Nothing to be ashamed, though |
Tidak ada yang bisa diperbuat Max Allegri selain memainkan
tim terbaik saat menghadapi tim terbaik di kandangnya. Coppa Italia memang
menjadi ajang yang diseriusi Milan demi menyelamatkan musim ini dari ancaman
nirgelar.
Allegri menurunkan kuartet Abate-Mexes-Acerbi-De Sciglio
untuk melapis Marco Amelia di mistar gawang. Cederanya Kevin Constant memaksa
Allegri menempatkan De Sciglio di kiri. Sebenarnya jika jadi Allegri, saya pun
bingung menentukan mana kuartet belakang terbaik mengingat kualitas center back
yang dimiliki tidaklah memadai dan mampu bermain konsisten sepanjang musim.
Francesco Acerbi adalah bek potensial, namun layaknya pemain
muda dan hanya berpengalaman di seri b, Acerbi belumlah bisa diharapkan menjadi
palang pintu tim dengan tradisi sukses seperti Milan, belum lagi Milan memang
dikenal sebagai tim penghasil bek-bek kelas dunia sehingga komparasi antara
pengisi line up sekarang dengan pendahulu mereka seolah tak terhindarkan. Kemarin
di Juventus Stadium, Acerbi memang menjadi titik lemah lini pertahanan Milan
yang memang tidak kuat-kuat amat, dan Antonio Conte memanfaatkan betul situasi
ini melalui kecepatan Sebastian Giovinco.
Milan memulai pertandingan dengan tempo cepat dan terlihat ingin
mencetak gol lebih dulu. Upaya ini sukses berkat permutasi posisi dan kombinasi
permainan yang apik di lini tengah dan depan yang melibatkan Boateng, Pazzini
dan El Shaarawy. Nama terakhir akhirnya sukses membobol gawang Marco Storari
setelah kerjasama apiknya dengan dua rekannya itu meloloskannya ke posisi
tembak favoritnya. Gol ke 17 il faraone di semua ajang yang dimainkan oleh
Milan musim ini.
Nice work, mate! |
Bukan Juve namanya jika langsung down ketika kebobolan. Mentalitas
menang yang sudah seperti menjadi DNA mereka, terlebih kehadiran kembali
Antonio Conte yang meledak-ledak membuat Bianconeri terus berupaya membalas. Hasilnya
apik, tendangan bebas Sebastian Giovinco melesat manis melewati pagar betis dan
hanya didiamkan Amelia.
Selanjutnya, jual beli serangan terjadi. Juventus terus coba
menyerang di posisi Abate berada dengan menempatkan Giovinco disana. La formica
atomica ini seolah menjadi mimpi buruk bagi barisan pertahanan Milan. Sementara
serangan-serangan Milan selalu berhasil dipatahkan karena permutasi posisi El
Shaarawy dengan Boateng tidak berjalan lagi. Belum lagi Emanuelson dikawal
dengan sempurna oleh Martin Caceres dan di cover Mauricio Isla, yang dengan
jeli ditempatkan Conte untuk menghalau inverted winger Milan tersebut.
Meski Juve lebih memegang kendali permainan dalam interval
kedua dan ketiga pertandingan, mereka tetap tidak mampu menjaga positioning
ataupun membuat peluang berarti karena mereka memang tampil tanpa sejumlah
personel inti. Arturo Vidal terlihat kepayahan menghadapi lini tengah Milan
yang sebetulnya tampil apik. Ambrosini seperti berusia 10 tahun lebih muda
memimpin lini tengah menghadapi dua rekan Vidal lainnya, Giaccherini dan Luca
Marone.
***
Di interval ketiga ini, Conte menginstruksikan Giovinco
bertukar posisi dengan Alessandro Matri untuk agar ia bisa mengekspos kelemahan
Acerbi dalam hal kecepatan. Untungnya ia selalu dilapisi Ambrosini, De Sciglio
bahkan El Shaarawy. Dalam suatu momen, El Shaarawy bahkan melakukan intersep
bersih atas upaya Mirko Vucinic sehingga selamatlah gawang Milan.
Juve memasukkan Pirlo dan Paolo De Ceglie untuk melengkapi
Vucinic dalam 3 pergantian pemain yang dilakukan Conte. Marone, Giovinco dan
Lichtsteiner keluar. Namun sebenarnya Milan yang lebih diuntungkan dalam hal
ini karena mereka masih memiliki M’baye Niang dan Bojan Krkic di bangku
cadangan.
Benar saja, setelah Pazzini dan Emanuelson makin tidak
efektif dan menghilang karena penjagaan ketat trio Bonucci, Barzagli dan
Caceres, akhirnya Niang dan Bojan masuk. Allegri memang masih berpikiran bahwa
dua pemain ini adalah seorang game changer, bukan game maker. Untuk memulai
pertandingan, rasanya Allegri masih belum pede memainkan mereka.
Penempatan Boateng sebagai left mezz’ala menggantikan
Nocerino yang biasa mengisi posisi itu sebenarnya keputusan yang bagus. Boateng
terbukti bermain nyaman dan konsisten selama 120 menit untuk membantu serangan
sekaligus pertahanan. Allegri hanya perlu lebih cepat menarik Emanuelson dan
memasukkan Niang di posisi penyerang kanan jika pria Belanda tersebut tidak
bermain baik.
Niang dan Bojan menghadirkan dimensi baru penyerangan Milan.
Kecepatan dan eksplosivitas mereka benar-benar memberi lini pertahanan Juve
masalah besar. Beberapa peluang sempat didapat Niang namun penyelesaian yang
kurang sempurna dari remaja berusia 18 tahun ini membuatnya gagal memenangkan
Milan dalam waktu normal.
Wonderkid gives everything |
Saya yakin hasilnya akan berbeda jika Ambrosini mampu terus
bertahan selama 120 menit. Kedisiplinan dan kemampuannya sebagai holding
midfielder sayangnya tidak tergantikan musim ini, apalagi setelah Nigel De Jong
cedera panjang. Ambrosini tidak bisa menipu fisiknya karena ia mengalami kram
di menit-menit akhir. Allegri akhirnya mempercayakan Bakeye Traore untuk
mengarungi babak extra time.
Saya baru melihat permainan Traore sekali ini, dan menilai
bahwa ia bukanlah pemain buruk, namun untuk dibilang mendekati Yaya Toure pun
tidak sedikitpun. Traore sepertinya tidak menjalankan dengan baik peran
Ambrosini akibat asik menyerang karena memang Milan terlihat diatas pasca masuknya Niang dan Bojan.
Akhirnya dari sebuah serangan balik, Giaccherini berlari
kencang tinggal melawan kuartet bek Milan tanpa filter dari lini tengah. Sebuah umpannya memang tidak mampu
dijangkau Vucinic, namun tekel Mexes kurang mantap untuk menghalau bola dan De
Ceglie tiba-tiba muncul dari wilayah yang seharusnya bisa diamankan Abate. Defensive
awareness yang buruk dari Abate memang tidak menjadikannya seperti Christian
Panucci, apalagi Cafu. De Ceglie akhirnya hanya mendorong bola kepada Vucinic
yang dengan klinis mampu menjebol gawang Amelia.
Milan masih punya 20 menit memang setelah gol itu, namun
Juve sudah keburu merapatkan pertahanan. Tidak ada pilihan lain selain full
attack. Paruh kedua perpanjangan waktu berlangsung terbuka dan seru. Beberapa peluang
bagus sempat dihasilkan Niang, El Shaarawy dan terakhir Traore. Sayang sekali
Traore gagal membuat impresi karena tendangan first time kaki kirinya mengarah
tepat ke Storari, kiper spesialis Coppa Italia yang berperan seperti Jose
Manuel Pinto di Barcelona.
He's done everything, but he's not Yaya Toure (yet) |
***
Pertandingan tadi seperti terus mengekspos kelemahan Milan
di (lagi-lagi) lini pertahanan. Gol-gol Juve tidak perlu terjadi jika tidak ada
kesalahan individu para pemain bertahan maupun kiper. Milan juga tidak bisa
terus mengandalkan Ambrosini mengingat fisiknya tidak bisa ditipu lagi.
Mempercayakan Acerbi terus di sisa musim memang beresiko
karena ia lambat dan pengambilan keputusannya masih jauh dari harapan, namun
jika terus dipercaya tentu kemampuannya membaca permainan akan terasah dan
kelemahannya dari sisi kecepatan akan mampu ditutupi. Ingat, Thiago Silva tidak
menjadi bek hebat dalam semalam. Tapi Thiago Silva belajar langsung dari Nesta,
Acerbi belajar dari siapa?
Philippe Mexes sebenarnya diharapkan mampu menjadi mentor
Acerbi, bukannya Yepes karena posisi the beast sama dengan Acerbi yang juga
kidal. Kepergian Pato membuat Mexes kini menjadi pemain bergaji tertinggi di
skuat Rossoneri. Ironis, karena dengan gaji tertinggi itu penampilan Mexes
malah jarang memuaskan, terlebih ia sering bertingkah ceroboh dan emosional. Semalam
seharusnya ia sudah dikartu merah setelah beberapa kali melakukan pelanggaran
bodoh. Hobinya meneriaki orang di telinga mengingatkan kita pada kakak senior
sok jago dan sok galak di ospek sekolah atau kampus.
Ketimbang jadi figur senior yang sok jagoan, ia sebaiknya
berupaya mencontoh kalemnya Nesta. Jangan lupa, Nesta juga yang membuat Thiago
Silva melesat seperti sekarang. Jika memang Mexes tidak mampu menjadi
pembimbing Acerbi, Milan memang sebaiknya menjualnya dan mengalokasikan 4 juta
euro per tahun gajinya untuk bek yang lebih baik. Namun realistis saja, sulit
mencari pembeli Mexes di jeda transfer singkat ini.
Lini depan Milan sangat menjanjikan, terlebih ketika
komposisi muda Bojan (22), El Shaarawy (20) dan Niang (18) bermain bersama. Skema
tiga penyerang ini melengkapi kehadiran Pazzini, Emanuelson dan Robinho yang
tidak jadi hengkang. Kondisi ini cukup logis untuk tidak mencari penyerang
baru.
Milan memiliki uang 15 juta euro hasil penjualan Pato, dan
6 juta euro yang berhasil mereka hemat dari gaji Pato hingga musim panas 2014.
Potensi itu dapat mereka maksimalkan untuk membeli seorang holding midfielder
baru, yang lebih krusial untuk didatangkan. Skema Allegri yang ofensif
membutuhkan pertahanan mumpuni yang dimulai dari tengah.
Milan memiliki Montolivo yang mampu bermain sebagai
deep-lying playmaker, namun potensi terbaik Monto akan keluar jika dilindungi
gelandang defensif yang mampu melakukan “pekerjaan kotor”. Situasi agak rumit
karena pemain komplit di posisi ini sangat jarang tersedia di bursa transfer. Kevin
Strootman sebagai sosok yang paling
ramai dibicarakan sayangnya berharga terlalu mahal, 22 juta euro. Attacking
minded Berlusconi tentu membuatnya tidak akan rela mengeluarkan uang sebanyak
itu untuk membeli seorang gelandang bertahan.
Keberadaan Boateng dan Nocerino sebagai mezz’ala sudah cukup,
ditambah lagi Milan masih memiliki Sulley Muntari dan Traore di posisi ini. Twit
dari seorang teman bahkan memberi optimisme bahwa kesuksesan Boateng sebagai
Mezz’ala akan memberi dimensi baru pada peran seorang pemain bernomor 10.
Pertandingan tadi seperti final prematur di Coppa Italia,
sayangnya kedua tim sudah harus saling bunuh di babak perempat final. Overall,
meski hasil akhir memihak tuan rumah, perjuangan Milan sangat layak
diapresiasi. Pertandingan juga berlangsung relatif tanpa kontroversi, mungkin hanya soal Mexes saja. Jika Milan yang menang, Juventini pasti akan meributkan hal ini. Secara keseluruhan, it was a good fight by both team. Spirit pantang menyerah Milan juga ternyata tidak kalah dari Lo Spirito Juve. Hasil ini mengulangi sedikit cerita Musim lalu dimana Juve butuh 120 menit untuk menyingkirkan Milan di semifinal Coppa Italia.
Dengan pembelian pemain yang tepat, The New Milan memiliki
potensi besar untuk menghadang hegemoni Juve di masa depan.
Our bright future |
No comments:
Post a Comment