Alfredo Di Stefano dan Beckham, si pengubah sistem ekonomi |
Dalam hidup, tidak ada yang pasti selain
kematian dan pajak. Ungkapan ini rasanya sudah sangat sering terdengar, dan selama
kita hidup, kita akan dihadapkan untuk membayar pajak. Tidak ada yang sukarela
mengeluarkan uangnya untuk membayar pajak, dalam hal ini pajak penghasilan.
Berbeda dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dimana kita membayar pajak atas
sesuatu yang akan kita konsumsi, membayar pajak penghasilan tidak serta merta
memiliki kontraprestasi langsung kepada pembayarnya, untuk itulah aturan dan tarif
yang sering berubah adalah salah satu ciri khas dari pajak penghasilan.
Besarnya Pajak Penghasilan (PPh) akan sangat
menentukan berapa besarnya penghasilan bersih yang kita terima, baik sebagai
individu (orang pribadi) maupun badan. Dunia sepakbola sebagai dunia
pertunjukan paling laku dan semarak di dunia, tentu tidak lepas dari masalah
perpajakan.
Besarnya PPh yang dipotong dari penghasilan
yang diterima atau diperoleh akan turut mempengaruhi keputusan seorang pemain
sepakbola. Footballers go where the money
is. Menjadi pesepakbola terkenal tentu akan menjanjikan balutan kekayaan
yang melimpah, dan para pesepakbola kaya itu tidak akan serela dan semulia itu
untuk merelakan pundi-pundi kekayaannya untuk dipotong pajak yang besar.
Dalam perspektif liga di Eropa, Spanyol
adalah salah satu negara yang menerapkan sistem perpajakan yang unik. Sistem
yang memberikan insentif besar bagi para expatriates berpenghasilan diatas 600
ribu euro setahun ini memang diterapkan sudah cukup lama, yaitu pada tanggal 11
Juni 2005 dengan dikeluarkannya Royal Decree 687/2005, atau lebih dikenal luas
dengan “The Beckham Law”
Peraturan ini dikeluarkan saat Beckham
bermain di Real Madrid pada musim kompetisi 2003/2004. Hebatnya, peraturan ini berefek
retrospektif alias berlaku surut di 1 Januari 2004 dimana Beckham baru akan
membayar PPh terutangnya selama setahun paling lambat tanggal 30 Juni 2004.
Tidak salah jika nama Beckham sangat identik dengan peraturan ini.
Peraturan ini sebenarnya tidak ditujukan
untuk pesepakbola saja, namun untuk para expatriates
secara umum. Pemerintah Spanyol saat itu memang mencoba untuk menarik minat
sebanyak-banyaknya para investor asing, termasuk para insinyur dan ahli
keuangan untuk membantu meningkatkan performa perekonomian negara yang terletak
di semenanjung Iberia tersebut.
Namun seperti kita lihat sekarang, Spanyol
adalah salah satu negara penghutang terbesar di Eropa. Keadaan ini menjadikan negara
mereka mengalami krisis ekonomi, yang memaksa Perdana Menteri Alberto Luis Rodriguez
Zapatero mundur dari jabatannya. Imperialisme model baru yang berlatar belakang
keserakahan tanpa batas ini tidak berhasil dengan baik nampaknya. Kalo kata
Dave Mustaine, “the system has failed and
the world needs a hero!”
Kembali ke dunia impian kita, dunia
sepakbola. Dibawah Beckham Law, PPh
yang dipotong dari penghasilan para pemain bola itu dikenai tarif flat 24,7%
dimana tarif normal dari PPh orang pribadi Spanyol adalah mencapai 53% progressive rate tertingginya, 56%
kabarnya untuk wilayah Catalonia. Sebuah negara yang seolah menggelar karpet
merah bagi para borjuis asing, dan memungut pajak dua kali lipat lebih tinggi
kepada rakyatnya sendiri. Saya jadi memahami perasaan orang Catalonia dan
Basque. Ah sudahlah.
Memang untuk menikmati fasilitas tersebut
harus memenuhi persyaratan tertentu. Beberapa kondisi yang perlu diperhatikan
antara lain:
1.
Tidak
berlaku untuk seseorang yang sudah tinggal di Spanyol selama 10 tahun
2.
Tidak
berlaku untuk orang asing yang penghasilannya dibawah 600 ribu euro
3.
Harus
bekerja di Spanyol, dimana pemberi penghasilannya juga warga negara Spanyol
atau memiliki tempat tinggal permanen di Spanyol
4.
Penugasan
harus dilakukan di Spanyol, walaupun bekerja diluar Spanyol selama periode
tersebut diijinkan sebanyak 15% durasi kontrak
5.
Fasilitas
ini berlaku untuk 5 tahun.
Sebagai ilustrasi, inilah perbandingan
potongan pajak penghasilan pemain asing dengan pemain lokal, dengan gaji yang
sama yaitu 50 ribu euro per minggu.
Mr. X
|
||||
Annual Individual Tax
Calculation
|
||||
Spain resident
|
||||
Gaji Bersih
|
50,000.00
|
52
|
2,600,000.00
|
|
Penghitungan Pajak:
|
||||
24.75%
|
17,707
|
4,382.48
|
||
30%
|
15,299
|
4,589.70
|
||
40%
|
20,399
|
8,159.60
|
||
47%
|
66,592
|
31,298.24
|
||
49%
|
54,999
|
26,949.51
|
||
51%
|
124,999
|
63,749.49
|
||
52%
|
2,300,005
|
1,196,002.60
|
||
Total Pajak
|
1,335,131.62
|
|||
Net after tax
|
1,264,868.38
|
|||
Mr. X
|
||||
Annual Individual Tax
Calculation
|
||||
Expatriates in Spain
|
||||
Gaji Bersih
|
50,000.00
|
52
|
2,600,000.00
|
|
Penghitungan Pajak:
|
||||
24.75%
|
2,600,000
|
643,500.00
|
||
Total Pajak
|
643,500.00
|
|||
Net after tax
|
1,956,500.00
|
|||
Dengan jumlah ini, anak kecilpun tau mana
yang lebih menguntungkan bagi mereka. Klub-klub La Liga jadi memiliki daya
pikat nyata yang membuat pemain-pemain asing memilih mereka ketimbang klub-klub
Inggris, Jerman atau Italia. Sebagai perbandingan, pajak penghasilan di tiga negara
tersebut sangat tinggi, Italia 43%, Jerman 45% dan Inggris 50%.
Tanpa hitung-hitungan
dan analisa yang ribet, para pesepakbola ini akan mudah mengetahui negara mana
yang sistem pajaknya paling menguntungkan mereka. Contoh lain dari pengguna Beckham Law adalah Jermaine Pennant.
Pemain Bengal ini bisa menikmati penghasilan setara 80 ribu euro per pekan di
Inggris meskipun Real Zaragoza membayarnya hanya 49 ribu euro.
Beckham Law telah diamandemen pada tahun
2009, dan mulai berlaku 1 Januari 2010. Saat itu, para pemain asing akan menggunakan
tarif pajak yang sama tanpa mendapatkan fasilitas pengurangan tarif pajak dari
pemerintah Spanyol. Lalu bagaimana kiprah klub-klub Spanyol setelah Beckham Law
diamandemen?
Penghasilan lain dari pesepakbola adalah image rights. Iklan, foto dan kadang kala film menjadi sumber penghasilan lainnya para pesepakbola yang jumlahnya bisa lebih besar dari gaji si pemain sendiri. Hal yang jika tidak disikapi dengan bijak oleh si atlet akan membuatnya lebih mementingkan kegiatannya di luar lapangan ketimbang di dalam lapangan.
Penghasilan lain dari pesepakbola adalah image rights. Iklan, foto dan kadang kala film menjadi sumber penghasilan lainnya para pesepakbola yang jumlahnya bisa lebih besar dari gaji si pemain sendiri. Hal yang jika tidak disikapi dengan bijak oleh si atlet akan membuatnya lebih mementingkan kegiatannya di luar lapangan ketimbang di dalam lapangan.
Namun pesepakbola juga pintar, apalagi mereka
juga memiliki asisten dengan beragam spesialisasi ilmu. Para pemain mendirikan
perusahaan sendiri atau berbentuk seperti layaknya manajemen artis untuk
menampung penghasilan yang berasal dari image
rights dan kegiatan lain diluar sepakbola. Tentunya aturan pajak penghasilan
perusahaan berbeda dengan pajak penghasilan individu.
Dari skema ini, para pesepakbola mengalihkan
penerimaan dari image rights mereka
ke kantong perusahaannya, dengan tujuan menghindari pengenaan tarif pajak yang
lebih tinggi. Tax saving yang didapatkan
sangat besar. Sebagai perbandingan, jika tarif pajak individual yang paling
tinggi adalah 50%, maka tarif pajak perusahaan adalah 28%, bahkan bisa 21% jika
laba perusahaan dibawah 300 ribu poundsterling dalam setahun. smart ass!
(to be continued)
No comments:
Post a Comment