Pages

Monday, June 4, 2012

Kenapa harus menjagokan Italia

Gli Azzuri, calon kuat finalis Euro 2012

Menjadi pelatih sepakbola sebuah negara adalah tugas yang maha berat. Tanyakan saja hal itu kepada Mano Menezes, pelatih Brazil. Publik Brazil adalah publik yang sangat demanding yang bahkan menganggap bahwa pencapaian runner-up Piala Dunia sebagai sebuah kegagalan. Maklum, mereka adalah bangsa yang prestasinya paling superior di kancah persepakbolaan dunia dengan lima kali meraih trofi Piala Dunia termasuk menjadi pemegang abadi trofi Jules Rimet.
 
Tanyakan itu juga kepada Nil Maizar. Pelatih berkumis yang kebapakan ini sedang menjalani tugas yang dobel beratnya. Amanah berat dibebankan ke pundaknya dalam mempersiapkan tim nasional ke Piala AFF pada akhir tahun nanti ditengah carut marut kondisi sepakbola kita yang seakan tidak kunjung mereda. Berbagai pihak terus saja memanasi situasi yang berakibat tim nasional tidak bisa diperkuat pemain-pemain terbaiknya.



Namun saat ini tidak ada yang lebih pening kepalanya ketimbang para pelatih kontestan Euro 2012. Mereka memimpin anak asuhannya dengan membawa masing-masing target tinggi dari rakyatnya, yaitu menjadi yang terbaik di turnamen yang oleh sebagian orang dianggap lebih sulit ketimbang Piala Dunia. Uban Opa Roy Hodgson dan Vicente Del Bosque mungkin sudah bertambah beberapa lembar tanpa dia sadari. Belum lagi Cesare Prandelli yang tanpa sadar bagian depan kepalanya makin licin saja.



Mari fokuskan bahasan kepada tim nasional Italia. Pelatih mereka yaitu Cesare Prandelli adalah sosok family man sejati. Dia pernah mengundurkan diri dari jabatan pelatih klub AS Roma ketika istrinya mengalami penyakit berat. Prandelli tidak mengambil pendekatan ala Marcelo Lippi, salah satu pelatih tersukses negeri pizza. Lippi dengan keras hati tidak memanggil Antonio Cassano ke skuad Piala Dunia 2010nya dengan alasan Fantanito akan merusak suasana kamar ganti. Alhasil, Permainan Italia saat itu sangat menyedihkan dan miskin kreativitas.


Prandelli berkompromi terhadap banyak hal. Dengan penuh pertimbangan, dia memanggil bukan hanya Cassano, tapi juga Mario Balotelli kedalam skuadnya. Peremajaan juga dilakukannya demi memangkas usia para pemain. Sikap keterbukaannya terhadap para oriundi adalah sisi menarik lain dalam kepemimpinannya. Tercatat ada tiga pemain bukan asli Italia yang dia panggil, yaitu Balotelli, Thiago Motta dan Angelo Ogbonna. Dari keputusan-keputusan yang telah diambilnya, terlihat jelas bahwa Prandelli adalah sosok yang amat fleksibel.


Italia menghadapi berbagai cobaan berat menjelang turnamen, mungkin lebih berat ketimbang kontestan lain. Belum lepas ingatan kita terhadap calciopoli, kini mereka dihadapkan kepada scommesepoli menjelang Euro 2012. Skandal yang mengulangi cerita mereka sebelum Piala Dunia 1982. Kultur yang mendewakan kemenangan memang menjadi pisau bermata dua bagi calcio. Keinginan untuk selalu memenangkan pertandingan ini seolah menghalalkan segala cara, termasuk memberikan suap dan mengatur pertandingan.  

Tidak main-main, skandal pengaturan skor di beberapa partai seri a dan seri b ini melibatkan nama-nama tenar macam Domenico Criscito dan Stefano Mauri. Pelatih Juventus, Antonio Conte dan Leonardo Bonucci juga sedang tidak nyenyak tidurnya karena dalam waktu dekat ini polisi akan mondar mandir ke rumah mereka.



Criscito akhirnya harus menerima kenyataan dicoret dari timnas. Prandelli tidak berani ambil resiko menyangkut masalah ini karena Criscito sudah diberikan surat resmi pemeriksaan oleh polizia. Kamar Criscito di Coverciano kerap didatangi oleh para polisi untuk digeledah. Hal ini tentu akan berdampak buruk kepada mental Criscito sendiri, yang tentunya bisa jadi menular ke seluruh tim.


Italia juga baru-baru ini dilanda gempa. Wilayah utara mereka di daerah Emilio Romagna  terguncang gempa 6 SR yang memakan korban jiwa serta merusak bangunan-bangunan. Imbas dari gempa ini terhadap tim nasional tentu ada, yaitu batalnya uji coba mereka menghadapi Luksemburg. Prandelli telah mengagendakan dua uji coba melawan Luksemburg dan Rusia. Jika uji coba lawan Luksemburg digunakan untuk mempertebal mental kemenangan, melawan Rusia selanjutnya akan digunakan untuk memantapkan formasi dan pola permainan. 


Prandelli memang mampu membawa Italia memuncaki kualifikasi dengan delapan kemenangan, dua hasil imbang dan hanya dua kebobolan. Rekor impresif tersebut bisa saja menjadi tidak berarti lantaran persiapan final yang berantakan. Dan kegamangan Italia makin nyata dengan kekalahan telak 0-3 mereka atas Rusia di uji coba resmi terakhir sebelum keberangkatan mereka ke Euro 2012.


Lalu, apakah dengan kondisi ini Anda akan mengabaikan Italia? Tunggu dulu. Italia adalah negara yang bisa dibilang mampu berprestasi disaat dirundung masalah. Makin tertekan, mereka malah makin terpacu lalu meraih sukses. Kualitas mental mereka adalah kualitas sejati yang diharapkan dari seorang manusia yang sukses, yaitu menjadikan cobaan sebagai lecutan motivasi. Ceramah agama manapun dan motivator mahzab apapun pasti akan menyinggung masalah positive thinking ini. Italia adalah bangsa yang paling tepat dijadikan contoh positif dari bagaimana cara menyikapi masalah.


Coba tengok prestasi-prestasi Italia di Piala Dunia, dimana Italia meraih empat gelar, terbaik kedua setelah Brazil. Italia meraih dua gelar pertamanya setelah skuad Vitorrio Pozzo berada dalam situasi hidup dan mati yang diciptakan diktator fasis mereka, Benitto Mussolini. Siapa yang akan berani main-main jika menjadi gladiator adalah taruhannya? Situasi under pressure tersebut malah melahirkan tim legendaris dan salah seorang pemainnya dijadikan nama stadion di kota Milan oleh klub Internazionale, yaitu Giuseppe Meazza.

Tanpa meragukan skill individu dan kekayaan taktik yang mereka gunakan, lihat pula dua gelar Piala Dunia terakhir tim Azzuri. Di tahun 1982, mereka memenangi Piala Dunia setelah sebelumnya tersandung kasus suap pemain, termasuk melibatkan Paolo Rossi, yang justru muncul sebagai pahlawan mereka. Di tahun 2006, tragedi terkenal bernama calciopoli membuat gelar juara Juventus selama dua tahun berturut-turut dicabut. Italia yang berporos pada banyak pemain Juventus nyatanya malah meraih gelar juara berkat solidnya pertahanan mereka yang dikomandoi oleh Fabio Cannavaro.


Apakah Anda masih meragukan Italia untuk bisa melaju hingga partai puncak?

1 comment:

  1. IMHO, selama Italia belum menemukan formula tepat untuk mengatasi 'krisis' trequartista sulit berharap tim ini bakal berprestasi.

    ReplyDelete