Pages

Monday, October 26, 2015

Mana Yang Lebih Menguntungkan: Membangun Atau Menyewa Stadion?

Rencana pembangunan stadion gagal diwujudkan AC Milan. Semula, mulai tahun 2016, proses konstruksi sudah akan dimulai. Dihentikannya proyek ini sudah dikonfirmasi presiden mereka sendiri, Silvio Berlusconi sekitar sebulan silam.

Membandingkan dengan klub lain, kepemilikan stadion disebut sebagai salah satu kunci peningkatan performa finansial Juventus, yang berujung pula pada peningkatan prestasi baik di kompetisi lokal maupun kontinental. Berkaca pada keberhasilan ini, banyak klub Italia lain seperti AS Roma, Sassuolo dan Udinese yang mengikuti langkah Si Nyonya Tua untuk membangun stadion milik sendiri.

Lalu benarkah kepemilikan stadion menjadi satu-satunya solusi untuk menggenjot pendapatan?

***
Belum lama ini, West Ham United menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah London dalam hal penyewaan stadion Olympic. Stadion ini akan mulai digunakan oleh The Hammers mulai musim depan, dengan durasi penyewaan selama 100 tahun. 

West Ham sebenarnya sudah memiliki stadion sendiri, yaitu Boleyn Ground yang telah mereka huni lebih dari seabad silam. Langkah West Ham untuk berpindah kandang milik sendiri menjadi menyewa stadion milik pemerintah sebetulnya bukan kali pertama dilakukan oleh klub sepak bola. Manchester City sudah melakukannya sejak tahun 2008 sejak mereka berpindah dari stadion Maine Road ke City of Manchester Stadium, atau yang sekarang telah dibeli hak penamaannya oleh Etihad.

Sejak pindah ke Etihad, toh City tetap memperoleh pendapatan yang cukup besar dari sisi stadion. Data yang dikumpulkan oleh Swiss Ramble menunjukkan bahwa tahun 2014, The Sky Blues memperoleh 43 juta pounds. Jumlah ini memang sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya sejumlah 47 pounds, namun hal ini disebabkan adanya renovasi yang menyebabkan menurunnya kapasitas penonton dari 47 ribu ke 45 ribu penonton. Musim ini, kapasitas stadion kembali ditingkatkan hingga 55 ribu, yang tentunya akan menambah jumlah pendapatan mereka.

Dibanding saat masih menggunakan stadion Maine Road, pendapatan City dari sektor stadion jauh lebih besar. Dilihat dari kapasitas, stadion Maine Road yang ditutup tahun 2003 ini hanya mampu menampung 35 ribu penonton. Tanpa harus menengok data yang lebih detail, sudah aman untuk menyimpulkan bahwa peningkatan pendapatan dari sektor penonton sudah didapat.

Keputusan yang diambil West Ham dan City ini tentu saja menunjukkan bahwa kepemilikan stadion sendiri bukanlah satu-satunya jalan untuk memperkuat sendi-sendi finansial. Membangun stadion, meski akan menguntungkan, namun membutuhkan biaya konstruksi yang tidak sedikit, ditambah lagi kewajiban membayar bunga bank sebagai konsekuensi hutang. Logisnya selama periode tersebut, klub kerap terpaksa menghemat anggaran yang kemudian berakibat terbatasnya belanja pemain. Contoh dari kasus ini adalah yang dialami Arsenal selama mereka membangun stadion di kawasan Ashburton Grove (yang sekarang lisensi penamaannya dipegang Emirates).

Analisa yang lebih menyeluruh tentang build or rent ini dapat dilakukan, tentunya mempertimbangkan berbagai aspek finansial yang perlu melibatkan para ahli. Namun kita sudah bisa menyimpulkan bahwa klub yang menyewa stadion pun ternyata masih dapat meraup keuntungan yang setara dengan mereka yang memiliki stadion, tentunya dengan berbagai kondisi.

“Kami pindah ke Olympic karena kapasitas yang lebih besar dan fasilitas yang lebih modern. Dengan demikian, kami berharap bisa menghimpun lebih banyak penonton dan juga menjaring penonton baru,” ujar Karren Brady, Vice President dari West Ham. Alasan yang kurang lebih senada juga diucapkan oleh petinggi City kala memutuskan pindah ke Etihad.

Baik menyewa atau membangun stadion baru, tujuannya sebetulnya sama, yaitu meningkatkan pendapatan. Yang dicari dari perpindahan stadion baru bagi sebuah klub adalah suasana baru yang tentunya akan membawa pengalaman baru bagi pendukung loyal selama ini, sekaligus menjaring penonton baru dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi sebagai pemikat.

Relokasi ini memang tidak selamanya didukung. Bagi para fans yang sudah berurat akar mendukung klub daerahnya, perpindahan stadion akan menggerus identitas dan sejarah klub itu sendiri, seperti yang dialami David Conn atau Colin Schindler yang dalam masing-masing bukunya mengisahkan rasa kehilangan yang besar pada suasana Maine Road.

Jika kita melihat sisi romantisme seperti ini, berpindah tempat memang bukan sebuah pilihan. Namun tentu saja relokasi markas tim sepak bola seperti ini bukanlah kali pertama terjadi. Sebelum bernama Manchester United yang sekarang kita kenal, klub ini lebih dulu bernama Newton Heath, begitu pula klub Milton Keynes Dones yang sebelumnya kita kenal sebagai Wimbledon. Kedua kesebelasan berganti nama seiring keputusan mereka untuk merelokasi kandang mereka.

***
Jawaban atas pertanyaan seputar mana yang lebih menguntungkan antara menyewa atau membangun stadion baru, bagaimanapun tidak dapat digeneralisir begitu saja melainkan perlu dilihat kasus demi kasus yang spesifik. Bagi Milan, misalnya, mereka tidak bisa menyewa stadion baru yang sudah jadi, karena memang tidak ada pembangunan stadion baru yang dilakukan pemerintah kota Milan. Pilihan mereka tinggal membangun stadion baru atau tetap menempati San Siro bersama Inter Milan.

Peluang untuk memilih antara menyewa atau membangun bisa didapatkan oleh sebuah klub andai terdapat penyelenggaraan event berskala nasional, yang membuat negara (atau pemerintah daerah) menganggarkan pembangunan stadion. Dari situlah klub-klub berkesempatan untuk melakukan pengajuan penyewaan, seperti yang dilakukan West Ham. Dalam proses pengajuan ini, West Ham juga harus bersaing dengan Tottenham Hotspur.

Klub-klub Liga Rusia memiliki peluang selanjutnya untuk memiliki stadion baru yang dibangun pemerintah, karena berdekatan dengan penyelenggaraan Piala Dunia tahun 2018. Spartak Moskow menikmati stadion baru, dan akan disusul Rubin Kazan. Sementara CSKA Moskow dan FC Krasnodar telah menjalankan proyek stadion baru sebelum Rusia ditetapkan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018.

No comments:

Post a Comment