Banyak
hal yang terjadi pada Luiz Adriano dalam beberapa hari ini. Setelah mengadakan
perpisahan dengan rekan-rekannya di Milanello, ia berangkat ke negeri yang jauh
di timur, Tiongkok. Di negeri Tirai Bambu, ia lalu mendatangi Jiangsu Suning,
sebuah klub yang mungkin baru kali pertama Anda dengar. Tidak lupa, Luiz
Adriano berpose dengan syal bertuliskan nama klub sebelum meresmikan
kepindahan.
Tetapi
seperti kita ketahui, kepindahan yang tinggal selangkah lagi itu batal. Banyak
yang menyebut adanya kesepakatan yang dilanggar dalam perjanjian personal
kontrak antara Jiangsu dengan Luiz Adriano. Milan sendiri sudah memberi lampu
hijau. Pada akhirnya, Luiz Adriano kembali ke Italia, kembali bertemu dengan
rekan-rekan di Milanello, lalu mendapatkan respon beragam dari milanisti.
Jika
diceritakan dari kacamata #anakjersey, mungkin cerita Luiz Adriano seperti ini:
Ada seorang kolektor
jersey bernama Adri. Adri memiliki koleksi jersey yang kualitasnya biasa-biasa
aja. Banyak jersey jadul memang, tapi kualitas barangnya udah gak bagus. Banyak
pulls dan bobbles, begitu istilah #anakjersey. Adri bukanlah perawat jersey yang apik.
Padahal, ia membayar cukup tinggi ketika membelinya.
Adri masih punya ‘otak
dagang. Ia ingin menjual jersey dengan harga yang lebih tinggi ketimbang harga
saat ia membelinya supaya mendapatkan untung. Sayangnya kolektor jersey di sini
sudah cerdas, rata-rata dari mereka yang sudah paham seluk beluk dunia jersey
(baca: sepuh) menakar jersey Adri ini dengan nilai yang lebih rendah. Sudah
berulang kali ia memasang iklan, tapi tidak laku-laku karena calon pembeli
merasa harga koleksi Adri kemahalan.
Tidak ada harapan jika
menjualnya kepada sesama kolektor, pikir Adri. Lebih baik menjual kepada orang
awam yang juga suka sepak bola, tajir, tapi bukan anak jersey. Jadilah ia menitipkan
jersey-nya di sebuah ruko milik temannya, dengan harapan ia menemukan seorang
anak tajir bisa ngeluarin uang rupiah sambil merem.
Usaha Adri membuahkan
hasil. Seorang pembeli datang dan tertarik melihat jersey dengan nama punggung
seorang pemain Brasil bernomor sembilan.
“Aaaa ini gue suka nih
baju bola. Berapa duit?”
“Satu juta tujuh ratus
aja, bang.”
“Wah mahal amat!”
“Ah abang bisa aja. Mobil
aja Mercy, masak harga segini dibilang mahal..”
“Yaaa tapi kurangin dong.
Lumayan kan bisa buat jajan.”
“Ya udah deh bang.. Ane
turunin jadi satu juta lima ratus aja. Deal?”
“Hmm.. Oke deh.. Deal!”
“Oke bang.. Ane bungkus
dulu ya.”
“Eh, by the way, gue gak
bawa uang cash nih. Nanti ditransfer aja gimana? Tulisin aja nomor rekening
elu. Ini gue tinggalin nomor telepon gue.”
“Hmm gimana ya bang.. Gak
BnR kan nih?”
“Apaan tuh BnR? Gue taunya
GnR. Hahaha.”
“Oh maksudnya, nanti
beneran dibayar kan..”
“Ooo jangan takut, bos.
Gue bayar lah.. Kalo gak bayar, ini barang gue kembaliin utuh seperti semula.”
Jersey diangkut juga oleh
si pembeli ini. Dalam hatinya, Adri berseri-seri membayangkan keuntungan 700
ribu rupiah, karena dia membeli jersey ini enam bulan lalu dengan harga 800
ribu saja. Ia lalu membayangkan, dengan keuntungan ini bisa membeli jersey
lain.
“Emang paling bener deh
jual ke yang bukan kolektor.”
Sehari-dua hari masih
belum ada kabar dari si pembeli. Adri mulai resah. Nomor si pembeli ia terus
hubungi, dan dijawab tar-sok-tar-sok. Entar. Besok. Entar. Besok.
Gak bener nih.
Hari ketiga, barulah si
pembeli nelpon si Adri.
“Boss. Sorry nih gue gak
jadi ngambil baju bola elu. Bagus sih bajunya, tapi kalo dipikir-pikir
mendingan gue beli dari toko sebelah aja deh.”
“Ah gimana sih bos. Kok
elu BnR sih?”
“Sorry nih, ini gue kirim
balik deh barangnya. Jangan khawatir, masih utuh kok.”
Adri jengkel bukan main.
Mau dia posting di twitter, si pembeli ini bukan anak jersey dan bukan anak
yang aktif main twitter pula. Skema bully dan retweet dari akun-akun seleb juga
gak mempan buat anak orang kaya macam begini. Ya udahlah kalo gitu. Cuma bisa
pasrah.
***
Cerita
sejenis seperti di atas bukan barang baru. Ada saja alasan untuk membatalkan
perjanjian secara sepihak. Jangankan yang belum ditandatangani, yang sudah pun
banyak. Berapa orang teman Anda yang pernah membatalkan niat bergabung dengan
perusahaan lain meski sudah menandatangani kontrak? Pasti banyak.
Milan
patut meradang, tapi tidak ada yang bisa mereka lakukan. Butuh waktu
berhari-hari lagi untuk memulai negosiasi baru hingga merampungkan kepindahan.
Transfer pemain bukanlah urusan remeh, dan Milan memang tidak pintar jika
berbicara meraup keuntungan dari penjualan pemain.
Punya Jenius ( bank BTPN )
ReplyDeleteMari bergabung bersama kami di Donaco Poker
Gratis Regis & banyak bonus untuk bank BTPN anda
Hub kami.
WHATSAPP : +6281333555662
CS 24 JAM