Mesut Ozil dan Mario Gomez, melawan tim anomali |
Anomali. Belakangan ini kita sering mendengar
nama itu sebagai nama kedai kopi yang banyak dikunjungi orang. Saat saya sedang
menikmati kopi lokal mereka di malam hari, sekelompok anak muda tanggung yang
pastinya punya uang jajan berlebih bertanya kepada barista. “Mas, Anomali itu apa sih artinya? Kenapa dinamakan
Anomali?” Dengan lancar, barista menjawab “Anomali itu maksudnya beda, gak
lazim, tapi dengan cara itu kita mencoba masuk pasar, sekaligus memasarkan
kopi-kopi asli Indonesia.” Anak-anak tanggung itu hanya mengangguk-angguk,
entah informasi tersebut benar-benar masuk kedalam kepala mereka atau hanya
sekedar lewat, berbarengan dengan informasi pelajaran sekolah yang mereka dapat
siang tadi.
Berbicara mengenai anomali, kadang fenomena
ini memberi ruang bagi sesuatu yang tidak biasa untuk memperkenalkan dirinya
kepada dunia, anomali memberi pilihan baru bagi banyak orang yang bosan dengan
cara-cara yang lama. Anomali membuat dunia makin berwarna. Garrincha adalah
sebuah contoh anomali dalam dunia sepakbola. Bagaimana bisa pemain yang ukuran
kakinya tidak simetris menjelma menjadi salah satu pesepakbola terbaik
sepanjang masa.
Sebagian orang bahkan berpendapat penyerang
sayap kanan ini lebih baik daripada Pele. Bisa diperdebatkan, namun tanpa kemampuan
dribbling dan akurasi tendangan kedua
kakinya yang membuat bek lawan bingung, Brasil akan sulit menjadi juara dunia
di tahun 1958 dan 1962. Khusus di 1962, Pemain underrated ini seolah sendirian memberi gelar juara kepada Brasil
karena cederanya Pele setelah pertandingan pertama.
Satu anomali lagi yang ingin saya bahas lagi
adalah anomali tim nasional Italia, yang akan menghadapi tim nasional Jerman
pada semifinal Euro 2012. Tidak perlu saya ceritakan lagi mengenai kondisi anomali
yang melanda tim ini, Anda pasti sudah familiar dengan gelar-gelar juara
turnamen besar yang pernah diraih Italia, dan banyak diantaranya didapatkan
dengan kondisi mereka yang berantakan dan penuh skandal, yang jika dipikir
dengan logis, agak mustahil tim yang kondisinya terpuruk mampu memenangi sebuah
turnamen besar. Kali ini kekuatan anomali tersebut terancam kembali menjadi
kenyataan manis bagi tim azzuri.
Tepat sebelum Euro dimulai, skandal scomessepoli mencuat dan melibatkan
sejumlah nama terkenal termasuk Domenico Criscito, yang sebelumnya
diproyeksikan menghuni posisi bek kiri utama La Nazionale. Italia juga tidak memiliki pemain sehebat Francesco
Totti atau Alessandro Del Piero, bek sehebat Paolo Maldini dan Fabio Cannavaro serta seorang prima punta setajam Christian Vieri yang mampu membuat perbedaan
dalam pertandingan.
Dalam kurun waktu kritis menjelang
keberangkatan mereka ke Euro 2012, Italia bagian utara mengalami musibah gempa
bumi, yang selain menewaskan beberapa warganya juga membatalkan uji coba “main-main”
mereka melawan Luksemburg. Italia kemudian takluk 0-3 dari Rusia dalam partai
uji coba terakhir yang sebenarnya dimaksudkan untuk pemantapan skema permainan.
Celakanya, cedera menimpa bek andalan Andrea Barzagli dalam pertandingan itu.
Publik menyikapi situasi La Nazionale dengan skeptis, namun apa yang terjadi sungguh
menunjukkan sebaliknya. Tidak ada yang menyangka Italia mampu memberi
perlawanan hebat bagi Spanyol, dan hingga babak perempat final, Antonio Di
Natale adalah satu-satunya pemain yang mampu menjebol gawan Iker Casillas di
turnamen ini. Selanjutnya setelah ditahan imbang Kroasia, Italia mampu
mengatasi duo british, Irlandia dan Inggris dengan permainan yang mengesankan.
Italia tidak lagi bermain bertahan dan
menunggu untuk diserang lawan seperti yang biasa kita kenal. Italia juga tidak
lagi menjadi papan dart bagi para
penyerang-penyerang lawan. Italia era Prandelli adalah tim yang berusaha
menguasai permainan dan mengambil inisiatif serangan. Italia tetap bertahan dengan baik, namun tidak bermain bertahan. Fakta bahwa sepanjang 120
menit mereka mampu 30 kali membombardir gawang Inggris dan dengan keunggulan ball possession mutlak menunjukkan
kemampuan yang eksepsional. Andai Mario Balotelli mampu bermain lebih serius
lagi, Italia seharusnya bisa lebih awal mengatasi perlawanan Inggris.
Dilain pihak, Jerman telah terlebih dahulu
menjadi tim super. Reformasi yang mereka lakukan, terutama investasi besar
mereka terhadap pembinaan usia muda pasca kegagalan mereka di Euro 2004 sudah
menunjukkan hasil di Piala Dunia 2006. Reformasi dalam permainan yang dilakukan
oleh Juergen Klinsmann di Piala Dunia yang diselenggarakan di negeri sendiri
menghasilkan tim nasional dengan wajah baru yang sangat impresif dalam
menyerang. Di tangan Klinsi, Jerman berubah menjadi tim yang bermain agresif
dan mampu bermain cantik. Ditangannya pula, seorang Lukas Podolski menjadi
pemain muda terbaik turnamen dan menjadi andalan nationalmannschaft hingga kini.
Joachim Loew meneruskan kerja Klinsi dengan
baik. Di dua turnamen selanjutnya, Jogi memaksimalkan lebih banyak lagi talenta
muda, yang mencuat di Piala Dunia 2010. Mesut Ozil, Sami Khedira dan Thomas
Mueller menemukan pentasnya di gelaran South Africa 2010 dengan penampilan yang
atraktif. Dan di Euro 2012 ini saat
potensi mereka bahkan belum sepenuhnya maksimal, sudah muncul lagi nama-nama
Andre Schurlle, Mats Hummles, Marco Reus, Toni Kroos, Mario Goetze dan Lars Bender yang siap menjadi bagian dari
tim.
Banyak yang mengatakan di Euro 2012 inilah
saatnya Jerman mulai mengambil alih dominasi sepakbola dunia dari tangan
Spanyol, penguasa saat ini. Segala syarat nampaknya sudah dipenuhi oleh der panzer. Mereka melalui babak
penyisihan grup neraka dengan poin sempurna, mereka juga menjungkalkan kuda hitam
Yunani di babak perempat final tanpa kesulitan berarti walaupun tampil dengan
skuad pelapis. Variasi permainan, konsistensi hasil, kekayaan taktik dan
kedalaman skuad membuat tim mereka seperti tim yang too good to be true. Dan seperti ditulis Kompas, Jogi Loew juga
sudah berupaya meningkatkan pragmatismenya, mengenyampingkan paham
fundamentalisnya demi sebuah gelar yang dicita-citakan oleh publik mereka.
Namun untuk menjadi the next ruler, mereka harus menghentikan Italia terlebih dahulu. Italia
kebetulan adalah batu loncatan bagi Spanyol sebelum mereka meraih tahun-tahun
penuh kejayaan. Xavi Hernandez berkomentar bahwa setelah mereka mengalahkan
Italia lewat drama adu penalti di perempat final Euro 2008, mentalitas juara
mereka menjadi kian nyata, dan terbukti mereka setelah itu melenggang tanpa
cela untuk menjadi juara.
Jerman memiliki tantangan serupa dengan
Spanyol empat tahun lalu. Italia adalah tim yang mampu membalikkan prediksi
banyak orang, termasuk pertandingan lawan Inggris kemarin dimana mereka juga
tampil sebagai tim underdog. Pertandingan mereka melawan Spanyol dan Inggris dipandang sebagai pertandingan paling seru sepanjang gelaran Euro 2012 ini. Jerman akan
menghadapi tim yang sangat termotivasi. Italia sadar, setelah turnamen ini
mereka mungkin saja tidak mampu mengulangi lagi hasil-hasil impresif ini karena
dua pemain kunci, Andrea Pirlo dan Gianluigi Buffon sudah memasuki usia senja.
Inilah boleh jadi saat terakhir mereka memberikan gelar bagi La Nazionale.
Formasi 4-3-1-2 Italia akan coba mereka redam
dengan formasi andalan 4-2-3-1 fluid yang sudah digunakan sejak era Klinsmann.
Kondisi Bastian Schweinsteiger yang masih meragukan akan coba diakali Jogi
dengan memasukkan Toni Kroos. Sementara Sami Khedira bisa saja diinstruksikan
untuk mematikan Andrea Pirlo. Jika Thiago Motta bermain, kerjasamanya dengan
Pirlo akan menjadi ktusial karena Motta mampu membagi bola lebih baik ketimbang
Riccardo Montolivo. Pertarungan lini tengah kedua tim akan banyak mempengaruhi
hasil pertandingan. Dinamisnya permainan Mesut Ozil akan coba dibendung dua
gelandang pekerja Italia, Claudio Marchisio dan Daniele De Rossi.
Barisan pertahanan Jerman harus
berkonsentrasi penuh terhadap passing
Andrea Pirlo. Pirlo memiliki rataan jumlah passing terbanyak (62) di area final third dalam turnamen ini menurut
Opta. Pemain kalem yang baru mengejutkan dunia lewat tendangan penalti cucchachio ala Antonin Panenka ini juga punya
kemampuan eksepsional bola-bola mati, mengalirkan bola kepada kedua sayap
ataupun langsung memberikan killer ball
kepada Mario Balotelli. Jika menemukan harinya, Balotelli bisa menjadikan
Holger Badstuber dan Mats Hummels menderita. Namun demikian karena kurangnya
masalah ketajaman, jumlah passing
yang melimpah di final third ini
tidak menjadikan Italia tim yang prodiktif mencetak gol. Mereka baru mencetak 4
gol sepanjang turnamen dimana 3 diantaranya tercipta melalui situasi set-piece.
Sementara serangan Jerman lebih kolektif di final third. Kombinasi permainan
Schweinsteiger-Khedira-Ozil dapat secara tiba-tiba membebaskan Mario Gomez, Podolski,
Mueller, bahkan Philip Lahm dari kawalan dan memberi mereka ruang tembak
terbuka. Pola 4-2-3-1 fluid mereka juga menjanjikan pertunjukan menarik dari kedua sisi lapangan dan kreativitas Mesut Ozil dalam membongkar pertahanan lawan dari segala arah. Distribusi dari sektor sayap melalui crossing terukur Lahm dan Jerome Boateng kepada Gomez juga bisa
menjadi andalan jika mereka tidak mampu menembus lini tengah.
Cederanya Giorgio Chiellini memang cukup mengganggu persiapan tim azzuri, namun duet Bonucci-Barzagli terbukti cukup dapat diandalkan menjaga pertahanan mengingat mereka berdua tampil cukup baik pada laga melawan Inggris. Jika Chiellini kembali, jaminan akan pertahanan kokoh akan memperbesar peluang Italia untuk melukai tim panser. Italia bisa juga mempertimbangkan pemakaian formasi 3-5-2 seperti saat mereka tampil baik melawan Spanyol dan Kroasia. Dengan menguatkan sektor sayap, pola yang menyediakan spare-man ini dapat meminimalisir ancaman sayap dari tim panser.
Kabar terakhir menyebutkan potensi pemain-pemain yang akan absen di partai ini. Kubu Italia lebih terpukul dengan kondisi ini ditambah fakta bahwa Italia memiliki waktu istirahat lebih sedikit dua hari daripada Jerman. Italia berpotensi kehilangan Motta, De Rossi dan Ignazio Abate yang fisiknya menurun saat menghadapi Inggris. Antonio Nocerino bisa masuk menggantikan De Rossi. Pergerakan dan naluri ofensif pemain ini memang lebih baik daripada De Rossi namun DDR unggul dalam bertahan. Sementara lubang di sisi kanan pertahanan lebih menganga karena jika Abate absen, Italia praktis tidak memiliki stok bek kanan murni karena Cristian Maggio terhukum akumulasi kartu kuning. Emmanuele Giaccherini bisa jadi akan dijadikan bek kanan darurat. Hal ini mendasari pemikiran untuk kembali dipakainya pola 3-5-2 untuk melindungi sisi kanan pertahanan dengan menempatkan Bonucci untuk melindungi Giaccherini.
Di pihak Jerman, hanya Ilkay Gundogan yang diberitakan mengalami cedera ringan saat latihan. Memasang pemain cepat seperti Schurlle dan Reus perlu dipertimbangkan Loew untuk mencecar sisi rapuh sebelah kanan pertahanan Italia. Sementara di posisi striker, ambisi Mario Gomez untuk menggondol predikat top skor akan menjadikannya termotivasi dan insting tajamnya akan menjadi ancaman nyata bagi pertahanan Italia.
Cederanya Giorgio Chiellini memang cukup mengganggu persiapan tim azzuri, namun duet Bonucci-Barzagli terbukti cukup dapat diandalkan menjaga pertahanan mengingat mereka berdua tampil cukup baik pada laga melawan Inggris. Jika Chiellini kembali, jaminan akan pertahanan kokoh akan memperbesar peluang Italia untuk melukai tim panser. Italia bisa juga mempertimbangkan pemakaian formasi 3-5-2 seperti saat mereka tampil baik melawan Spanyol dan Kroasia. Dengan menguatkan sektor sayap, pola yang menyediakan spare-man ini dapat meminimalisir ancaman sayap dari tim panser.
Kabar terakhir menyebutkan potensi pemain-pemain yang akan absen di partai ini. Kubu Italia lebih terpukul dengan kondisi ini ditambah fakta bahwa Italia memiliki waktu istirahat lebih sedikit dua hari daripada Jerman. Italia berpotensi kehilangan Motta, De Rossi dan Ignazio Abate yang fisiknya menurun saat menghadapi Inggris. Antonio Nocerino bisa masuk menggantikan De Rossi. Pergerakan dan naluri ofensif pemain ini memang lebih baik daripada De Rossi namun DDR unggul dalam bertahan. Sementara lubang di sisi kanan pertahanan lebih menganga karena jika Abate absen, Italia praktis tidak memiliki stok bek kanan murni karena Cristian Maggio terhukum akumulasi kartu kuning. Emmanuele Giaccherini bisa jadi akan dijadikan bek kanan darurat. Hal ini mendasari pemikiran untuk kembali dipakainya pola 3-5-2 untuk melindungi sisi kanan pertahanan dengan menempatkan Bonucci untuk melindungi Giaccherini.
Di pihak Jerman, hanya Ilkay Gundogan yang diberitakan mengalami cedera ringan saat latihan. Memasang pemain cepat seperti Schurlle dan Reus perlu dipertimbangkan Loew untuk mencecar sisi rapuh sebelah kanan pertahanan Italia. Sementara di posisi striker, ambisi Mario Gomez untuk menggondol predikat top skor akan menjadikannya termotivasi dan insting tajamnya akan menjadi ancaman nyata bagi pertahanan Italia.
Mampukah Jerman memutus anomali?
koreksi dikit, yg ikut ke Euro 2012 itu Lars Bender. Si Sven sodara kembarnya kemaren dicoret dari skuad provisional.
ReplyDeleteHahaha sip! thanks koreksinya.
Delete