Pages

Sunday, January 29, 2012

Kisah Pemain Pinjaman

Seorang teman saya terdiam lemas sehabis pertandingan antar perkumpulan memperingati hari kemerdekaan yang berlangsung seru. Bukan karena dia lelah setelah menjalani pertandingan, tapi justru karena sama sekali tidak dipasang. Dia pulang dengan perasaan kesal. Dendam. Merasa tidak dihargai. “Gak ada yang enak dari situasi dicadangkan,” sungutnya. Hadiah turnamen ini pun hanya seekor kambing.

Setelah saya amati, perkumpulan sepak bola teman saya itu memang mengusung semangat "kekeluargaan" yang tinggi. Pemilihan susunan pemain berdasarkan "like and dislike" dan sejenisnya. Pemain lain yang di luar "geng" mereka umumnya dicadangkan, dan hanya sebatas didaftarkan untuk memenuhi kuota.

Dengan skala lebih global, mungkin masih ada yang ingat terhadap Fernando Morientes. Striker asal Spanyol yang biasa dipanggil Moro itu berhasil tampil impresif di Liga Champion 2003/2004 saat membawa klub yang meminjamnya, AS Monaco ke final sebelum dihentikan tim kejutan lainnya, FC Porto yang saat itu diperkuat Deco dan dilatih Jose Mourinho.

Namun saat itu tidak ada yang menyangkal kehebatan Moro walaupun Monaco gagal menjadi kampiun. Klub pemilik aslinya, Real Madrid, malah menjadi korban akibat dua golnya ketika mereka bertemu di babak perempat final. Moro akhirnya mampu menjadi top skorer Liga Champions dengan 9 gol dan mencetak 10 gol di Ligue 1.

Moro membuktikan diri mampu mengalahkan kontribusi Raul Gonzalez dan Ronaldo, duet maut lini depan Madrid yang saat itu tidak tersentuh dan memaksanya untuk menjalani peminjaman dengan Monaco. Sama dengan teman saya tadi, keengganan untuk menjadi penghangat bangku cadanganlah yang memotivasi Moro untuk berpetualang bersama Monaco.

Banyak pihak mengkambinghitamkan kekeliruan Madrid terhadap klausul perjanjian kontrak peminjaman Moro. Madrid bisa membuat Moro tidak bermain di pertandingan itu jika mereka mengaktifkan "own-club tied." Kisah Morientes ini tampaknya menjadi pelajaran berharga umumnya bagi klub-klub Eropa. Akhirnya, kini hampir semua klub yang meminjamkan pemainnya ke klub lain mengaktifkan klausul "cannot play against his own team" dalam kontrak peminjaman si pemain.

Peminjaman pemain sudah sangat biasa terjadi antar klub-klub sepak bola. Klub besar seperti Manchester United bahkan memiliki Royal Antwerp sebagai feeder mereka. Mereka memanfaatkan Antwerp untuk “menyekolahkan” pemain baru mereka, yang umumnya masih muda untuk mendapatkan pengalaman bermain. Klub Belgia ini pun mendapatkan manfaat dari transaksi ini karena mereka bisa menggunakan tenaga pemain United yang mereka pinjam tersebut.

Klub asli si pemain meminjamkan pemainnya karena berbagai pertimbangan. Untuk pemain muda yang dianggap potensial tetapi belum layak menghuni tim utama, klub-klub sering meminjamkan pemainnya. Contohnya adalah Dany Welbeck (Manchester United) yang musim lalu dipinjamkan ke Sunderland, dan Daniel Sturridge (Chelsea) yang dipinjamkan ke Bolton. Kini, mereka berdua mapan di tim utama setelah kembali dari masa pinjaman.

Faktor lainnya adalah si pemain memang tersingkir dari tim karena kalah bersaing, ataupun melimpahnya stok pemain yang ada pada sebuah klub. Morientes pada waktu itu masuk dalam kategori ini. Atau ada pula alasan lain, seperti mengisi libur kompetisi. Hal ini dilakukan oleh Thierry Henry dan Landon Donovan, serta David Beckham dua musim lalu.

Mari kita ke pertandingan Liga Inggris 22 Januari 2012 Minggu malam jam 8 WIB antara Manchester City melawan Tottenham Hotspurs. Di musim ini, Emmanuel Adebayor tampil gemilang bersama Tottenham Hotspurs. Penyerang asal Togo ini seolah menemukan kembali sentuhannya seperti saat bermain di Arsenal. Namun segala talenta dan kehebatannya disia-siakan City, dan menjadi sia-sia pula bagi Tottenham Hotspurs ketika terhalang oleh klausul kontrak peminjaman "cannot play against his own club."

Ketiadaan Adebayor mengubah dimensi permainan Spurs saat menghadapi City. Adebayor bukan sekadar penyerang yang cepat dan tangguh di udara, tapi juga memiliki kontrol bola yang baik sehingga mampu menahan bola lebih lama dan hal ini membuka ruang bagi lini pertahanan lawannya.

Jermain Defoe memang gak bisa dibilang tampil jelek dalam mengisi peran Adebayor semalam, terbukti dia mampu mencetak satu gol, dan kecepatannya cukup merepotkan Joleon Lescott dan membuat Stefan Savic membuat blunder. Namun, kehadiran Adebayor diyakini akan mampu membuat pertahanan City lebih menderita, dan hasilnya bisa saja berbeda.

Lebih lengkap di http://www.beritasatu.com/blog/olahraga/1343-kisah-pemain-pinjaman.html

No comments:

Post a Comment