Il Faraone kembali jadi penyelamat, namun Bojan patut dipuji |
Sebuah
display kurang memuaskan kembali dipertontonkan Milan semalam lawan Palermo. Milan
sebelumnya mampu mengalahkan Genoa 1-0 meskipun dengan performa buruk. Lawan Palermo
kemarin, Milan butuh semangat ’45 untuk mengejar ketertinggalan 2 gol dari tuan
rumah.
Allegri
menyadari bahwa dengan formasi 3-4-3 lawan Genoa sebelumnya, lini tengah Milan
kurang tenaga dan berjarak terlalu jauh dari belakang, serta tidak mampu
mengalirkan bola ke depan. Allegri lalu kembali ke pendekatan konservatif
dengan mengusung 3-5-2 dengan harapan penumpukan pemain di lini tengah akan
membantu Milan menguasai pertandingan.
Namun
apa yang terjadi dari penggunaan 3-5-2 adalah bencana. Milan membiarkan Palermo
meraja lela, Palermo yang dimotori dua pemain senior Franco Brienza dan
Fabrizio Miccoli tampil trengginas menyayat pertahanan rapuh Milan. Serangan Milan
di babak pertama praktis hanya dengan percobaan tendangan jarak jauh, yang juga
sering gagal. Palermo seharusnya bisa menutup pertandingan sejak babak pertama jika
Miccoli lebih dingin lagi di depan gawang.
Di
babak kedua, Allegri memasukkan Urby Emanuelson menggantikan Mathieu Flamini. Allegri
kembali ke 3-4-3-. Masuknya Emanuelson memberi dimensi kelebaran permainan
karena pergerakan Emanuelson yang memang cenderung ke sayap kanan. Kombinasi Emanuelson
dan Ignazio Abate memang berkali-kali membuahkan crossing ataupun tusukan dari
sisi kiri pertahanan lawan, seperti saat lawan Genoa. Namun posisi yang
ditinggalkan Abate (as usual) dimanfaatkan oleh Franco Brienza dengan tendangan
placing cantik yang membuat Renzo Barbera bergemuruh.
Kepala
Allegri sepertinya pecah begitu gol itu tercipta. Segeralah dia melakukan
pergantian panik tapi masuk akal. Alexandre Pato diganti Bojan Krkic, Mario
Yepes diganti Giampaolo Pazzini. Dan Allegri bermain dengan 4-2-4. Benar saja,
sepertinya Bojan Krkic sedang on fire dan langsung memberikan immediate effect
lewat tusukan-tusukannya. “that’s what Milan need!” seru komentator.
Kontribusi
Bojan nyata ketika assistnya membuat Riccardo Montolivo mencetak gol balasan
saat adzan subuh berkumandang di Indonesia. Seperti menyiram bensin pada api,
Milan makin bernafsu menyerang hingga akhirnya the golden boy Stephan El
Shaarawy membuat hati publik Barbera hancur berkeping-keping layaknya confetti
pada sebuah pesta. Sayangnya, hanya sebatas itulah come-back yang bisa
dilakukan Milan karena Bojan yang di menit-menit akhir mendapat peluang,
kemudian menyia-nyiakannya.
Apa
lagi pembelaan Allegri? Dia pasti akan membela skuadnya yang sudah tampil heroik
di sisa setengah jam terakhir. Namun Mister Alle, pertandingan itu 90 menit,
bukan 30 menit. Palermo walaupun memang hebat di kandang, namun mereka kini
adalah penghuni zona degradasi. Seandainya saja Allegri lebih berani memegang
kendali permainan sejak awal, mungkin hasilnya berbeda.
Milan
memang dilanda krisis hasil, namun serangkaian kekalahan yang diderita tidak
ada yang skornya lebih dari 2 gol, semua berselisih satu gol. Hal itu memang
bukan hal yang bisa dibanggakan juga, tapi setidaknya skuad ini sebetulnya
memiliki potensi untuk meraih hasil lebih baik. Bagusnya, kini Milan sudah
mulai bermain berbeda dengan keberanian para gelandang menusuk hingga kotak penalti
lawan, seperti yang dilakukan Montolivo.
Penampilan
Bojan juga patut diapresiasi karena anak ini lebih percaya diri melakukan
tusukan dan gocekan. Banyak pergerakan bagusnya yang membuahkan pelanggaran. Bojan,
menurut saya adalah Man of The Match pertandingan semalam. Pato? Well,
bagaimanapun dia adalah striker muda dengan rasio gol tinggi untuk Milan. Dia pantas
diberi kesempatan untuk mulai kembali membuka kran golnya, karena saat dia
mulai mencetak gol, akan sulit menghentikannya.
Perkembangan
terakhir, Silvio Berlusconi nampak sudah menyerah dengan Milan, merasa tidak
mampu lagi mengelola rossoneri. Sheikh
Hamad bin Khalifa Al Thani, pengusaha yang tergabung dalam Qatar
Investment Authority (QIA) yang juga pemilik Malaga dan masih saudara dengan
Nasser Al Khelaifi pemilik Paris Saint Germain.
Setelah
gosip penjualan Milan kepada keluarga Ferrero dan juga perusahaan minyak
raksasa Gazprom, kini nama Al Thani yang muncul. Owner turbulence ini diyakini
memang akan terus menghiasi perjalanan Milan musim ini.
Entah
bagaimana skema yang akan dijalankan, yang jelas kegagalan investasi Al Thani
pada Malaga akibat konflik kepemilikannya dengan sesama anggota QIA di PSG
seharusnya menjadi pelajaran. Ada kemungkinan Berlusconi bakal menjual sebagian
saja saham Milan, ataupun menggunakan uang Al Thani ataupun Gazprom tersebut
melalui skema sponsorship sehingga konflik kepemilikan tidak terjadi.
No comments:
Post a Comment