Internazionale Milan boleh meraih
gelar treble winners tahun 2010 lalu,
namun yang mereka hadapi setelah itu adalah kepergian Jose Mourinho, yang
kemudian menjadi awal kemunduran mereka hingga kini. Barcelona juga meraih treble winners setahun sebelum Inter,
namun hingga kini prestasi Barcelona masih stabil (jika ukurannya adalah gelar-gelar
La Liga yang masih mereka dapatkan dan pencapaian minimal semifinal Liga
Champions sejak 2009 tersebut).
Barcelona yang kini kita saksikan
bukanlah tim asal jadi. Adalah Johan Cruyff, mantan pemain dan pelatih mereka
yang mengusulkan pembangunan akademi La Masia tahun 1976 kepada Josep Luis
Nunez, presiden Barca saat itu. Ia belajar dari keberhasilan Ajax Amsterdam
yang mampu meraih tiga gelar beruntun Piala Eropa (sekarang Liga Champions)
tahun 1971 hingga 1973 lewat penampilan memukau talenta-talenda dari akademi
sendiri. Seperti kita tahu, talenta-talenta tersebut juga menghasilkan salah
satu tim terbaik dunia sepanjang masa yang tanpa mahkota, yaitu tim nasional
Belanda tahun 1974.
Cruyff mendapatkan keinginannya dari
Nunez tahun 1979, dimana ia kelak menuai hasil yang ia tanam lewat pemain-pemain
macam Pep Guardiola dan Guilermo Amor yang ia tangani awal tahun 90an. Selanjutnya,
La Masia menelurkan generasi Xavi Hernandez, Carles Puyol, Victor Valdes,
Andres Iniesta hingga Lionel Messi dan kawan-kawan yang biasa kita saksikan
kini.
Maka tidaklah mengherankan saat
semalam Barcelona mampu mengalahkan Real Madrid yang dihuni pemain berharga
ratusan juta euro. Terlepas dari kontroversi yang memang suka atau tidak
menjadi bagian dari permainan sepak bola, Barca memang lebih superior. Pelatih
Tata Martino mengusung pola 4-3-3 seperti biasa, juga pemain yang biasa ia
turunkan, dengan preferensi menaruh Cesc Fabregas sebagai false nine dan menempatkan Leo Messi di sayap kanan. Taktik yang
biasa digunakan Barca kala menghadapi lawan kuat yang pertahanannya rapat.
Tata Martino belajar banyak dari
keberhasilan tim nasional Brasil pada Piala Konfederasi beberapa bulan lalu. Alih-alih
menjadikan Messi sebagai sentral permainan, ia justru lebih mengandalkan
Neymar. Hal ini terlihat dari banyaknya aliran bola mereka di daerah final third yang ditujukan kepada pemuda
yang oleh pengamat dinilai overrated
itu. Situs Whoscored memperlihatkan
bahwa 36% dari serangan Blaugrana berada pada sisi kiri dimana Neymar bermain.
Nyatanya, Neymar sudah
berkali-kali membuktikan bahwa ia bukanlah pesepakbola yang hanya hebat di Youtube dan memiliki yacht seharga 30 juta dollar serta mansion senilai 15 juta dollar. Lebih dari
itu, Neymar adalah seorang pesepakbola cerdas dengan pemahaman taktik yang tinggi.
Keputusannya pindah ke Barca awal
musim sempat mengundang keraguan karena Neymar lebih menonjol sebagai pemain
yang sering “bermain sendiri” sementara Barcelona adalah tim yang dapat
menghasilkan ratusan passing per
laga. Pindahnya Neymar ke Eropa juga dinilai terlalu cepat, apalagi Piala Dunia
di rumah sendiri sudah di depan mata.
Namun dari sepertiga musim yang
telah dilalui, Neymar telah menunjukkan bahwa ia adalah seorang team player, menyamai reputasinya
sebagai pesepakbola Youtube yang sering dinilai dangkal oleh para penggemar
awam. Gol pertama yang ia ciptakan tepat saat bendera Catalonia berkibar dan
teriakan “Independence” bergemuruh di tribun ultras adalah buah dari pergerakan
yang cerdik dan eksekusi dengan presisi tinggi.
Carlo Ancelotti bukannya tinggal
diam. Sebagai pelatih yang telah memenangi dua gelar Liga Champions dan
memenangi gelar juara liga di tiga kompetisi berbeda (Italia, Inggris dan
Prancis), Carletto jelas lebih dari berpengalaman, ia adalah Guru. Ancelotti menurunkan
Dani Carvajal alih-alih Alvaro Arbeloa yang tampangnya mirip bintang film porno
itu. Ancelotti belajar dari final Piala Konfederasi saat Arbeloa berkali-kali
dikadali oleh Neymar.
Kedatangan Neymar juga dapat
dilihat sebagai bukti tajamnya visi petinggi Blaugrana. Meski memiliki akademi
terbaik dunia, mereka masih membutuhkan pemain dengan kemampuan seperti Neymar
agar permainan mereka tidak terlalu text-book.
Namun Barca juga tidak pernah sembarangan mengambil talenta. Jika mereka
mengincar seorang pemain dari luar klub, pastilah pemain tersebut memang
benar-benar memenuhi standar tinggi yang mereka miliki. Neymar, setidaknya
telah mampu membuktikan diri bahwa ia memiliki standar tersebut.
Keberadaan Neymar nyatanya
memberi alternatif dan kesegaran pada permainan Barca yang terlalu
Messi-sentris. 6 assist dan rataan 2 key-passes per laga yang telah ia sumbangkan dan rambut ayam yang
telah ia cukur juga membuktikan bahwa Barcelona telah menjadi rumah yang baik
untuknya, bukan hanya makin mengembangkannya secara taktikal, namun juga
membuatnya lebih rendah hati. Hal yang tidak mudah mengingat saat bermain di
Santos, ia telah mencetak lebih dari 200 gol. Puja-puji juga ia dapatkan, dan
ia tidak pernah salah. Neymar disebut nekat dengan pindah ke Barcelona untuk
berbagi tempat dengan Messi, bintang yang telah menjadi ikon kota.
Kompetisi memang masih berada
pada fase awal. Madrid juga masih memiliki banyak amunisi untuk terus membuat
hidup Barca susah hingga akhir kompetisi nanti, belum lagi ancaman yang datang
dari The Wonder Team Atletico. Tapi dalam kasus Neymar, setidaknya ia telah
membuktikan bahwa ia bukanlah pemain yang overrated,
melainkan wrongly-rated.
No comments:
Post a Comment