Spanyol, Raja diantara Raja |
Suatu sore, saya manyaksikan
sebuah tayangan menyangkut siapa bangsa yang paling unggul di dunia sepakbola.
Salah satu bangsa yang disebut tentu saja bangsa yang mengklaim sebagai penemu
olahraga paling ngetop sejagat ini yaitu Inggris. Mereka pertama memainkan
olahraga mirip sepakbola bernama Royal Shrovetide Football Match pada abad 12 di kota Ashbourne di Derbyshire, Inggris. Olahraga yang dimainkan selama dua hari disaat shrove tuesday dan ash wednesday lebih menyerupai rugby dan bola tersebut dibawa mengelilingi kota.
Kemudian olahraga itu
dimainkan pula di Universitas Cambridge dimana mulai dirumuskan beberapa
peraturan, yang akhirnya dihasilkan dari pertemuan di sebuah cafe para anggota
perkumpulan Freemason di Grant Queen Street, London.
Dalam peraturan yang salah satunya melarang penggunaan tangan dalam bermain
itulah cikal bakal sepakbola modern hingga saat ini.
Namun segala kejayaan mereka
sebagai bangsa dengan jumlah jajahan terbanyak saat ini seolah tidak terjadi di
dunia permainan yang mereka temukan, yaitu sepakbola. Mereka hanya bisa
menjuarai Piala Dunia satu kali, yaitu saat kejuaraan berlangsung di rumah
sendiri. Setelah itu, Inggris lebih akrab dengan berbagai kegagalan, dan sejak
tahun 2000an, The Three Lions lebih
banyak menjadi sirkus media akibat tingkah pemain-pemainnya diluar lapangan dan
kompetisi English Premier League yang
mereka klaim sebagai kompetisi sepakbola terbaik dunia, namun tidak dengan tim
nasionalnya.
Bangsa berikutnya adalah
Jerman. Adolf "Adi" Dassler, selain berjasa dalam prestasi empat medali emas Jesse Owens di Olimpiade 1928, dia adalah pencetus sejarah sepakbola Jerman. Adik dari Rudolf Dassler (selanjutnya dikenal sebagai founder produk Puma) ini mendesain sepatu yang mampu mengatasi problem lapangan becek. Hal ini berandil besar dalam kejayaan tim asuhan Sepp
Herberger. Sepatu Adidas kreasi kepala perlengkapan olahraga tim nasional Jerman itu membawa timnya berhasil meraih gelar Piala Dunia tahun 1954. Itu terjadi hanya empat tahun setelah negara itu tercatat sebagai anggota FIFA. Jerman menjadi juara dengan mengalahkan tim
yang saat itu superior, The Magyars Hungaria. Sejak saat itu, Jerman menancapkan kukunya
sebagai salah satu raksasa sepakbola dunia dengan tiga gelar Piala Dunia dan tiga gelar Piala Eropa.
Sedikit ke selatan di dekat
laut Mediterania, terdapat bangsa Romawi yang memainkan olahraga sejenis sepakbola. Olahraga itu dikenal dengan nama harpastum yang dimainkan di masa kerajaan Romawi. Selanjutnya setelah abad ke 16, olahraga bernama calcio yang berasal dari kata "kick" di
Piazza Santa Croce kota Firenze. Saat itu Calcio hanya dimainkan oleh para bangsawan dan rakyat
biasa hanya menonton. Permainan tersebut masih menggunakan tangan. Beberapa abad kemudian, bangsa Italia
kemudian membuktikan kelasnya dengan menjuarai 4 kali Piala Dunia dan sekali
Piala Eropa.
Lalu ke benua latin, kita menemukan sebuah negara tropis besar bernama Brasil. Thomas Donahue, seorang pekerja asal Skotlandia dan Charles William Miller membawa sepakbola di akhir abad 19 ke satu-satunya negara Amerika Latin berbahasa Portugis ini. Negara juara dunia 5 kali ini sudah pasti disebut juara sejati sepakbola karena prestasi mereka yang masih tak tertandingi hingga kini. Orang boleh jadi mengenal Pele, Garrincha, Rivelino, Jarzihno, Romario, Rivaldo, Ronaldo, atau Ronaldinho. Tidak banyak yang mengenal Arthur Freidenreich sebagai salah satu pemain legendaris mereka. Freidenreich adalah pemain kulit hitam pertama yang mampu menembus tim sepakbola yang saat itu didominasi oleh kaum putih. Freidenreich juga tercatat sebagai orang pertama yang menemukan tendangan pisang.
Namun jika banyak orang
masih memperdebatkan siapa bangsa paling unggul di dunia sepakbola, saya
beranggapan bahwa pertanyaan besar tadi sudah terjawab semalam. Bangsa-bangsa
itu harus menyingkirkan perdebatan sebagai bangsa penguasa sepakbola kepada
Spanyol.
Spanyol mampu menyempurnakan penampilan tak terkalahkan mereka sepanjang gelaran Euro 2012 dengan kemenangan telak 4-0 atas salah satu bangsa unggul sepakbola lainnya, Italia. Dengan kemenangan ini, Spanyol menjadi negara pertama yang mempertahankan gelar Piala Eropa, sekaligus negara pertama yang mampu memenangi tiga kejuaraan besar terakhir yang mereka ikuti. Sebuah pencapaian yang sangat sulit dilewati oleh negara manapun.
Spanyol mampu menyempurnakan penampilan tak terkalahkan mereka sepanjang gelaran Euro 2012 dengan kemenangan telak 4-0 atas salah satu bangsa unggul sepakbola lainnya, Italia. Dengan kemenangan ini, Spanyol menjadi negara pertama yang mempertahankan gelar Piala Eropa, sekaligus negara pertama yang mampu memenangi tiga kejuaraan besar terakhir yang mereka ikuti. Sebuah pencapaian yang sangat sulit dilewati oleh negara manapun.
La Furia Roja mampu
mematahkan segala mitos, anomali, kritik sepakbola membosankan tiki-taka,
taktik tanpa striker, maupun keraguan akan performa mereka yang cenderung mengalami
grafik menurun sebelum menghadapi Italia di final. Mereka menjawab semuanya
dengan penuh gaya, kemenangan telak empat gol tanpa balas atas tim yang justru
dikenal karena pertahanan kokohnya.
Italia sebenarnya memiliki grafik performa yang meningkat dibanding Spanyol. Penampilan gagah gli azzuri di babak semifinal menyingkirkan Jerman adalah salah satu penampilan terbaik di turnamen ini, sementara Spanyol hanya menang adu penalti melawan Portugal dalam sebuah partai membosankan. Namun ternyata penampilan Italia melawan Jerman adalah penampilan puncak mereka. Tim biru tidak mampu mempertahankan bentuk terbaik saat menghadapi sang juara bertahan.
Italia sebenarnya memiliki grafik performa yang meningkat dibanding Spanyol. Penampilan gagah gli azzuri di babak semifinal menyingkirkan Jerman adalah salah satu penampilan terbaik di turnamen ini, sementara Spanyol hanya menang adu penalti melawan Portugal dalam sebuah partai membosankan. Namun ternyata penampilan Italia melawan Jerman adalah penampilan puncak mereka. Tim biru tidak mampu mempertahankan bentuk terbaik saat menghadapi sang juara bertahan.
La Nazionale bermain terbuka membiarkan
para pemain Spanyol bebas berkreasi. Pressing
ketat yang mereka lancarkan ketika menghadapi Jerman nampak tak berbekas karena
faktor kelelahan dan konsentrasi. Permainan duo Claudio Marchisio-Daniele De
Rossi juga tidak dalam titik optimal sehingga Andrea Pirlo yang juga tidak
diberikan ruang oleh Xavi dan Iniesta tidak mampu melepaskan umpan-umpan dan
mengatur permainan seperti biasanya. Faktor kebugaran ini pula yang membuat
para Italiano tidak tampil seperti biasanya.
Cesare Prandelli kali ini
harus mengakui kemenangan taktik Vicente Del Bosque yang tetap keukeuh memainkan pola false nine dengan menempatkan Cesc
Fabregas di posisi penyerang palsu tersebut. Terbukti gerakan cerdik Cesc mampu
melahirkan gol pertama yang disumbangkan David Silva. Prandelli tidak cepat
menginstruksikan pressing ketat dan
proteksi para gelandang akan serangan balik cepat Spanyol, terbukti gol Jordi
Alba kemudian praktis mengakhiri perlawanan mereka di babak pertama.
Prandelli sebetulnya
memiliki opsi di babak kedua untuk mengembalikan skema tiga bek, yang di
pertemuan mereka di babak penyisihan terbukti mampu mengimbangi Spanyol. Riccardo
Montolivo yang sebenarnya bermain paling bagus di lapangan tengah malah ditarik
keluar dan diganti Thiago Motta, yang ironisnya langsung mengalami cedera di
sentuhan pertamanya. Ketinggalan dua gol, jatah pergantian pemain habis dan
harus bermain dengan sepuluh orang menghadapi tim terbaik dunia adalah sebuah
situasi yang sangat mengenaskan bagi Italia. Dua gol tambahan dari duo Chelsea,
Torres dan Juan Mata akhirnya menutup malam bersejarah bagi Spanyol, kontras
dengan Italia. Italia tidak mampu menang dengan kekuatan anomali mereka,
termasuk melanjutkan trend tim biru setelah Chelsea yang mampu meraih gelar
tahun ini. Segala mitos dan mistis tersebut patah oleh tiki-taka Spanyol.
Espana makin menyempurnakan
malam mereka dengan rekor-rekor dan berbagai penghargaan yang diraih para
punggawa mereka. Iker Casillas menjadi pemain dengan rekor 100 kemenangan di
tim nasional, dan kemenangan ke 100 tersebut diraih semalam. Centurion. Sementara Sergio Busquets di
usia yang baru menginjak 23 tahun telah memenangi seluruh kejuaraan besar yang
mungkin diraih oleh seorang pesepakbola. Busquets telah meraih gelar La Liga (3
kali), Copa Del Rey (2 kali), Liga Champions (2 kali), Piala Super Eropa (2
kali), Piala Dunia Antarklub (2 kali), Piala Eropa (2 kali) dan Piala Dunia (1
kali). Selain itu, Fernando Torres secara dramatis meraih sepatu emas dengan
total tiga golnya selama Euro 2012. Gelar itu diraihnya dengan mengumpulkan
menit lebih sedikit daripada para pesaingnya dan jumlah sebuah assist yang sama dengan yang dikumpulkan Mario Gomez. Gelar pemain terbaik juga naga-naganya akan diraih tidak jauh dari
Andres Iniesta, Xavi Hernandez, Iker Casillas atau Cesc Fabregas.
Gelar tidak resmi sebagai
bangsa paling unggul di dunia sepakbola sebenarnya bukan sekadar prestasi tim
nasional mereka. Klub-klub mereka juga tidak tersaingi secara prestasi maupun
kekuatan finansial. Sepak terjang Barcelona yang dalam 5 tahun terakhir
berhasil meraih banyak gelar dan Real Madrid yang dinobatkan sebagai klub abad
ke 20 membuat negeri Iberia tersebut patut menyebut diri mereka sebagai raja
diantara raja.
Sejarah baru telah diukir. Sekarang,
siapa bisa hentikan Spanyol?
pencapaian terhebat yg pernah dilakukan sebuah negara dalam sepakbola
ReplyDelete