Saya pernah
sekali membahas tentang kiprah para komentator
amatir, alias para komentator berita di media online. Sedihnya, menurut seorang
jurnalis, komentar-komentar di media online tersebut memang adalah cerminan
dari bangsa kita.
Lihat saja
komentar-komentar yang tersaji di artikel
rekan saya Yoga Cholandha yang di publish di sebuah media online. Dalam artikel
yang hingga saat ini sudah dikomentari sebanyak lebih dari 1000 orang dan
nampaknya masih berlanjut itu, teman saya sebenarnya dengan telak menelanjangi
kebobrokan sepak bola kita. Bagaimana sepak bola tidak diurus dengan benar, dan
kita terus dininabobokan oleh kedatangan tim-tim Eropa, yang tidak lebih hanya
bermotif uang.
Memang betul
tidak ada salahnya jika sesekali kita mengagendakan laga eksibisi menghadapi
tim-tim yang sebelumnya hanya bisa kita saksikan dari layar datar televisi
sambil berantem di twitter dengan suporter layar kaca lainnya. Namun jika
keadaan ini terus kita syukuri, dan menganggap ini adalah awal kemajuan sepak
bola Indonesia, maka kita akan seterusnya terjebak dalam limbo prestasi sepak
bola nasional.
Lalu cobalah
lihat komentar-komentar di artikel berikut,
soal gagasan Indonesia pindah ke zona Oseania. Para komentator itu kemudian
dengan ‘gagah’ menuliskan bahwa ‘kita harus mengalahkan lawan yang kuat jika
ingin menjadi yang terkuat’ atau ‘kita tidak boleh menjadi pengecut dengan
memilih lawan yang lemah’.
Apakah yang
dapat disimpulkan dari situ? Ya, ketahuan deh bangsa kita memiliki beberapa
karakter khas. Inferior dan delusional. Disatu sisi, bangsa kita begitu merasa
inferior dengan kerelaan dibantai dengan skor telak di lapangan. Meminjam kata-kata
Yoga, rela menjalani medan perang palsu demi menyenangkan meneer-meneer atau
sinyo-sinyo bule yang biasa kita saksikan di televisi. Di sisi lain, bangsa
kita begitu merasa hebatnya, merasa lawan-lawan di zona Oseania tidak ada apa-apanya buat kita. Kita juga begitu cepat puas karena akhirnya klub-klub
besar itu mau datang. Seakan hal ini akan membuat kita 9 tahun lagi mengikuti
Piala Dunia, dan pemain-pemain kita akan dilirik oleh klub Eropa berbekal
pengalaman bertanding melawan para pemain kelas dunia.
Tiga tahun lalu
saat Indonesia kalah dari Malaysia di final Piala AFF, saya bilang kalau
Indonesia bermain jelek dan memang tidak pantas menang di laga final. Tapi salah
seorang teman saya malah berkomentar. ‘Ah nggak jelek kok, mainnya sudah bagus.
Hanya kalah beruntung saja.’ Ya begitulah mental kita. Masih merasa menang, merasa berbesar hati dan terus menghibur diri padahal jelas-jelas kalah.
Sebenarnya, saya
tidak mau mengurusi para komentator asbun dan minim pengetahuan itu. Tapi sedihnya,
hal ini memang persoalan utama bangsa kita. Pernah pula ada artikel yang
menyajikan fakta sejarah baru, tapi yang ada malah dibilang laten komunis lah,
pemecah belah bangsa lah. Ketahuan sekali mereka terlalu menghayati
pelajaran-pelajaran Orde Baru.
Sebegitu hauskah
kita akan kejayaan? Mungkin saja. Haus kejayaan bukanlah sesuatu yang salah,
namun jelas menjadi kesia-siaan belaka jika kehausan kita pada kejayaan membuat
kita tidak bisa mengakui kekurangan diri. Tidak legowo mengakui bahwa kita
sedang melangkah pada jalan yang salah, dan tidak terima jika kita dikritik
orang lain. Sifat-sifat ini hanya membuat kejayaan yang kita nanti-nantikan terus
menjadi impian dan dongeng belaka.
Tidak ada
gunanya sok bersikap positif, hal itu hanya berguna jika kita kalah tapi
sebenarnya sudah berada pada jalur yang benar. Namun sayangnya, kita menyikapi positif
pada sesuatu yang salah. Sungguh tidak akan membawa kita kemana-mana. Kalah ya
kalah, salah ya salah. Satu-satunya jalan jelas berbenah. Benahi pembinaan,
benahi kompetisi, benahi wasit, benahi pengurus dan federasi, benahi manajemen dan keuangan klub, benahi suporter. Benahi stakeholder sepak bola Indonesia.
Yah, betul. Tapi pemain-pemain Indo yg main kemarin kayaknya yg jadi korban kompetisi ya? soalnya pemain yg ada (yg terbaik) ya mereka. Dan mereka dibesarkan di kompetisi Indonesia yg bobrok. Andai kompetisinya lebih pro..
ReplyDeleteDijawab di posting selanjutnya nih :)
ReplyDelete