Pages

Wednesday, September 23, 2015

Ketika Milan Lolos Dari Kekuatan Team Talk

Sebuah pertandingan yang diwarnai kisah comeback, alias kisah kesebelasan yang mampu membalikkan keadaan dari kalah ke menang, selalu menyisakan cerita yang tidak mudah basi. Bahkan banyak orang yang akan membicarakan pertandingan semacam ini meski waktu telah lama berlalu.
Siapa yang tidak ingat comeback Liverpool dalam final Liga Champions 2005 melawan AC Milan? Meski kejadian ini sudah berlalu satu dekade lamanya, dan walaupun Milan berhasil membalas kekalahan itu pada final kejuaraan yang sama tahun 2007, tetap saja memori pahit akan peristiwa Istanbul 2005 ini masih sulit dilupakan Milanisti.
Dalam setiap kejadian comeback yang luar biasa, tentu saja ada peranan dari pelatih. Bukan hanya dalam hal taktik, karena amat mungkin sang pelatih sudah mengisi kepala pemain-pemainnya dengan berbagai studi taktikal sejak seminggu sebelum pertandingan. Sang pelatih ini akan melakukan team talk, atau berbicara kepada tim untuk memberi evaluasi, arahan dan motivasi yang dibutuhkan.
Jamie Carragher, eks penggawa Liverpool yang turut menjadi bagian dari peristiwa Istanbul 2005 menceritakan bagaimana pelatih Rafa Benitez, yang meski kemampuan bahasa Inggrisnya tidak terlalu bagus pada saat itu, melakukan team talk yang begitu diingatnya.
"Cobalah cetak satu gol, dan lihat apa yang terjadi" dan selanjutnya adalah sejarah.
Saat itu memang tidak semata team talk yang mengubah hasil akhir, melainkan perubahan taktik. Benitez mengubah formasi 4-2-3-1 andalannya menjadi 3-5-2. Carragher menirukan instruksi Benitez kepada Luis Garcia dan Steven Gerrard untuk menghambat distribusi bola dari Andrea Pirlo. Sekali lagi, sisanya adalah sejarah.
Akhir pekan lalu, terjadi salah satu comeback terbaik dalam sejarah sepak bola Rusia, dan mungkin saja dalam sejarah sepak bola saat CSKA Moskow membalikkan keadaan dari tertinggal 0-3 dari tuan rumah Mordovia Saransk pada babak pertama menjadi keunggulan 6-4 pada akhir pertandingan.
Apa yang dikatakan Leonid Slutsky, pelatih CSKA di jeda pertandingan untuk memotivasi pemainnya sungguh unik. "Saya meminta pemain saya untuk bermain di kota Irkutsk pada ajang Piala Rusia jika tidak memenangi laga ini."
Untuk diketahui, Irkutsk adalah sebuah kota di utara Rusia yang menjadi kandang dari kesebelasan Baikal Irkutsk. Hari Rabu (23/9) ini, CSKA bertandang ke kota itu. Slutsky sendiri telah memberi isyarat akan mengistirahatkan sebagian pemain inti untuk menghemat tenaga menjalani tiga ajang sekaligus. 
Team talk unik dan agak nyeleneh ini ternyata memancing reaksi dari publik penduduk remote area Irkutsk. Bebeapa menganggap Slutsky menganggap remeh kompetisi ini, dan khususnya klub Baikal Irkutsk. Seluruh tiket pertandingan terjual, dan meski kabar ini belum dapat dikonfirmasi, namun panitia telah menyiapkan ratusan 'kursi darurat' untuk penonton yang tidak kebagian tiket.
Dan tidak hanya itu, Slutsky juga membuat perubahan, meski tidak dalam formasi permainan. Ia menarik keluar gelandang serang andalannya, Roman Eremenko untuk memberi tempat kepada Kiril Panchenko, gelandang serang yang jarang bermain. Tanpa diduga, adalah Panchenko yang memperkecil kekalahan pada awal babak kedua lewat sundulannya menyambut umpan silang Zoran Tosic, gol yang memompa semangat bertarung anak-anak CSKA hingga akhirnya berhasil mencetak lima gol tambahan.
Team talk yang inspiratif juga mewarnai comeback lainnya seperti pertandingan Newcastle United melawan Arsenal tahun 2011. Saat Newcastle tertinggal 0-4 pada 45 menit pertama, pelatih Alan Pardew menginstruksikan pemainnya untuk agresif. "Lalu mereka bermain seperti singa," ujarnya. Papan skor pun menunjukkan kedudukan akhir 4-4.
Dan semalam, Milan nyaris mengulangi cerita dahsyatnya team talk dari pelatih lawan. Unggul 3-0 atas Udinese di Friuli pada babak pertama, Lo Zebrette berhasil mencetak dua gol cepat pada babak kedua. Beruntung, Milan masih bisa mempertahankan skor 3-2 hingga akhir pertandingan.

Saya tidak tahu persis apa yang dikatakan pelatih Udinese Stefano Colantuono pada jeda pertandingan. Ia hanya berkomentar bahwa Udinese setidaknya layak meraih satu poin. Namun jelas hal ini meruntuhkan kesempurnaan performa Milan pada babak pertama. Ketika suporter Milan begitu terbawa euforia karena merasa pelatih Mihajlovic telah menemukan winning formula, team talk Colantuono merusaknya, dan akhirnya mengembalikan Milan pada imaji awal: tim yang masih immature.

No comments:

Post a Comment