Diremehkan
adalah salah satu perlakuan paling tidak enak dalam hidup. Namun dari perlakuan
itu, manusia sebenarnya memiliki dua pilihan, merasa frustrasi lalu menyerah
atau merasa kesal lalu bangkit untuk menunjukkan betapa salahnya orang itu
menilai kita.
Semalam, Milan menunjukkan bahwa mereka memilih yang kedua. Milan adalah tim yang diremehkan, pemain-pemain mereka diremehkan, pelatih mereka juga diremehkan. Tidak ada yang berani mengunggulkan mereka dalam menghadapi Barcelona, tim yang dianggap terkuat di dunia saat ini, meski pertandingan berlangsung di San Siro.
Bagaimana tidak diremehkan jika komentator terus saja salah menyebut nama Stephan El Shaarawy, padahal pemain ini adalah salah satu bakat terbesar dunia sepak bola saat ini dan telah menyumbang 15 gol di Seri a. Sangat jelas bahwa kompetisi liga Italia saat ini memang bukan menjadi tontonan mainstream.
Belum lagi jika menyebut pelatih Max Allegri. Saya menjadi bahan tertawaan suporter klub rival ketika menyebut bahwa Allegri adalah calon pelatih terbaik Italia tahun ini. Nyatanya semalam strategi dan pilihan pemain dari Allegri jugalah yang memberikan kemenangan yang akan sulit dilupakan ini.
Coba simak saja twit dari para pundit sepak bola ternama yang menyanjung Allegri atas kemenangan dua gol tanpa balas yang sensasional ini.
Pujian dari master sepak bola Italia |
Pujian dari jurnalis sepak bola Italia |
Pujian dari jurnalis ESPN |
And here we go, pujian dari jurnalis dan penulis yang juga seorang... Juventini! |
Menarik pula menunggu reaksi Presiden Silvio Berlusconi, orang yang tidak mendukung sang pelatih untuk menukangi tim yang telah dimilikinya. Kini tepat 27 tahun peringatan kepemilikannya atas Rossoneri, Allegri memberikan kado yang sangat spesial sekaligus pembuktian elegan pada eks Perdana Menteri Italia itu.
Milan sungguh bermain mengagumkan, bahkan suporter netral maupun superter Barcelona juga mengakuinya. Pertahanan mereka tampil disiplin dan nyaris tanpa cela. Mereka juga berhasil mengisolasi sang alien, Lionel Messi hingga La Pulga nyaris tidak berkontribusi apa-apa sepanjang laga yang membuat San Siro full house ini.
Kedisiplinan ini memang memaksa Milan bermain dengan serangan balik, sesuatu yang sebetulnya bukan kebiasaan mereka. Penguasaan bola yang dipegang Barca hingga 70% seolah menunjukkan siapa yang lebih berpeluang menang di partai ini. Namun Milan bertanding layaknya petarung cerdik yang memang menunggu saat tepat sang lawan berbuat kesalahan.
Milan mencuri dua gol dengan klinis memanfaatkan kegagalam para pemain Barca mempertahankan ball possession. Di gol pertama, bola memang sempat mengenai tangan Cristian Zapata sebelum dihajar Boateng, namun wasit melihatnya sebagai tindakan yang tidak disengaja karena bola yang menuju tangan, bukan tangan yang sengaja mengenai bola. Selanjutnya proses gol kedua lebih elegan karena M'baye Niang mengawalinya dengan meliuk-liuk hingga membuat Carles Puyol tersungkur, Key passes yang kemudian ia berikan kepada El Shaarawy akhirnya diselesaikan dengan cantik oleh tendangan voli Sulley Muntari.
Catat, dua gol yang tercipta juga lahir dari pemain yang selalu diremehkan: Boateng dan Muntari.
Barca yg memang sudah kalah angin tidak mampu mencuri gol away sebagai bekal pertemuan di Camp Nou nanti. Milan kini diatas angin dan hanya butuh untuk tidak kalah lebih dari dua gol saja demi melaju ke perempat final. Segala kemungkinan masih bisa terjadi.
Milan menunjukkan diri sebagai tim berpotensi dengan mengalahkan tim terbaik dunia. Jika akhirnya bisa menyingkirkan Barca, Milan akan menjadi kandidat serius juara turnamen ini dan mendapat respek dari semua pihak.
Apapun itu, ini adalah kemenangan bersejarah yang patut dirayakan dengan sukacita. Apapun hasil di Camp Nou nanti, Milan telah menunjukkan karakter juara yang membanggakan. Para penonton dari aliran mainstream akan mulai menonton laga-laga Seri A seperti dulu, dan mereka akan mulai menyisihkan uang untuk membeli jersey El Shaarawy agar tidak salah lagi menyebut namanya.
No comments:
Post a Comment