Pages

Thursday, June 21, 2012

The Beckham Laws Series - Intro: Footballer vs Taxman

Alfredo Di Stefano dan Beckham, si pengubah sistem ekonomi

Dalam hidup, tidak ada yang pasti selain kematian dan pajak. Ungkapan ini rasanya sudah sangat sering terdengar, dan selama kita hidup, kita akan dihadapkan untuk membayar pajak. Tidak ada yang sukarela mengeluarkan uangnya untuk membayar pajak, dalam hal ini pajak penghasilan. Berbeda dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dimana kita membayar pajak atas sesuatu yang akan kita konsumsi, membayar pajak penghasilan tidak serta merta memiliki kontraprestasi langsung kepada pembayarnya, untuk itulah aturan dan tarif yang sering berubah adalah salah satu ciri khas dari pajak penghasilan.

Besarnya Pajak Penghasilan (PPh) akan sangat menentukan berapa besarnya penghasilan bersih yang kita terima, baik sebagai individu (orang pribadi) maupun badan. Dunia sepakbola sebagai dunia pertunjukan paling laku dan semarak di dunia, tentu tidak lepas dari masalah perpajakan.

Besarnya PPh yang dipotong dari penghasilan yang diterima atau diperoleh akan turut mempengaruhi keputusan seorang pemain sepakbola. Footballers go where the money is. Menjadi pesepakbola terkenal tentu akan menjanjikan balutan kekayaan yang melimpah, dan para pesepakbola kaya itu tidak akan serela dan semulia itu untuk merelakan pundi-pundi kekayaannya untuk dipotong pajak yang besar.

Dalam perspektif liga di Eropa, Spanyol adalah salah satu negara yang menerapkan sistem perpajakan yang unik. Sistem yang memberikan insentif besar bagi para expatriates berpenghasilan diatas 600 ribu euro setahun ini memang diterapkan sudah cukup lama, yaitu pada tanggal 11 Juni 2005 dengan dikeluarkannya Royal Decree 687/2005, atau lebih dikenal luas dengan “The Beckham Law”

Peraturan ini dikeluarkan saat Beckham bermain di Real Madrid pada musim kompetisi 2003/2004. Hebatnya, peraturan ini berefek retrospektif alias berlaku surut di 1 Januari 2004 dimana Beckham baru akan membayar PPh terutangnya selama setahun paling lambat tanggal 30 Juni 2004. Tidak salah jika nama Beckham sangat identik dengan peraturan ini.

Peraturan ini sebenarnya tidak ditujukan untuk pesepakbola saja, namun untuk para expatriates secara umum. Pemerintah Spanyol saat itu memang mencoba untuk menarik minat sebanyak-banyaknya para investor asing, termasuk para insinyur dan ahli keuangan untuk membantu meningkatkan performa perekonomian negara yang terletak di semenanjung Iberia tersebut.

Namun seperti kita lihat sekarang, Spanyol adalah salah satu negara penghutang terbesar di Eropa. Keadaan ini menjadikan negara mereka mengalami krisis ekonomi, yang memaksa Perdana Menteri Alberto Luis Rodriguez Zapatero mundur dari jabatannya. Imperialisme model baru yang berlatar belakang keserakahan tanpa batas ini tidak berhasil dengan baik nampaknya. Kalo kata Dave Mustaine, “the system has failed and the world needs a hero!”

Kembali ke dunia impian kita, dunia sepakbola. Dibawah Beckham Law, PPh yang dipotong dari penghasilan para pemain bola itu dikenai tarif flat 24,7% dimana tarif normal dari PPh orang pribadi Spanyol adalah mencapai 53% progressive rate tertingginya, 56% kabarnya untuk wilayah Catalonia. Sebuah negara yang seolah menggelar karpet merah bagi para borjuis asing, dan memungut pajak dua kali lipat lebih tinggi kepada rakyatnya sendiri. Saya jadi memahami perasaan orang Catalonia dan Basque. Ah sudahlah.

Memang untuk menikmati fasilitas tersebut harus memenuhi persyaratan tertentu. Beberapa kondisi yang perlu diperhatikan antara lain:

1.     Tidak berlaku untuk seseorang yang sudah tinggal di Spanyol selama 10 tahun

2.     Tidak berlaku untuk orang asing yang penghasilannya dibawah 600 ribu euro

3.     Harus bekerja di Spanyol, dimana pemberi penghasilannya juga warga negara Spanyol atau memiliki tempat tinggal permanen di Spanyol

4.     Penugasan harus dilakukan di Spanyol, walaupun bekerja diluar Spanyol selama periode tersebut diijinkan sebanyak 15% durasi kontrak

5.     Fasilitas ini berlaku untuk 5 tahun.

Sebagai ilustrasi, inilah perbandingan potongan pajak penghasilan pemain asing dengan pemain lokal, dengan gaji yang sama yaitu 50 ribu euro per minggu.

Mr. X




Annual Individual Tax Calculation

Spain resident



Gaji Bersih
       50,000.00
52
  2,600,000.00


Penghitungan Pajak:

24.75%
       17,707
         4,382.48

30%
       15,299
         4,589.70

40%
       20,399
         8,159.60

47%
       66,592
       31,298.24

49%
       54,999
       26,949.51

51%
     124,999
       63,749.49

52%
  2,300,005
  1,196,002.60



Total Pajak
  1,335,131.62
Net after tax
  1,264,868.38






Mr. X




Annual Individual Tax Calculation

Expatriates in Spain



Gaji Bersih
    50,000.00
52
  2,600,000.00


Penghitungan Pajak:

24.75%
   2,600,000
  643,500.00



Total Pajak
     643,500.00
Net after tax
  1,956,500.00






Dengan jumlah ini, anak kecilpun tau mana yang lebih menguntungkan bagi mereka. Klub-klub La Liga jadi memiliki daya pikat nyata yang membuat pemain-pemain asing memilih mereka ketimbang klub-klub Inggris, Jerman atau Italia. Sebagai perbandingan, pajak penghasilan di tiga negara tersebut sangat tinggi, Italia 43%, Jerman 45% dan Inggris 50%.
Tanpa hitung-hitungan dan analisa yang ribet, para pesepakbola ini akan mudah mengetahui negara mana yang sistem pajaknya paling menguntungkan mereka. Contoh lain dari pengguna Beckham Law adalah Jermaine Pennant. Pemain Bengal ini bisa menikmati penghasilan setara 80 ribu euro per pekan di Inggris meskipun Real Zaragoza membayarnya hanya 49 ribu euro.
Beckham Law telah diamandemen pada tahun 2009, dan mulai berlaku 1 Januari 2010. Saat itu, para pemain asing akan menggunakan tarif pajak yang sama tanpa mendapatkan fasilitas pengurangan tarif pajak dari pemerintah Spanyol. Lalu bagaimana kiprah klub-klub Spanyol setelah Beckham Law diamandemen?

Penghasilan lain dari pesepakbola adalah image rights. Iklan, foto dan kadang kala film menjadi sumber penghasilan lainnya para pesepakbola yang jumlahnya bisa lebih besar dari gaji si pemain sendiri. Hal yang jika tidak disikapi dengan bijak oleh si atlet akan membuatnya lebih mementingkan kegiatannya di luar lapangan ketimbang di dalam lapangan.
Namun pesepakbola juga pintar, apalagi mereka juga memiliki asisten dengan beragam spesialisasi ilmu. Para pemain mendirikan perusahaan sendiri atau berbentuk seperti layaknya manajemen artis untuk menampung penghasilan yang berasal dari image rights dan kegiatan lain diluar sepakbola. Tentunya aturan pajak penghasilan perusahaan berbeda dengan pajak penghasilan individu.
Dari skema ini, para pesepakbola mengalihkan penerimaan dari image rights mereka ke kantong perusahaannya, dengan tujuan menghindari pengenaan tarif pajak yang lebih tinggi. Tax saving yang didapatkan sangat besar. Sebagai perbandingan, jika tarif pajak individual yang paling tinggi adalah 50%, maka tarif pajak perusahaan adalah 28%, bahkan bisa 21% jika laba perusahaan dibawah 300 ribu poundsterling dalam setahun. smart ass!

(to be continued)

No comments:

Post a Comment