Pages

Monday, January 7, 2013

Una giornata perfetta!



“A win is a win.” Mungkin begitulah yang bisa didapat Milan dari pertandingan penutup di putaran pertama kompetisi underrated, Seri a. Kemenangan tipis atas Siena meskipun tidak diraih dengan cara spektakuler toh tetap tidak mengubah fakta bahwa inilah kemenangan kelima dari enam laga terakhir Rossoneri.

Well, pekan yang makin aneh ketika melihat rival turut bertumbangan. Inter tumbang 0-3 ditangan Udinese, Fiorentina menyerah 0-2 ditangan Pescara, Roma menyerah 1-4 atas Napoli, dan yang mengejutkan tentu saja Juventus yang menyerah dari 10 pemain Sampdoria 1-2 di Juventus Stadium.

Ini seolah pesan bagi Bianconeri bahwa Seri a masih jauh dari usai karena kursi mereka di capolista tidaklah seempuk sebelumnya. Lazio mengintai dengan selisih tinggal lima poin. Juventus, bagaimanapun juga memang sangat wajar untuk memenangi seri a musim ini mengingat kualitas yang mereka punya ditambah inkonsistensi dari para pesaingnya. Tapi kekalahan semalam tentu membuat Antonio Conte perlu memainkan kembali lagu Butterflies and Hurricanes guna menyemangati para pemainnya, terutama menularkan spirit kemenangan pada si anak baru, Federico Peluso.

Kelucuan memang kerap terjadi disini saban pertandingan Liga Eropa bergulir. Timeline di twitter as usual berisi celoteh para fanboy yang lucu-lucu. Salah satunya ketika ada yang bilang “keep dreaming” saat saya ngetwit lini belakang Milan menghadapi Siena diisi Italiano. Apakah Ignazio Abata-Mattia De Sciglio-Francesco Acerbi-Luca Antonini bukan Italiano? Antonini memang gak jadi starter semalam, tapi tetap saja dia bermain 30 menit. Lagipula musim lalu juga Milan sering menggunakan kuartet Italiano di lini belakang mereka dengan kombinasi Abate-Nesta-Bonera-Antonini. Saya tidak sedang bermimpi tentunya.

Anyway, Milan seperti yang saya kemukakan di paragraf sebelumnya memang tampil dengan kuartet lini belakang serba darurat karena berbagai alasan. Meski “hanya” menghadapi Siena dan pertandingan berlangsung di San Siro, tetap ada kekhawatiran mengenai kebocoran lini belakang. Ditambah lagi pertandingan ini adalah yang pertama setelah winter break, yang biasanya sulit diprediksi hasilnya. Milan juga menyerah dari Atalanta dan Sampdoria di San Siro.

Kemarahan memang kadang menjadi bahan bakar hebat untuk menang. Milan marah karena aksi rasisme baru menyerang mereka beberapa hari sebelum pertandingan ini. Sikap Kevin Prince Boateng dan sisa tim menuai pujian dari berbagai kalangan, dan Milan membawanya dalam pertandingan lawan Siena kemarin.

Setelah melalui babak pertama yang menggemaskan karena tidak satupun peluang berhasil dimanfaatkan, Milan memulai babak kedua masih dengan kurang meyakinkan. Untungnya Allegri cepat menyadari situasi dan menarik keluar Antonio Nocerino yang bermain kurang impresif, lalu memasukkan Bojan, sang penyelamat Milan musim ini.

Akan makin banyak Milanisti yang merasa lebih mengerti taktik ketimbang Allegri, terlebih setelah kesekian kalinya Bojan mampu bermain apik setelah masuk dari bangku cadangan. Mengulangi kiprahnya lawan Roma di giornata sebelumnya, semalam Bojan memecah kebuntuan setelah rangkaian upaya Rossoneri gagal. Hebatnya, Bojan melakukannya dengan sundulan!

Seperti ada kekuatan dalam gol ini, yang melepas crossing terukur sehingga Bojan tidak perlu melompat adalah Boateng. Gol ini sontak mengingatkan saya pada Alberto Paloschi, yang empat tahun lalu juga menjadi game changer setelah sentuhan pertamanya di pertandingan yang juga lawan Siena mampu memenangkan Milan.
Grazie, La Masia boy

Moral Milan meningkat setelah gol ini. El Shaarawy tetaplah impresif meski semalam kembali absen mencetak gol. Ia penuh determinasi, membantu pertahanan, menciptakan peluang, melepas banyak umpan dan juga tidak mengambil penalti, padahal Edinson Cavani, pesaingnya di jajaran topskor,  sudah mencetak 4 gol dari titik putih yang membuatnya sudah mencetak dua gol lebih banyak dari Il Faraone.

Penalti meragukan yang didapat Milan akhirnya dieksekusi Giampaolo Pazzini yang membuat margin melebar menjadi dua gol. Mengejutkan, ini adalah gol ke 8 Pazzo musim ini dari 18 pertandingannya. Statistik yang jauh meningkat dari musim lalu bersama Inter dimana ia hanya mencetak 5 gol dari 33 pertandingan.

Jika ada hal yang mengganggu, tentu saja cederanya Kevin Constant, bek yang semalam bermain paling baik. Pemain berposisi asli gelandang serang yang menjadi transformasi sukses Milan ini harus digantikan Luca Antonini, yang masih saja belum memberikan impresi positif kepada Milanisti. Hal lain yang mengganggu adalah kembali bobolnya gawang Milan lewat sundulan. Kali ini Michele Paolucci berhasil menggetarkan gawang Christian Abbiati, setelah sebelumnya sang kiper melakukan penyelamatan gemilang atas tendangan Alessandro Rosina yang mungkin bisa mengubah jalannya pertandinan.

Kemenangan ini ditambah kombinasi kekalahan dari para rival memang masih tetap membuah Milan tertahan di posisi 7, namun selisih poin yang tinggal 2 dari Roma di peringkat enam tetap patut disyukuri. Ditambah lagi, konstelasi klasemen banyak berubah diatas Milan, terutama anjloknya Inter ke posisi 5 dengan nilai 35, sama dengan Fiorentina diatasnya. Bahkan jika menarik sedikit lagi keatas, selisih Milan dengan Lazio di posisi kedua kini 9 poin. Secara matematis dan melihat tren positif Milan belakangan ini tentu saja optimisme patut dipelihara.

Milan juga tidak boleh lengah karena tim-tim yang berada dibawah mereka, Parma dan Udinese juga tengah meraih momen positif lewat kemenangan mereka. Selain Udinese yang mencukur Inter di Friuli, Parma juga membukukan kemenangan 2-1 atas Palermo. Ishak Belfodil kembali mencetak gol, gol keempatnya dari lima pertandingan terakhir. Calon bintang telah lahir di liga pencetak bintang.

Apapun itu, tetap saja kemenangan di kandang sendiri plus kekalahan para rival ini menjadi pekan aneh namun menyenangkan. Una giornata perfetta!

No comments:

Post a Comment