Pages

Sunday, October 28, 2012

Bukan kemenangan mewah, namun kebangkitan yang mahal

Next selling? You wish!

Terlalu dini menyebut Milan telah bangkit meski semalam baru meraih hasil positif, menang dan tidak kebobolan, juga dengan keunggulan mutlak ball possession.

Terakhir Milan meraih hasil seperti itu terjadi pada giornata 5 saat mereka mengalahkan Cagliari dua gol tanpa balas. Selanjutnya, 3 partai dilalui dengan hasil sekali imbang dan dua kali kalah. Hasil semalam membuktikan bahwa rossoneri masih “bernapas”.

Milan memang telah menelan 5 kekalahan di seri a dan 1 kekalahan di Liga Champions. Rekor mereka di semua kompetisi adalah 4 kali menang, 2 kali seri dan 6 kali kalah. Sebuah catatan yang sangat tidak impresif bagi klub sebesar Milan. Musim lalu, kekalahan Milan di seluruh kompetisi tidak mencapai 10 kali. Hasilnya, Milan menduduki posisi runner up Seri a, semifinalis Coppa Italia dan delapan besar Liga Champions.

Seperti sudah berkali-kali dibahas media maupun para pengamat, dekadensi Milan terjadi karena revolusi dalam skuad mereka. Revolusi terjadi karena faktor finansial. Saya coba paparkan faktor-faktor yang membuat Milan melemah layaknya tim provinciale musim ini:

Kasus Silvio Berlusconi
Pemilik klub ini tidak diragukan lagi kecintaannya pada Milan. Menyelamatkan Rossoneri dari kebangkrutan pada tahun 1986, Berlusconi melakukan revolusi pada skuad merah hitam, termasuk mengikat pelatih Arrigo Sacchi, yang saat itu mengejutkan Italia melalui strategi menyerang dengan pressing tinggi. Berlusconi juga kerap mengintervensi taktik pelatih-pelatihnya, terutama jika pelatihnya itu tidak memainkan strategi menyerang ataupun hanya memasang seorang striker.

Serangkaian cerita kesuksesan dan kekalahan tetap menghampiri layaknya sebuah klub. Namun kesuksesan lebih kental pada eranya. 20 trofi telah terpajang rapi di rak karena dedikasi dan sumbangan kekayaannya pada Rossoneri. Berbagai pelatih dan pemain hebat datang dan pergi meninggalkan berbagai cerita. Legenda-legenda hadir, dua diantaranya, Franco Baresi dan Paolo Maldini bahkan dipensiunkan nomornya.

Berlusconi, yang juga memiliki ketertarikan terhadap dunia politik, berhasil mencapai puncak karirnya dengan tiga periode menjadi Perdana Menteri Italia, pada periode 1994-1995, 2001-2006 dan 2008-2011. Keberhasilan tersebut dinilai banyak pihak karena andilnya terhadap kesuksesan Milan. Sepak bola disebut-sebut sebagai salah satu alat politik Berlusconi untuk mencapai kesuksesan.

Bagaimanapun, Berlusconi juga akrab dengan berbagai kasus, dari kasus yang melibatkan perusahaannya, skandal seks, hingga kini yang paling aktual adalah penggelapan pajak. Kasus-kasus ini banyak memperngaruhi AC Milan sebagai klub miliknya. Kasus Fininvest misalnya, denda 560 juta euro yang diputuskan pengadilan berimbas pada Milan, diantaranya harus menjual Kaka pada tahun 2009. 

Serangkaian krisis ekonomi eurozone juga menjadikan Berlusconi terus mengalami kerugian, sehingga muncul kabar keinginan Berlusconi menjual Milan. Rencana inilah yang kabarnya membuat Milan berupaya menjadikan angka keuangan mereka cantik sehingga menarik minat investor baru.

Regenerasi yang terlambat

Milan adalah salah satu klub besar yang sangat menghargai pemain-pemainnya, terutama pemain-pemain yang banyak berjasa pada klub. Lihat saja kiprah panjang pemain seperti Franco Baresi, Alessandro Costacurta dan Paolo Maldini. Kiprah panjang mereka di level tertinggi memang membanggakan, namun di sisi lain bercokolnya mereka menghambat kemunculan pemain lain.

Bek-bek tangguh sebenarnya sudah sering didatangkan Rossoneri, sebut saja nama-nama macam Martin Laursen, Jose Chamot, Roque Junior, Roberto Ayala, Luigi Sala, Alessandro Nesta, Jaap Stam hingga Fabricio Coloccini. Mereka adalah pemain-pemain belakang bagus, namun hanya Nesta dan Stam yang dianggap sukses menyejajarkan diri dengan para legenda itu.

Di lini tengah, nama Demetrio Albertini, Massimo Ambrosini, Clarence Seedorf, Gennaro Gattuso juga termasuk untouchable pada masa jaya mereka, tidak heran pemain sekelas Mathieu Flamini yang semusim sebelumnya tampil impresif di Arsenal tidak mampu mengeluarkan potensi terbaiknya, bahkan Milan juga pernah memiliki Patrick Vieira tahun 90an, namun kesempatan bermain tidak kunjung ia dapatkan.

Keengganan Milan melakukan regenerasi ini memiliki plus minus, namun kini sisi minusnya yang sedang dirasakan.

Strategi transfer terkait kondisi finansial
Awal musim lalu adalah masa-masa yang tidak menyenangkan bagi Milan. Terkait kesulitan finansial, Milan terpaksa melepas banyak pemain. Zlatan Ibrahimovic, Thiago Silva, Clarence Seedorf, Gennaro Gattuso, Alessandro Nesta, Filippo Inzaghi, Gianluca Zambrotta, Antonio Cassano, Mark Van Bommel, hingga Massimo Oddo melepas seragam Rossoneri dengan berbagai alasan.

Pengganti yang mereka datangkan tidak sepadan, sehingga menyebabkan lubang dimana-mana. Kondisi finansial menyebabkan mereka sulit mendapatkan target incaran. Milan terlalu drastis dalam melepas pemain-pemain yang selama ini menjadi ikon dan kunci permainan, juga para senior yang memberikan identitas bagi klub ini. Mereka yang pergi adalah serangkaian pemain kunci yang mampu membuat perbedaan, pemain top yang mampu menaikkan level permainan.

Belum matangnya strategi Allegri
Allegri kontan menjadi sasaran tembak dari semua hasil buruk yang didapatkan belakangan ini. Allegri dianggap banyak pihak tidak memiliki keluesan taktik dan sudah terbiasa menggantungkan permainan Milan pada sosok-sosok yang sudah pergi. Pemaksaan pola 4-3-1-2 di awal musim adalah blunder yang menyebabkan Rossoneri krisis hasil.

Allegri bagaimanapun sudah menyadari kekeliruannya, meski banyak pendukung sudah tidak lagi bersabar. Mereka menganggap keberadaan pelatih baru akan menginjeksi semangat baru bagi skuad. Pelatih yang lebih cocok menangani skuad Milan saat ini sudah banyak diapungkan. Pep Guardiola, Frank Rijkaard, Rafa Benitez, hingga Alessandro Costacurta, Pippo Inzaghi bahkan Mauro Tassotti dianggap akan lebih baik kinerjanya daripada Allegri.

Allegri kemudian banyak mengubah skema, dari 4-3-3, 4-2-3-1, hingga sekarang 3-4-3 yang malah memunculkan nama Gian Piero Gasperini sebagai ahli taktik 3 bek ini untuk menggantikan Allegri. Pelatih ini bukannya tidak berusaha, lihat saja perubahan taktik serta serangkaian perubahan komposisi pemain, terutama di lini belakang yang terus dicoba oleh Allegri. Allegri memang tetap membuat Milan menguasai ball possession di banyak laga, namun tetap saja inkonsistensi hasil kerap didapatkan.


*    *    *

Milan kerap menguasai laga, namun kebingungan di final third. Para pemain tengah mereka kesulitan untuk membagi bola kepada penyerang-penyerang Rossoneri. Milan juga tidak memiliki penyerang maupun gelandang yang mampu menahan dan membagi bola dengan baik, sehingga kini pilihan serangan Milan ada pada crossing, set-piece maupun terobosan-terobosan yang kini kerap dilakukan Stephan El Shaarawy.

Milan belum familiar dengan taktik tersebut, juga tidak memiliki cukup pemain untuk mendukungnya. Kedua fullback Milan bukanlah pemberi umpan silang yang baik, tercatat baru semalam Milan mampu mencetak gol rapi lewat skema ini melalui crossing mendatar Ignazio Abate. Nampaknya Milan perlu memperlancar pola serangan demikian dan para fullback kini perlu melatih kemampuan crossing mereka.

Selain mempertajam serangan sayap, PR Milan lainnya yang mendesak adalah menentukan personil lini pertahanan. Selama ini Allegri kerap membongkar pasang pasangan bek tengahnya, hingga semalam sudah nampak menemukan keseimbangan pada skema 3 bek. Skema ini membutuhkan palang pintu tangguh dan gelandang-gelandang yang rajin memberi perlindungan pada lini pertahanan.

Kekalahan Milan atas Malaga memang dapat dimaklumi. Lawan berada pada kondisi bagus dan lebih konsisten, terlebih itulah pertama kali Milan mencoba skema 3 bek. Lawan Genoa semalam, Milan ikut tertolong dari penampilan buruk Genoa, yang juga tengah krisis hasil. Terlihat serangan Milan lebih berat ke kanan dimana Urby Emanuelson bermain kompak dengan Abate, sementara di sisi kiri, Kevin Constant tidak cukup menyokong El Shaarawy karena lebih banyak melapis Mario Yepes, yang semalam bekerja sangat keras karena sisi pertahanannya paling sering diserang.

Memang bukanlah kemenangan yang mewah semalam, bukan pula pencapaian yang membanggakan, namun setidaknya kemenangan tersebut akan mengangkat moral Rossoneri, dan kian memantapkan skema 3 bek yang coba dikedepankan Allegri.

Ini adalah kemenangan yang mahal, yang sementara ini akan membuat para plastic fans klub rival dan para haters kesal, namun mereka akan berpura-pura tidak kesal dan menyelamati dengan seperangkat kalimat  denial “Akhirnya bisa menang juga.” Juga salam manis buat para pencela yang menginginkan Milan terdegradasi ke Seri B, dan berharap Pep atau pelatih hebat lainnya tidak jadi melatih Milan. "Tenang aja, Allegri itu payah, dia gak becus megang Milan." Itu kata mereka.

Mereka yang takut akan kebangkitan Milan, akan berdoa semoga PSG yang mereka banggakan itu membeli El Shaarawy.

No comments:

Post a Comment