Sejak 3 dekade silam, AC Milan
adalah tim yang terkenal dengan keberadaan pemain-pemain belakang tangguh
berkelas dunia. Franco Baresi, Alessandro Costacurta, Alessandro Nesta, Paolo
Maldini, hingga Jaap Stam. Tidak heran, nama-nama ini seolah menjadi hantu bagi
pemain-pemain belakang baru Milan karena permainan dan kontribusi mereka kerap
dibanding-bandingkan dengan nama-nama yang melegenda itu.
Roque Junior, Martin Laursen,
Roberto Ayala, Jose Chamot maupun Fabricio Coloccini sempat mengisi skuat ini
berbarengan dengan para legenda itu. Mereka bukanlah pemain belakang yang
buruk, namun akibat perbandingan-perbandingan dengan para legenda tersebut
mereka gagal memunculkan permainan terbaik. Kesempatan bermain merekapun
terbatas.
Dua musim lalu, seorang bek
Brasil bernama Thiago Silva didapuk menjadi calon legenda Milan karena
kemajuannya yang sangat pesat sehingga menjadikannya bek tengah berkelas dunia.
Namun kondisi keuangan Milan yang buruk memaksanya hengkang ke Paris Saint
Germain. Kini, sektor pertahanan Milan diperkuat oleh duet Philippe Mexes dan
Cristian Zapata, dengan dilapis oleh pemain-pemain senior seperti Cristian
Zaccardo dan Daniele Bonera, juga seorang bek muda bernama Jherson Vergara.
Baik Mexes, Zapata, Zaccardo
maupun Bonera juga bukanlah pemain yang buruk. Hanya saja, disebut berkelas
duniapun tidak. Hal ini cukup mengganggu Rossoneri karena ketiadaan bek tengah
berkelas dunia dipercaya akan semakin menjauhkan mereka dari gelar. Hal ini
bukannya tidak disadari oleh manajemen. Pada bursa transfer musim panas ini,
mereka kemudian dikaitkan dengan beberapa nama yang dianggap akan mampu
memperkuat lini belakang mereka.
Nama pertama adalah Davide
Astori. Bek yang kini bermain di Cagliari ini adalah jebolan akademi Milan.
Astori, yang kini berusia 26 tahun sudah wara-wiri ke tim nasional Italia. Ia
juga diincar oleh Manchester United sebagai bukti kehebatannya. Milan juga
sebenarnya sempat mengincar Angelo Ogbonna, bek yang juga langganan tim
nasional Italia. Namun eks pemain Torino ini sudah berbaju Juventus. Banderol
kedua pemain yang mencapai 15 juta euro adalah hambatan bagi Milan.
Nama kedua yang kini ramai
dibicarakan adalah bek Parma asal Argentina, Gabriel Paletta. Bek jangkung
berusia 27 tahun ini hangat dibicarakan media-media Italia sebagai target
transfer Milan. Siapakah Paletta? Beberapa tahun lalu, publik lebih mengenalnya
sebagai pemain berbakat Argentina yang gagal bersinar di kompetisi Eropa.
Paletta mengawali karirnya di
klub Banfield sejak usia 16 tahun. Hanya butuh waktu tiga tahun baginya untuk
menembus tim utama Banfield, hal yang kemudian membuatnya terpilih menjadi
pengisi lini belakang tim nasional junior Argentina pada perhelatan Piala Dunia
U-20 tahun 2005 silam.
Penampilan memikat Paletta di
kejuaraan tersebut memikat klub besar Inggris, Liverpool. Sayangnya, Paletta
gagal menembus posisi starter. Total, ia hanya bermain sebanyak 3 kali
sepanjang musim 2006/2007 tersebut. Selanjutnya, Paletta mudik ke Argentina
untuk memperkuat Boca Juniors.
Di Boca, Paletta menemukan
kembali kepercayaan dirinya. Sadar bahwa ia pindah ke Eropa di usia yang
terlalu muda membuatnya tampil baik bersama Boca. Bersama klub rival abadi
River Plate tersebut, Paletta menyumbangkan gelar juara Torneo Apertura dan
Recopa Sudamericana tahun 2008.
Panggilan kembali ke Eropa
datang. Kali ini klub papan tengah Italia, Parma yang membelinya. Bermain di
Parma yang relatif lebih jauh dari sorotan ketimbang di Liverpool ternyata
menjadi berkah baginya. Bersama Parma inilah Paletta kemudian mulai menapaki
puncak permainan sebagai seorang pemain belakang berkelas. Kompetisi Seri a
telah mengangkat namanya.
Paletta bermain gemilang
sepanjang musim lalu. Situs whoscored menilai rataan performanya sebesar 7,2.
Hal itu menjadikannya pemain dengan nilai rating
terbaik kedua Parma musim lalu dibawah Jonathan Biabiany. Musim lalu, Paletta
diasuh dua pelatih yaitu Franco Colomba dan Roberto Donadoni. Ditangan Colomba,
Paletta bermain dalam sistem empat bek dimana ia berduet dengan Alessandro
Lucarelli. Masuknya Donadoni menggantikan Colomba di pertengahan musim mengubah
sistem permainan. Paletta hingga akhir musim bermain dengan sistem tiga pemain
belakang, dan tetap tampil mengesankan.
Milan tidak salah mengincar pemain
ini. Secara statistik, penampilan Paletta mungkin masih berada dibawah Mexes
dan Zapata, namun dalam beberapa aspek seperti tekel maupun kemampuan membaca
permainan Paletta sedikit lebih unggul. Pendek kata, kehadiran Paletta akan
menciptakan kompetisi yang positif di lini pertahanan Milan sehingga performa
tim akan meningkat secara keseluruhan.
Namun lagi-lagi harga menjadi
masalah. Setelah sempat dihargai 10 juta euro, Direktur Parma Pietro Leonardi
tiba-tiba mengeluarkan pernyataan mengejutkan, yaitu siapapun yang berminat
pada Paletta harus mengeluarkan uang 35 juta euro. Pernyataan Leonardi tersebut
seolah menegaskan bahwa pemain ini berstatus tidak dijual.
Tidak mengherankan memang karena
Parma sendiri kini sedang berusaha bangkit sebagai kekuatan baru Seri a seperti
tahun 90an lalu dimana mereka adalah tim papan atas. Ambisi tersebut tertuang
di bursa transfer ini. Meski harus kehilangan penyerang muda berbakat Ishak
Belfodil, namun sebagai gantinya mereka mendapatkan Antonio Cassano. Dengan poros
Cassano di penyerangan dan Paletta di pertahanan inilah Parma mengusung
optimisme menuju musim baru.
Kini tinggal bagaimana Adriano
Galliani sebagai transfer guru Milan
bertindak. Galliani memang penuh teka-teki. Ia terkenal sering mewujudkan
transfer-transfer mengejutkan buat Milan, dan tidak jarang transfer tersebut
terjadi menjelang penutupan. Galliani tahu benar akan kebutuhan Milan pada bek
tangguh, namun lebih dari itu ia berhadapan dengan kondisi finansial Milan yang
terbatas.
(tulisan ini ditolak oleh salah satu fanbase, karena dianggap sebagai tulisan rumor belaka.. hihihi)
@aditchenko
No comments:
Post a Comment