Pazzini "Bradley Cooper", gol pertama setelah 2 bulan |
Kemenangan fantastis akhirnya diukir di giornata 11 serie a
oleh skuad Max Allegri. Kemenangan yang sedikit mengurangi beban dari pundak
eks pelatih Cagliari itu karena diraih dengan cara spektakuler, 5 gol berbalas
1 dan dengan permainan yang sangat hidup. Berkat kemenangan ini, Milan kini
mulai menapaki posisi top-half setelah beberapa pekan sebelumnya nyaris
menghuni zona degradasi.
Allegri kembali membuat dahi berkerut dengan mengubah
formasi. Pola 4-2-3-1 menjadi yang digunakan sejak start hingga akhir.
Setidaknya Allegri sudah menemukan bahwa 2 gelandang tengah mutlak diperlukan
guna menyokong trio gelandang ofensif Rossoneri. Menurunkan 5 gelandang dan 3
bek tengah seperti saat melawan Palermo mid-week lalu bukanlah ide yang bagus.
Milan memulai pertandingan dengan positif. Meski Chievo
menurunkan formasi ultra-defensif 5-3-2, Milan yang dimotori Riccardo Montolivo
dan kapten Massino Ambrosini di tengah mampu mengalirkan bola dengan cepat dan
efektif. Hasilya, Milan unggul cepat lewat gol Urby Emanuelson setelah
tendangan 1st time-nya dua kali membentur bek Chievo sebelum
meluncur mulus ke gawang kiper veteran, Stefano Sorrentino.
Kelemahan lini pertahanan Milan terekspos saat menghadapi
set-piece. Gol tandukan Sergio Pellisier di tiang dekat membawa The Flying
Donkeys menyamakan kedudukan hanya dalam waktu dua menit. Untungnya Milan tidak
panik dan tetap bermain dengan ball possession yang apik dan mengalir. Simple
passing dan gocekan-gocekan ringan yang terus dilakukan Milan membuat pemain
bertahan Chievo sering dipaksa melakukan pelanggaran. Emanuelson, yang tampil
cemerlang dan sempat memperagakan tehnik gocekan Ronaldinho-esque kembali
berperan dalam gol kedua, kali ini assist-nya kepada Montolivo membuat Milan
kembali unggul.
Selanjutnya, Milan terus memaksa menyerang melalui sayap
kanan yang ditempati Emanuelson yang sering melakukan kombinasi dengan Ignazio
Abate. Tidak adanya pemain bertahan Chievo yang melapis Boukary Drame membuat
Milan leluasa menyerang lewat sisi itu. Meski demikian, hal itu menunjukkan
Milan masih cenderung berat sebelah dalam menyerang, karena sisi kiri mereka
praktis kurang berperan, dan Stephan El Shaarawy memang difungsikan untuk
melakukan terobosan dan finishing saja.
Sementara Giampaolo Pazzini bermain cukup apik sebagai
pemantul dan penahan bola. Tercatat dia melakukan 19 touch, 8 umpan dan 2
tembakan. Keterlibatan yang cukup besar bagi si Bradley Cooper.
Gol ketiga lahir dari skema serangan balik yang cepat. Bojan
menyelesaikan peluang menembak datar dari jarak cukup jauh, 30 meter.
Sepertinya hal yang jarang terjadi di musim ini yaitu gol lewat fast-break
membuat Milan kian percaya diri. Gol-gol seperti ini sebenarnya menjadi salah
satu kekuatan Milan dalam dua musim terakhir.
Catatan khusus di babak pertama ini, Milan terlalu
bergantung kepada Montolivo dalam membangun serangan. Sayangnya, tidak ada lagi
pemain setipe dirinya. Jika Monty cedera, Milan akan kesulitan mengembangkan
permainan. Selain itu, Milan kerap kesulitan menghadang penyerang jangkung tapi
bertehnik Chievo, Cyril Thereau.
Di babak kedua, Milan tidak mengendurkan tempo. Allegri tahu
benar bahwa untuk mengamankan posisinya plus menyenangkan tifosi publik San
Siro, dia harus memberikan kemenangan impresif. Serangan lewat sayap kanan kini
mulai diimbangi dengan sisi lainnya, yaitu sisi kiri. Kevin Constant dan El
Shaaraawy mulai berani keluar menyerang dan terlibat dalam serangan-serangan
bergelombang il Diavolo Rosso.
Constant menunjukkan performa terbaiknya sejauh ini,
terlebih setelah Luciano ditarik keluar. Di babak pertama, gelandang veteran
ini kerap meneror sisi kiri pertahanan Milan. Sepeninggal Luciano, Constant
berhasil mengeksploitasi sisi kanan pertahanan Chievo dan mengirimkan banyak
crossing. Saya menghitung selama pertandingan babak kedua, bek kiri darurat ini
mengirimkan 5 crossing, dua diantaranya nyaris berbuah gol.
Setelah setengah jam
belum menambah gol, si fenomenal El Shaarawy mencatatkan namanya di papan skor
setelah menyelesaikan crossing mendatar Abate, skema yang sama ketika ia
menjebol gawang Genoa, giornata 9 lalu. Ini adalah gol ke-8 il Faraone musim
ini yang menjadikannya berada di puncak daftar capocannonieri seri a. Semoga
musim dingin ini atau musim panas mendatang, bocah ajaib yang baru merayakan ulang
tahun ke 20 ini tetap berseragam merah-hitam.
Di babak kedua ini, giliran Bojan unjuk kemampuan. Bojan
mendemonstrasikan kelebihan tehnik dan kecepatannya dalam mengacak-acak lini
belakang Chievo yang dikomandoi eks Roma, Marco Andreolli. Kombinasinya dengan
El Shaarawy dan Montolivo membuat Milan memegang kendali total di tengah hingga
daerah final third.
The icing of the cake akhirnya didapatkan Rossoneri. Bojan
membuktikan bahwa dia memang alumni La Masia dengan mengirim umpan ala Xavi dan
Iniesta, umpan yang membelah dua lapis pertahanan lawan. Umpan cantiknya itu
meloloskan El Shaarawy dari kawalan. Dengan cepat, il Faraone mengirim umpan ke
mulut gawang, dimana Bradley Cooper sudah menunggu. Gol pertama striker
bernomor punggung 11 sejak 2 bulan, atau 9 giornata lalu ini menutup tirai
pertunjukan spektakuler skuad Max Allegri. Gol yang membuat Adriano Galliani
terbangun dari kursinya.
Terlalu dini menilai Milan telah cocok memakai pola ini.
Milan meraih kemenangan besar ini juga karena andil Chievo yang bermain buruk
dan kurang disiplin menjaga pertahanannya. Lini tengah yang diisi Roberto Guana
dan Peperin Hatemaj juga terlihat kocar-kacir karena kalah jumlah dari Milan.
Milan belum pernah sekalipun menuai streak kemenangan yang akan menjustifikasi
kecocokan dan keampuhan pola 4-2-3-1 ini. Hanya saja, kemenangan ini akan
membuat Milan kian percaya diri untuk segera meraih hasil-hasil positif
berikutnya, terlebih jadwal berat yang diselingi Liga Champions segera menanti.
No comments:
Post a Comment