Pages

Thursday, January 10, 2013

Pertunjukan sebenarnya The New Milan

Nothing to be ashamed, though


Tidak ada yang bisa diperbuat Max Allegri selain memainkan tim terbaik saat menghadapi tim terbaik di kandangnya. Coppa Italia memang menjadi ajang yang diseriusi Milan demi menyelamatkan musim ini dari ancaman nirgelar.

Allegri menurunkan kuartet Abate-Mexes-Acerbi-De Sciglio untuk melapis Marco Amelia di mistar gawang. Cederanya Kevin Constant memaksa Allegri menempatkan De Sciglio di kiri. Sebenarnya jika jadi Allegri, saya pun bingung menentukan mana kuartet belakang terbaik mengingat kualitas center back yang dimiliki tidaklah memadai dan mampu bermain konsisten sepanjang musim.

Francesco Acerbi adalah bek potensial, namun layaknya pemain muda dan hanya berpengalaman di seri b, Acerbi belumlah bisa diharapkan menjadi palang pintu tim dengan tradisi sukses seperti Milan, belum lagi Milan memang dikenal sebagai tim penghasil bek-bek kelas dunia sehingga komparasi antara pengisi line up sekarang dengan pendahulu mereka seolah tak terhindarkan. Kemarin di Juventus Stadium, Acerbi memang menjadi titik lemah lini pertahanan Milan yang memang tidak kuat-kuat amat, dan Antonio Conte memanfaatkan betul situasi ini melalui kecepatan Sebastian Giovinco.

Milan memulai pertandingan dengan tempo cepat dan terlihat ingin mencetak gol lebih dulu. Upaya ini sukses berkat permutasi posisi dan kombinasi permainan yang apik di lini tengah dan depan yang melibatkan Boateng, Pazzini dan El Shaarawy. Nama terakhir akhirnya sukses membobol gawang Marco Storari setelah kerjasama apiknya dengan dua rekannya itu meloloskannya ke posisi tembak favoritnya. Gol ke 17 il faraone di semua ajang yang dimainkan oleh Milan musim ini.

Nice work, mate!

Bukan Juve namanya jika langsung down ketika kebobolan. Mentalitas menang yang sudah seperti menjadi DNA mereka, terlebih kehadiran kembali Antonio Conte yang meledak-ledak membuat Bianconeri terus berupaya membalas. Hasilnya apik, tendangan bebas Sebastian Giovinco melesat manis melewati pagar betis dan hanya didiamkan Amelia.

Selanjutnya, jual beli serangan terjadi. Juventus terus coba menyerang di posisi Abate berada dengan menempatkan Giovinco disana. La formica atomica ini seolah menjadi mimpi buruk bagi barisan pertahanan Milan. Sementara serangan-serangan Milan selalu berhasil dipatahkan karena permutasi posisi El Shaarawy dengan Boateng tidak berjalan lagi. Belum lagi Emanuelson dikawal dengan sempurna oleh Martin Caceres dan di cover Mauricio Isla, yang dengan jeli ditempatkan Conte untuk menghalau inverted winger Milan tersebut.

Meski Juve lebih memegang kendali permainan dalam interval kedua dan ketiga pertandingan, mereka tetap tidak mampu menjaga positioning ataupun membuat peluang berarti karena mereka memang tampil tanpa sejumlah personel inti. Arturo Vidal terlihat kepayahan menghadapi lini tengah Milan yang sebetulnya tampil apik. Ambrosini seperti berusia 10 tahun lebih muda memimpin lini tengah menghadapi dua rekan Vidal lainnya, Giaccherini dan Luca Marone.

***

Di interval ketiga ini, Conte menginstruksikan Giovinco bertukar posisi dengan Alessandro Matri untuk agar ia bisa mengekspos kelemahan Acerbi dalam hal kecepatan. Untungnya ia selalu dilapisi Ambrosini, De Sciglio bahkan El Shaarawy. Dalam suatu momen, El Shaarawy bahkan melakukan intersep bersih atas upaya Mirko Vucinic sehingga selamatlah gawang Milan.

Juve memasukkan Pirlo dan Paolo De Ceglie untuk melengkapi Vucinic dalam 3 pergantian pemain yang dilakukan Conte. Marone, Giovinco dan Lichtsteiner keluar. Namun sebenarnya Milan yang lebih diuntungkan dalam hal ini karena mereka masih memiliki M’baye Niang dan Bojan Krkic di bangku cadangan.

Benar saja, setelah Pazzini dan Emanuelson makin tidak efektif dan menghilang karena penjagaan ketat trio Bonucci, Barzagli dan Caceres, akhirnya Niang dan Bojan masuk. Allegri memang masih berpikiran bahwa dua pemain ini adalah seorang game changer, bukan game maker. Untuk memulai pertandingan, rasanya Allegri masih belum pede memainkan mereka.

Penempatan Boateng sebagai left mezz’ala menggantikan Nocerino yang biasa mengisi posisi itu sebenarnya keputusan yang bagus. Boateng terbukti bermain nyaman dan konsisten selama 120 menit untuk membantu serangan sekaligus pertahanan. Allegri hanya perlu lebih cepat menarik Emanuelson dan memasukkan Niang di posisi penyerang kanan jika pria Belanda tersebut tidak bermain baik.

Niang dan Bojan menghadirkan dimensi baru penyerangan Milan. Kecepatan dan eksplosivitas mereka benar-benar memberi lini pertahanan Juve masalah besar. Beberapa peluang sempat didapat Niang namun penyelesaian yang kurang sempurna dari remaja berusia 18 tahun ini membuatnya gagal memenangkan Milan dalam waktu normal.

Wonderkid gives everything


Saya yakin hasilnya akan berbeda jika Ambrosini mampu terus bertahan selama 120 menit. Kedisiplinan dan kemampuannya sebagai holding midfielder sayangnya tidak tergantikan musim ini, apalagi setelah Nigel De Jong cedera panjang. Ambrosini tidak bisa menipu fisiknya karena ia mengalami kram di menit-menit akhir. Allegri akhirnya mempercayakan Bakeye Traore untuk mengarungi babak extra time.

Saya baru melihat permainan Traore sekali ini, dan menilai bahwa ia bukanlah pemain buruk, namun untuk dibilang mendekati Yaya Toure pun tidak sedikitpun. Traore sepertinya tidak menjalankan dengan baik peran Ambrosini akibat asik menyerang karena memang Milan terlihat diatas pasca masuknya Niang dan Bojan.

Akhirnya dari sebuah serangan balik, Giaccherini berlari kencang tinggal melawan kuartet bek Milan tanpa filter dari lini tengah. Sebuah umpannya memang tidak mampu dijangkau Vucinic, namun tekel Mexes kurang mantap untuk menghalau bola dan De Ceglie tiba-tiba muncul dari wilayah yang seharusnya bisa diamankan Abate. Defensive awareness yang buruk dari Abate memang tidak menjadikannya seperti Christian Panucci, apalagi Cafu. De Ceglie akhirnya hanya mendorong bola kepada Vucinic yang dengan klinis mampu menjebol gawang Amelia.

Milan masih punya 20 menit memang setelah gol itu, namun Juve sudah keburu merapatkan pertahanan. Tidak ada pilihan lain selain full attack. Paruh kedua perpanjangan waktu berlangsung terbuka dan seru. Beberapa peluang bagus sempat dihasilkan Niang, El Shaarawy dan terakhir Traore. Sayang sekali Traore gagal membuat impresi karena tendangan first time kaki kirinya mengarah tepat ke Storari, kiper spesialis Coppa Italia yang berperan seperti Jose Manuel Pinto di Barcelona.

He's done everything, but he's not Yaya Toure (yet)


***

Pertandingan tadi seperti terus mengekspos kelemahan Milan di (lagi-lagi) lini pertahanan. Gol-gol Juve tidak perlu terjadi jika tidak ada kesalahan individu para pemain bertahan maupun kiper. Milan juga tidak bisa terus mengandalkan Ambrosini mengingat fisiknya tidak bisa ditipu lagi.

Mempercayakan Acerbi terus di sisa musim memang beresiko karena ia lambat dan pengambilan keputusannya masih jauh dari harapan, namun jika terus dipercaya tentu kemampuannya membaca permainan akan terasah dan kelemahannya dari sisi kecepatan akan mampu ditutupi. Ingat, Thiago Silva tidak menjadi bek hebat dalam semalam. Tapi Thiago Silva belajar langsung dari Nesta, Acerbi belajar dari siapa?

Philippe Mexes sebenarnya diharapkan mampu menjadi mentor Acerbi, bukannya Yepes karena posisi the beast sama dengan Acerbi yang juga kidal. Kepergian Pato membuat Mexes kini menjadi pemain bergaji tertinggi di skuat Rossoneri. Ironis, karena dengan gaji tertinggi itu penampilan Mexes malah jarang memuaskan, terlebih ia sering bertingkah ceroboh dan emosional. Semalam seharusnya ia sudah dikartu merah setelah beberapa kali melakukan pelanggaran bodoh. Hobinya meneriaki orang di telinga mengingatkan kita pada kakak senior sok jago dan sok galak di ospek sekolah atau kampus.

Ketimbang jadi figur senior yang sok jagoan, ia sebaiknya berupaya mencontoh kalemnya Nesta. Jangan lupa, Nesta juga yang membuat Thiago Silva melesat seperti sekarang. Jika memang Mexes tidak mampu menjadi pembimbing Acerbi, Milan memang sebaiknya menjualnya dan mengalokasikan 4 juta euro per tahun gajinya untuk bek yang lebih baik. Namun realistis saja, sulit mencari pembeli Mexes di jeda transfer singkat ini.

Lini depan Milan sangat menjanjikan, terlebih ketika komposisi muda Bojan (22), El Shaarawy (20) dan Niang (18) bermain bersama. Skema tiga penyerang ini melengkapi kehadiran Pazzini, Emanuelson dan Robinho yang tidak jadi hengkang. Kondisi ini cukup logis untuk tidak mencari penyerang baru.

Milan memiliki uang 15 juta euro hasil penjualan Pato, dan 6 juta euro yang berhasil mereka hemat dari gaji Pato hingga musim panas 2014. Potensi itu dapat mereka maksimalkan untuk membeli seorang holding midfielder baru, yang lebih krusial untuk didatangkan. Skema Allegri yang ofensif membutuhkan pertahanan mumpuni yang dimulai dari tengah.

Milan memiliki Montolivo yang mampu bermain sebagai deep-lying playmaker, namun potensi terbaik Monto akan keluar jika dilindungi gelandang defensif yang mampu melakukan “pekerjaan kotor”. Situasi agak rumit karena pemain komplit di posisi ini sangat jarang tersedia di bursa transfer. Kevin  Strootman sebagai sosok yang paling ramai dibicarakan sayangnya berharga terlalu mahal, 22 juta euro. Attacking minded Berlusconi tentu membuatnya tidak akan rela mengeluarkan uang sebanyak itu untuk membeli seorang gelandang bertahan.

Keberadaan Boateng dan Nocerino sebagai mezz’ala sudah cukup, ditambah lagi Milan masih memiliki Sulley Muntari dan Traore di posisi ini. Twit dari seorang teman bahkan memberi optimisme bahwa kesuksesan Boateng sebagai Mezz’ala akan memberi dimensi baru pada peran seorang pemain bernomor 10.

Pertandingan tadi seperti final prematur di Coppa Italia, sayangnya kedua tim sudah harus saling bunuh di babak perempat final. Overall, meski hasil akhir memihak tuan rumah, perjuangan Milan sangat layak diapresiasi. Pertandingan juga berlangsung relatif tanpa kontroversi, mungkin hanya soal Mexes saja. Jika Milan yang menang, Juventini pasti akan meributkan hal ini. Secara keseluruhan, it was a good fight by both team. Spirit pantang menyerah Milan juga ternyata tidak kalah dari Lo Spirito Juve. Hasil ini mengulangi sedikit cerita Musim lalu dimana Juve butuh 120 menit untuk menyingkirkan Milan di semifinal Coppa Italia.

Dengan pembelian pemain yang tepat, The New Milan memiliki potensi besar untuk menghadang hegemoni Juve di masa depan.

Our bright future

No comments:

Post a Comment