Pages

Wednesday, October 17, 2012

Menaikkan level sepak bola

Seringkali ketika saya sedang browsing di kantor pada jam istirahat dan kedapatan sedang membaca berita atau artikel sepak bola, teman-teman saya yang kebetulan lewat di belakang meja saya cuma berkomentar singkat “Ah bacanya bola doang.” Atau kata-kata seperti “Gak ada bacaan yang lebih berbobot ya?”

Begitulah yang sering saya alami. Saya tidak merasa heran. Di sini, dalam kelas terendahnya, sepak bola kebanyakan hanyalah pembicaraan kelas warkop. Orang-orang itu hanya membicarakan hasil pertandingan, kadang-kadang dengan analisis yang kocak. Sementara dalam kelas yang lebih “tinggi”, sepak bola dijadikan kendaraan untuk kepentingan politik.

Itu yang kemaren nomer 9 , siapa namanya ya.. Oh Alexis. Kok namanya mirip-mirip nama tempat di mana gitu ya? Tapi dia kemarin golnya udah offside tuh.”
“Oh si nomer 9 yang kecil itu, iya larinya kenceng banget kaya dikejar hantu. Ah itu golnya bersih kok, offside dari mana?”
“Itu offside jelas-jelas! Dasar tim tukang nyogok wasit!”
“Daripada tim elo tuh, bisanya beli pemain mahal!”

Anda juga tidak akan asing melihat perdebatan tidak masuk akal seperti ini di kolom komentar di bawah berita laporan pertandingan yang dipublikasikan oleh situs media online, atau di social mediaBegitulah seterusnya hingga pembicaraan yang semula santai di kantin berubah menjadi adu mulut tidak berguna. Adu mulut tak berbobot demi membela tim yang letaknya beribu-ribu kilometer dari tempat duduk mereka.

Pembicaraan-pembicaraan semacam itulah yang mendominasi pembicaraan seputar sepak bola di awal minggu, sehari setelah para jagoan yang bermain di Eropa itu bertanding. Jelas saja jika hal-hal semacam itu yang dibicarakan terus, pandangan orang terhadap sepak bola memang hanya pembicaraan tidak berisi dan tidak berbobot, serta berisi orang-orang yang suka mencari keributan.

Saya membuat tulisan ini terinspirasi oleh artikel teman saya yang sedang melanjutkan studi ke Eropa, Mahir Pradana. Ia juga seorang penulis di website bolatotal. Dalam postingnya tersebut, dia menceritakan pengalaman terdahulu di Indonesia saat temannya yang ingin membuat tugas kuliah mengambil tema sepak bola, namun sang dosen malah menganggapnya main-main. Saya juga pernah mengalami hal seperti itu. Ironis.

Orang tua saya di rumah juga sering cerewet ketika saya lebih memilih membaca tabloid sepak bola, bukannya membaca berita di koran. Permainan sepak bola di mata kebanyakan orang tidak lebih dari permainan kasar, hanya membuat baju dan badan kita kotor, dan tidak jarang membuat kaki keseleo dan mengganggu aktifitas. Tidak keren dan tidak intelek.

Sepak bola seperti terasing dari ilmu-ilmu “intelek” lain seperti ilmu ekonomi, hukum, statistik atau lainnya. Mahir lebih jauh bercerita bahwa sepak bola di Eropa sering dijadikan pembahasan di kelas, bahkan buku-buku bertema sepak bola dijadikan literatur yang digunakan para profesor dalam mengajar ilmu yang tidak ada hubungannya dengan sepak bola kepada mahasiswanya.

Di Eropa, sepak bola dan ilmu-ilmu pengetahuan lain itu saling terkait. Sepak bola dibicarakan di ruangan kelas perkuliahan level Master. Klub-klub sepak bola dijadikan contoh studi kasus dalam transaksi ekonomi atau masalah hukum. Rivalitas sepak bola juga dituangkan kembali di kelas seorang profesor dalam hubungannya dengan realita sosial. Statistik? Anda lihat sendiri betapa data statistik bisa sangat berperan dalam penyusunan strategi pelatih dan juga menilai kontribusi pemain kepada tim. Ketika di sini sepak bola dijadikan alat perebutan kekuasaan, di Eropa sana sepak bola adalah kultur dan identitas sekaligus mata pencaharian. 

Di sana, orang bisa hidup karena sepak bola tanpa harus menjadi pesepakbola dan tanpa harus mengaitkannya dengan politik.

Di sini, sepak bola ditempatkan dan diperlakukan seperti itu. Tidak heran jika prestasi sepak bola kita makin mundur. 

Sepak bola di Indonesia, suka atau tidak suka, belum banyak menyentuh perhatian kaum intelektual. Orang tua intelek mana yang merestui anaknya untuk menjadi pesepakbola? Dosen dari kampus mana yang menjadikan sepak bola sebagai contoh dari studi kasusnya? Kampus mana yang mengintegrasi sepak bola dengan ilmu pengetahuan lain?

Beruntunglah saya bertemu teman-teman yang kritis terhadap sepak bola. Teman-teman baru yang berada di kota bahkan negara berbeda yang sebelumnya sama sekali saya tidak kenal inilah secercah harapan bagi dunia sepak bola di Indonesia melalui pemikiran-pemikiran dan solusi yang coba mereka tawarkan. Teman-teman di Football Fandom dan Bolatotal itu bisa memberi pengetahuan baru dan membawa kecerdasan kepada kita semua. Seperti Hasbi bilang dalam tulisannya di blog Football Fandom, sekarang sudah mulai banyak anak-anak muda yang lebih kritis dalam memahami sepak bola, menyandingkannya dengan ilmu pengetahuan sejalan dengan latar belakang pendidikan mereka, bahkan membuat film sepak bola seperti yang dilakukan Bang Andibachtiar Yusuf.

Merekalah orang-orang yang mencintai sepak bola secara dewasa dan bijak, memberikan edukasi sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka untuk menyuntikkan pemahaman lebih mendalam terhadap olah raga ini. 

Jika memang ini saat kebangkitan kesadaran kita sebagai penggemar sepak bola, marilah jadi bagian dari gerakan itu. Mungkin sekarang kita masih berjalan sendiri-sendiri, tapi suatu saat siapa tahu bisa bekerja sama melakukan apa saja entah besar atau kecil untuk sepak bola Indonesia. 

Di lapangan memang sepak bola kita belum memberikan prestasi, tapi setidaknya tunjukkan bahwa kita sebagai penggemar dan penonton bisa berkontribusi dalam menaikkan derajat sepak bola di tanah air melalui tulisan-tulisan, diskusi, film atau apapun yang bermutu sehingga akan semakin banyak lagi kalangan yang tergerak dan semakin banyak lapangan pekerjaan yang tercipta dari sepak bola dan semakin banyak lagi orang-orang yang bisa hidup dari sepak bola, dengan atau tanpa bermain sepak bola.

Tanpa bermaksud menggurui, memang sudah saatnya kita menaikkan level sepak bola kearah yang lebih tinggi lagi. Mulailah cerdaskan diri sendiri. Berbagai tulisan di blog maupun forum diskusi atau podcast yang kini mulai digelar dan mulai menjamur ini diharapkan mampu menaikkan level sepak bola ke level selanjutnya. 

1 comment: