Pages

Monday, November 26, 2012

Kami telah kalahkan penghuni Capolista!

Hold together, lose together, win together


Sebuah pertunjukan mencekam kembali saya saksikan. Bukan, bukan film horor yang menampilkan Sadako apalagi Pocong, tapi pertunjukan mencekam dari lapangan hijau.

Setelah dipaksa menaiki roller coaster di Bukit Jalil dalam pertunjukan timnas Indonesia di Piala AFF, saya dipaksa menaiki lagi roller coaster di San Siro dalam pertunjukan Milan menghadapi tim super hebat, berduit, kolektif, produktif, panutan di Italia sekaligus memimpin klasemen, Juventus.

Juve adalah tim dengan ball possession terbaik, thanks to Allegri dan Galliani yang melepas maestro passing Andrea Pirlo ke kota Turin. Pirlo bersama Arturo Vidal dan Claudio Marchisio seolah bebas mem-bully lawan-lawan mereka di seri a, dan kini mereka juga tampil hebat di Eropa. Dinamisnya lini tengah Super Juve dilengkapi oleh  Kwadwo Asamoah dan Mauricio Isla, yang mereka datangkan dari Udinese. Soliditas lini tengah itu seakan mampu menutupi kelemahan mereka yang tidak memiliki prima punta kelas dunia.

Toh, siapa butuh prima punta handal ketika memiliki gelandang-gelandang jempolan? Lagipula, Mirko Vucinic juga bukan striker kacangan. Fabio Quagliarella juga mulai menemukan mojo-nya, belum lagi Sebastian Giovinco yang makin menjadi. Gol-gol juga kerap diciptakan oleh pemain belakang atau pemain cadangan. Nama-nama seperti Martin Caceres, Paul Pogba atau Simone Padoin juga kerap mengisi papan skor dengan gol-gol mereka. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, mereka kini menjadi tim yang too good to be true.

Tim hebat itu datang ke San Siro menghadapi Milan, yang musim ini seolah tidak ada apa-apanya bagi mereka. Milan yang mereka anggap tim medioker, Milan yang mereka cela sedang bertarung di zona degradasi, Milan yang budget-nya terbatas, Milan yang tetap menjadi one-man team setelah Zlatan Ibrahimovic memberikan tongkat estafet itu kepada Stephan El Shaarawy, Milan yang pertahanannya serapuh hati ABG labil, Milan yang pelatihnya tidak kreatif dan jauh dibanding pelatih muda jempolan mereka. Tapi memang Milan yang itulah yang mengalahkan mereka semalam. Milan yang itu!

Pertandingan menghadapi Juventus justru menandai keberhasilan Milan menghadapi serangkaian hujan badai di bulan November. Ketika menyerah dari Fiorentina di San Siro, banyak yang meragukan apakah Allegri mampu bertahan menghadapi tiga partai berat melawan Napoli, Anderlecht dan Juventus. Nyatanya Allegri dengan luar biasa menjawab itu semua. Khusus semalam, Allegri juga dengan elegan menjawab kehadiran Marco Van Basten di tribun yang memunculkan spekulasi penggantian dirinya dengan eks legenda Rossoneri itu.

Van Basten mungkin berbicara kepada Ariedo Braida yang duduk disampingnya saat itu. “Apaan sih lo, ini tim baik-baik aja kok. Jangan lebay deh!”

Milan yang sebenarnya memiliki possession bagus karena ada Montolivo di mesin serangan sebenarnya memulai laga dengan baik. Mereka menekan Juve, menciptakan banyak peluang meski gol yang mereka dapatkan adalah hasil hukuman penalti meragukan.

“Itu terlihat seperti penalti dari pinggir lapangan. Tapi ketika melihat tayangan ulang, itu bukan penalti.” Ujar Allegri.

“Itu memang bukan penalti, dan kami kalah. Namun terlepas dari itu, kami memang tidak pantas menang. Seperti ada yang hilang.” Ujar Gianluigi Buffon, kiper Juve.

Penalti ini seperti menuntaskan dendam setahun lalu kala gol Sulley Muntari tidak disahkan. Buffon, yang tahun lalu dihujat Milanisti, kini berkomentar sportif. Well done!

Terlepas dari kontroversi, pertandingan semalam tetaplah menarik. Jika anda berpendapat seri a tidak seseru EPL, mungkin anda perlu menonton pertandingan semacam tadi malam. Baik Milan maupun Juve semalam bertanding dengan karakter dan disiplin taktik yang tinggi, serta kemauan keras untuk memenangi pertandingan.

Juve terus menyerang setelah gol penalti Robinho, mereka menunjukkan superioritas permainan lewat penguasaan mutlak ball possession: 61 berbanding 39%. Yang kurang dari Juve hanyalah efisiensi peluang. Dari keunggulan penguasaan bola mutlak itu, Juve memang melepas 13 tendangan, namun hanya dua yang tepat sasaran. Sementara Milan meski dikepung Juve, mampu melepas 15 tendangan dengan enam diantaranya mengarah ke Buffon.

Montolivo, yang semalam ditunjuk sebagai kapten benar-benar menunjukkan kepantasannya. Ia yang kerap dibandingkan dengan Pirlo mampu mengatur distribusi bola dengan baik. Ia membantu pertahanan dan serangan sama baiknya, juga menunjukkan kepemimpinan luar biasa. Potret calon kapten pasca hengkangnya Ambrosini musim depan dan kiprah Abbiati yang dikabarkan juga tidak lama lagi di Milanello.

Pertahanan solid, diluar kebiasaan, mampu menjadi kunci kemenangan Milan. Kuartet De Sciglio-Mexes-Yepes-Constant mampu tampil disiplin dan luar biasa sepanjang 90 menit. Mereka berkali-kali melakukan tekel, intersep, bloking dan clearance yang mampu menyelamatkan gawang Marco Amelia. Amelia sendiri malam itu tidak tampil kagok seperti biasa. Ia mampu mengamankan banyak crossing dan mengamankan dua tendangan pemain-pemain Juve.

Performa menggembirakan De Sciglio dan Constant juga sangat patut disyukuri, karena Milan tidak perlu lagi repot-repot mencari bek sayap. Kini keduanya bisa dikatakan telah menggeser Ignazio Abate yang lemah dalam bertahan dan Luca Antonini yang angin-anginan.

Kemenangan ini mungkin hanya berharga tiga poin, tidak perlu dibesar-besarkan. Posisi Milan di klasemen juga masih belum beranjak ke top half. Namun kini Milan sudah mengalahkan sang capolista, artinya secara teori mereka mampu mengalahkan siapapun. Walaupun lewat penalti kontroversial dan terus diserang, kemenangan tetaplah kemenangan.

Jika performa konsisten dan hasil bagus terus diraih hingga akhir tahun ini, tahun 2013 akan menjadi kebangkitan Milan menuju posisi ideal zona Champions. Tambahan dua pemain di musim dingin seperti contohnya Cassano dua tahun lalu akan semakin membantu pencapaian tujuan itu.

No comments:

Post a Comment