Romario dari Salento |
Anda mungkin hanya bisa menggerutu saat menyaksikan
pertandingan antara Udinese melawan Genoa minggu malam lalu. Pertandingan tidak
bertaji dan tidak bergigi berujung skor kacamata itu untungnya tidak terjadi di
malam minggu, atau malam prime-time disaat anda sebetulnya memiliki banyak
pilihan acara lain ketimbang menonton siaran langsung sepak bola dirumah.
Menyaksikan pertandingan yang sama sekali tidak seru
berkesudahan 0-0 itu sama saja menonton acara infotainment atau program promosi
apartemen mahal, yang mungkin akan membuat anda lebih baik menonton film lawas
di HBO Signature saja daripada tetap diam didepan televisi dan berbuat dosa
mengutuk dan menyumpahi pemain-pemain yang tidak kunjung menampilkan
pertunjukan seru.
Lini masa di twitter tidak kalah kejamnya. Para penggemar
sepak bola yang saya follow itu banyak yang mencibir pertandingan ini dengan
tema sama, yaitu pertadingan yang super membosankan. Bola hanya berkutat
ditengah lapangan dan direbut lagi oleh lawan saat hendak memasuki final third.
Udinese yang memang bertindak sebagai tuan rumah memang banyak memegang kendali
permainan, namun mereka seperti amatiran ketika memasuki wilayah lawan. Dan
seperti layaknya tim Italia, Genoa menempatkan 7 pemain di daerah mereka ketika
diserang, menyisakan Ciro Immobile dan Marco Borriello di depan frustasi tidak
kunjung mendapat bola.
Mungkin TVRI apes menyiarkan pertandingan ini disaat terjadi
berbagai hujan gol di pertandingan lainnya di waktu yang bersamaan. Di Bergamo,
Atalanta diluluhlantakkan il Toro Torino 1-5. Di Sisilia, Palermo menghajar the
flying donkeys Chievo 4-1. Di Olimpico, Lazio menumbangkan Siena 2-1. Di Renato
D’all Ara, tuan rumah Bologna melibas Gli Elefanti Catania empat gol tanpa
balas. Partai lainnya juga berlangsung sengit. Pescara berhasil menundukkan tuan
rumah Cagliari 2-1 dan penalti dari Edinson Cavani membawa Napoli membungkam
tuan rumah Sampdoria 1-0.
Seandainya saja TVRI menyiarkan pertandingan Atalanta
melawan Torino, kita bisa melihat aksi Rolando Bianchi memporak-porandakkan tim
yang di pekan ketiga mengalahkan Milan. Eks striker Manchester City ini mampu
mencetak dua gol ke gawang Andrea Consigli, kiper yang digadang-gadang menjadi
penerus Gianluigi Buffon di tim nasional Italia. Di giornata ini tidak hanya
Bianchi yang mencetak dua gol, tapi ada juga nama-nama lawas seperti Alberto
Gilardino dan Cristian Terlizzi. Bintang pada pekan ini layak ditujukan pada Romario
dari Salento, alias Fabrizio Miccoli yang mencetak hattrick ke gawang Chievo.
Di partai yang berlangsung beda waktu, Milan ditahan imbang
Parma 1-1. Stephan El Shaarawy kini berpotensi menjadi satu-satunya pemain di
Milan seperti halnya Robin Van Persie di Arsenal musim lalu. Di Turin, Juventus
menolak bermain dalam dunia Zemanlandia setelah mencukur Roma, tim asuhan Zeman
dengan skor telak 4-1. Kali ini, Zeman yang rapuh pertahanannya dipaksa bermain
di Juvelandia. Kembali bermainnya Daniele De Rossi nyatanya belum mampu
mengangkat permainan il Lupo.
Terakhir, duel klub yang ditangani dua pelatih berbakat
Italia, Inter dan Fiorentina berkesudahan 2-1 untuk timnya Andrea Stramaccioni
atas tim Vincenzo Montella. Antonio Cassano dan Diego Milito menjadi pahlawan
tim dengan gol-golnya.
Rangkaian partai pekan keenam ini adalah yang paling
produktif sepanjang gelaran seri a musim ini. Dari 10 partai, tercipta 32 gol
yang berarti rataan pertandingan menghasilkan tiga gol. Tentu hal ini luar
biasa untuk seri a yang dikenal jarang menghasilkan skor besar dan goal bonanza
dalam banyak partainya dalam satu giornata. Seri a yang dicibir sebagai
kompetisi yang penuh intrik, diving, skandal dan strategi bertahan nyatanya
dalam beberapa momen mampu mempertontonkan banjir gol dan permainan terbuka.
Jumlah gol seri a di pekan ini memang masih kalah dari
gol-gol yang terjadi di English Premier League (EPL) dimana bintang-bintang ini
total menyumbangkan 34 gol, dimana tujuh diantaranya tercipta di Carrow Road saat Luis Suarez mencetak hattrick dan membawa Liverpool meraih kemenangan perdana musim ini.
Parade pembantaian yang lazim terjadi di La Liga kembali terjadi di jornada ini. Real Madrid, Real Valladolid, Osasuna dan Malaga
masing-masing membantai lawan-lawannya dengan selisih minimal empat gol. Total
gol la liga di pekan ini adalah 35 gol. Raihan 32 gol di seri a dibandingkan 34
di EPL dan 35 di la liga tentu tidak buruk.
Dari nama-nama yang saya sebutkan diatas, rasanya tidak salah jika tahun ini adalah kebangkitan para prima punta lokal Italia. Fenomena ini seiring dengan eksodus bintang
mereka karena krisis yang melanda sebagian klub. Kini, nama-nama lokal yang mulai terlupakan seperti
Gilardino, Bianchi, maupun Miccoli siap kembali unjuk gigi merevitalisasi
kompetisi negeri peninsula sekaligus memunguti sisa-sisa harapan mereka menjadi penggedor utama La Nazionale.
Saya tidak akan heran lagi kalau sewaktu-waktu bakal
menyaksikan partai banjir gol lagi seperti saat Lazio bermain imbang 4-4 lawan
Milan di musim 1999/2000 dimana saat itu Andriy Shevchenko megukir tripletta.
Seri a belissimo!
No comments:
Post a Comment