Penantian panjang telah dilalui
oleh seorang Stefano Lilipaly untuk membela tim nasional Indonesia, negara asal
ayahnya. Meski sudah menyatakan keinginannya membela Skuat Garuda sejak 2 tahun
silam, namun kesempatan baru ia dapatkan pada tanggal (14/8) beberapa hari lalu
dalam laga uji coba menghadapi Filipina di Stadion Manahan, Solo.
Lilipaly, pemain kelahiran Arnhem
23 tahun lalu adalah pemain yang dibesarkan dari sistem pembinaan sepak bola
Belanda. Ia sudah bermain sepak bola sejak berusia 7 tahun. Klub amatir RKSV
DCG adalah tempat ia memulai perkenalannya dengan sepak bola. Setelah itu, ia
bergabung dengan akademi sepak bola AZ Alkmaar selama setahun sebelum pindah ke
akademi Utrecht.
Performa menjanjikan ditunjukkan
Lilipaly di skuat junior Utrecht, atau dikenal dengan tim Jong Utrecht. Ia membawa
timnya menjuarai Piala KNVB tingkat junior tahun 2010. Dalam laga final melawan
De Graafschap yang dimenangi Utrecht dengan skor 4-1, Lilipaly mencetak dua
gol. Rangkaian penampilan gemilangnya ini membawa sang gelandang ke tim B senior,
meski tidak sampai menembus posisis starter di kompetisi Eredivisie. Sulitnya
menembus posisi starter membuatnya hijrah ke Almere City, tim yang bermain di
kompetisi kasta kedua Eerstedivisie.
Hingga kini, pemain yang
berposisi sebagai gelandang serang ini masih tercatat sebagai pemain di Almere
bersama pemain keturunan Indonesia lainnya, Leroy
Resodihardjo. Di musim kompetisi Eerstedivisie 2012/2013, Lilipaly
tercatat bermain sebanyak 13 kali, dengan sumbangan 2 gol. Almere sendiri
mengakhiri kompetisi di posisi 13 dari 18 peserta.
Lilipaly adalah pemain dengan
kemampuan teknis yang mumpuni, dengan posisi ideal sebagai gelandang serang,
tidak mengherankan jika pemain ini mengidolakan Andres Iniesta, gelandang serang
Barcelona. Tergabungnya Lilipaly dalam skuat tim nasional belanda U-15 dan U-18
adalah pengakuan atas kemampuannya tersebut.
Hadirnya pemain seperti Lilipaly di
tim nasional Indonesia sungguh melegakan. Inilah sebenarnya tipe pemain yang
telah ditunggu-tunggu oleh tim nasional, seorang playmaker. Seorang pemain yang
tidak sekadar mampu menguasai bola, tapi juga lihai mendistribusikannya dan
juga mampu melakukan gerakan tanpa bola yang efisien. Dalam beberapa tahun
terakhir, kompetisi sepak bola Indonesia nyaris tidak menghasilkan pemain
bertipe seperti ini. Posisi ‘si nomor 10’ ini lebih banyak dipegang oleh pemain-pemain
asing seperti Zah Rahan. Taktik yang digunakan klub-klub Indonesia juga umumnya
tidak mengakomodasi keberadaan pemain-pemain bertipe seperti ini.
Lilipaly, yang penampilannya baru
disaksikan secara luas oleh publik sepak bola Indonesia dalam laga uji coba lawan
Filipina, memberi impresi positif dalam debutnya dengan memberi sebuah assist pada gol pertama Indonesia yang
dicetak oleh Greg Nwokolo, penyerang naturalisasi. Tidak sekadar assist tersebut yang ia sumbangkan,
namun ia mengawalinya dengan pergerakan tanpa bola yang cerdas untuk menerima
umpan chip dari Hasim Kipuw.
Debut positif Lilipaly di tim
nasional mengundang pujian
dari pelatih Jacksen F. Tiago. Dikatakannya, Lilipaly mampu memecahkan
konsentrasi pemain lawan, meski terlihat belum padu dalam melakukan kerjasama
dengan rekan-rekannya. Dengan Lilipaly di lapangan, Indonesia memang bermain
dengan cara yang berbeda seperti yang biasa terlihat. Posisi Lilipaly yang
berada di belakang duet penyerang memberi opsi dalam mengalirkan permainan,
karena selama ini Indonesia lebih banyak mengandalkan serangan dari sektor
sayap maupun permainan umpan panjang.
Belum padunya Lilipaly terlihat
jelas karena ia bahkan baru melakukan sentuhan pertama dengan bola pada menit
ke-7. Sebelum itu, Lilipaly seperti invisible
di lapangan. Kerjasama Lilipaly dengan rekan-rekannya di lini tengah belum
terbangun. Trio gelandang lainnya yang kala itu dipasang yaitu Raphael Maitimo,
Ahmad Bustomi dan Taufik lebih banyak mengalirkan bola langsung kepada duet
Greg dan Boaz Solossa tanpa melalui Lilipaly. Karakter permainan Greg dan Boaz yang
lebih mengandalkan melakukan tusukan dan menggiring bola ke sisi lapangan juga membatasi
peran Lilipaly.
Meski demikian, Lilipaly segera
membuat perbedaan. Dua percobaan tembakan pertama ke gawang lawan adalah
kontribusinya. Beberapa kali upaya giringan bolanya juga mampu membongkar lini
belakang The Azkals, meskipun ia acap melakukan terlambat mengirimkan umpan.
Dari sisi taktik, dipasangnya
Lilipaly sebagai playmaker memang mengubah
gaya permainan Indonesia yang terbiasa mengandalkan kecepatan pemain-pemain
sayap. Gaya baru dari permainan Indonesia ini memang masih butuh pemantapan. Ketiadaan
gelandang sayap membuat serangan sayap Indonesia bertumpu pada dua fullback, sambil sesekali dibantu
pergerakan melebar Greg dan Boaz. Dengan demikian, kedisiplinan tinggi dalam
menyerang sekaligus bertahan mutlak dimiliki oleh duet fullback Indonesia jika memakai pola ini.
Bagaimanapun, bermainnya Lilipaly
di tim nasional adalah sebuah keuntungan, yang jika mampu dimaksimalkan akan
mampu meningkatkan level permainan tim nasional Indonesia.
No comments:
Post a Comment