Borussia Monchengladbach 2012/2013 |
From nothing to something, from something to big
thing. Begitulah frase yang pantas
untuk perjalanan sebuah klub Borussia Monchengladbach dalam 15 bulan terakhir. Klub
asal North-Rhine Westphalia yang bermarkas di Stadion Borussia Park ini musim
2010/2011 adalah klub bukan siapa-siapa alias “zero” yang harus mengikuti babak
play-off degradasi. Mereka lantas menjadi “something” setelah di partai pembuka
Bundesliga musim 2011/2012 mengalahkan “FC Hollywood” Bayern Muenchen lewat gol
tunggal striker asal Belgia, Igor De Camargo.
Mereka
kemudian menjadi “big thing” melalui permainan impresif sepanjang musim
2011/2012 yang akhirnya membawa mereka menduduki posisi keempat dibawah Borussia
Dortmund, Bayern Muenchen dan Schalke 04. Ganjaran kualifikasi Liga Champions
menjadi hadiah manis untuk mereka.
Musim
lalu, pemain-pemain muda mereka orbitkan. Marc-Andre ter Steigen mengejutkan
semua orang dengan penampilan hebatnya di usianya yang baru akan menginjak 20
tahun. Marco Reus adalah salah satu pemain terbaik Bundesliga musim lalu.
Patrick Herman bermain brilian menyisir sayap.
Tidak
hanya para youngster, Monchengladbach juga mengembalikan permainan terbaik para
pemain yang sudah dicap habis. Striker yang dicap medioker, Mike Hanke dan
gelandang senior asal Venezuela, Juan Arango terbukti menemukan kembali kehebatannya.
Dibawah kejeniusan Lucien Favre yang menekankan filosofi possession football, penonton Bundesliga tersihir seperti seolah
sedang menyaksikan Barcelona bermain. Keempat pemain ofensif tersebut dianggap
membuat serangan Gladbach sukar ditangkal lawan-lawannya.
Tidak
hanya bagus dalam menyerang, Lucien Favre juga memoles pertahanan timnya. Di
awal kedatangannya di pertengahan musim 2010/2011, pertahanan yang sudah
terbobol 55 kali menjadi agenda pertama perbaikannya. Ditekankannya disiplin
permainan pada back-four yang
dimiliki, dan puncaknya adalah keberaniannya mengorbitkan kiper Marc-Andre ter
Steigen di musim 2011/2012. Ter Steigen bersinar dengan cepat, terbukti dari
jumlah kebobolan paling sedikit yang dideritanya di seantero Bundesliga.
Memasuki
musim yang baru, Gladbach mengalami cobaan berat layaknya yang dialami wunderteam pada musim yang lama. Pemain-pemain
mereka diangkut oleh klub-klub besar. Total 25 juta euro mereka dapatkan dari
penjualan dua bintang, Marco Reus ke Borussia Dortmund dan bek tengah Dante ke
Bayern Muenchen. Gelandang tengah Roman Neudstadter juga hengkang ke Schalke 04
dengan free transfer. Absennya mereka
dari skuat tentu akan terasa.
Gladbach
tidak tinggal diam. Mereka memanfaatkan penjualan dua bintang mereka dengan
mendatangakan banyak pemain bagus. Luuk De Jong, Granit Xhaka, Alvaro
Dominguez, Peniel Mlapa dan Branimir Hrgota didatangkan. De Jong adalah pemain
yang mencetak 39 gol dari 75 pertandingannya bersama FC Twente. Dia diplot
untuk menggantikan peran Reus. Granit Xhaka adalah keajaiban dari sepak bola
negeri Swiss. Dia memiliki dribbling dan visi yang eksepsional di usianya yang
baru 19 tahun. Kehadirannya di pos deep-lying
playmaker akan mengalirkan permainan Gladbach. Alvaro Dominguez adalah
pemain berbakat yang terpaksa dijual Atletico Madrid karena masalah finansial. Gladbach
dapat berharap pemain yang juga mampu berposisi di kiri pertahanan ini mampu
menggantikan peran Dante musim lalu. Jangan abaikan pula Branimir Hrgota. Penyerang
berbakat asal Swedia berusia 19 tahun ini memiliki rekor gol fantastis di klub
sebelumnya, Joenkoping Soedra dengan 28 gol dari 44 pertandingan.
Formasi Gladbach musim 2012/2013. Source: www.bundesligafanatic.com |
Singkatnya,
Monchengladbach telah melakukan pekerjaan cukup bagus di bursa transfer. Namun
kekhawatiran tetap tercium. Gladbach telah doing
the Leeds fase awal. Keberanian mereka membeli banyak pemain baru berharga
mahal telah membuat kas mereka defisit 7,5 juta euro. Walaupun masih dalam
angka yang relatif wajar, pengeluaran sebesar itu tetaplah luar biasa untuk
Gladbach. Mereka juga dikritik banyak pihak terkait akomodasi bintang lima yang
mereka gunakan selama menggelar latihan pre-season. Tingkah hedonis-narsistis
mulai menjangkiti mereka. Euforia nampaknya masih belum mau pergi.
Sekarang
tinggal bagaimana mereka menyikapi situasi ini. Tanpa Marco Reus, skuat mereka
tetaplah dianggap mampu meneruskan performa gemilang musim lalu, bahkan mungkin
melebihinya. Jika Lucien Favre mampu memberikan dampak instan kepada tim saat
kedatangannya, tentu bukanlah pekerjaan sulit baginya untuk cepat menyatukan
para pemain barunya dalam sepak bola kohesif dan fluid yang mengalir dalam tim asuhannya.
No comments:
Post a Comment