkan Joleon Lescott dan membuat Stefan Savic
membuat blunder. Namun, kehadiran Adebayor diyakini akan mampu membuat
pertahanan City lebih menderita, dan hasilnya bisa saja berbeda.
Lebih lengkap di http://www.beritasatu.com/blog/olahraga/1343-kisah-pemain-pinjaman.html
No comments:
Post a Comment