Kompetisi Seri A Italia tengah bergairah setelah begitu lesu dalam empat tahun ke belakang. Performa melempem di kompetisi antarklub Eropa berhasil ditebus Juventus yang musim lalu melaju hingga partai puncak Liga Champions. Kini, kesadaran akan pentingnya pengelolaan keuangan mulai melanda tim-tim Seri A. Beberapa tim sudah menunjukkan peningkatan performa keuangan, dan bahkan mulai menuai profit dalam operasi mereka. Proyek pembangunan stadion baru ataupun revitalisasi stadion lama juga sudah mulai dijalankan beberapa klub.
Perubahan juga digagas oleh pengelola kompetisi. Salah satunya, penggunaan goal-line technology yang mulai diberlakukan musim ini. Terlepas dari pro dan kontra, kebijakan ini menunjukkan adanya itikad baik untuk meningkatkan kredibilitas kompetisi, yang begitu tercoreng dengan berbagai skandal yang sebelumnya menerpa.
Begitu pula penghapusan sistem co-ownership atau dikenal dengan comproprieta. Meski keberadaan sistem ini cukup menguntungkan klub dan pemain, namun dalam praktiknya sangat sulit untuk diawasi. Ketidakrapian klub dalam membukukan biaya gaji dan pajak pemain yang terikat perjanjian kepemilikan bersama ini bisa menyeret klub pada konsekuensi yang berat. Contoh paling pas tentu saja kasus Parma dua musim lalu ketika mereka gagal lolos ke kompetisi Europa League akibat adanya tunggakan pajak penghasilan pemain yang mereka pinjamkan ke klub lain.
Berbicara peta kekuatan musim 2015-16 ini, kembalinya Milan dan Inter dalam perebutan gelar juara amat mungkin terjadi. Pembenahan yang terjadi pada kedua klub, terutama dari sisi manajemen berhasil mengembalikan jalan mereka ke rute juara. Setidaknya, pembenahan ini amat kentara dari lantai mercato.
Meski kegiatan pembelian dan penjualan pemain belum lagi
usai, kedua kesebelasan setidaknya telah berhasil meyakinkan publik bahwa
mereka memiliki proyek ambisius. Hingga saat ini, Milan telah menghabiskan 85 juta euro, jumlah yang hanya kalah dari rekor mereka sendiri saat menghabiskan 125 juta euro
tahun 2001 lalu saat mendatangkan Rui Costa, Pippo Inzaghi dan Andrea Pirlo. Perburuan pemain pun rasanya masih belum usai.
Inter, di lain sisi, tidak mau kalah. Setelah menggebrak
bursa transfer dengan mendatangkan pemain-pemain kelas satu seperti Geoffrey
Kondogbia, Joao Miranda dan Stevan Jovetic, Nerazzuri masih menunggu kedatangan
satu atau dua orang pemain bintang untuk mendongkrak kualitas skuat mereka agar
mampu bersaing memperebutkan scudetto. Satu hal yang patut disayangkan adalah hengkangnya Mateo Kovacic.
Keseriusan duo Milan dalam berbenah, ditambah fakta bahwa
Juventus kehilangan Carlos Tevez, Andrea Pirlo dan Arturo Vidal sedikit
memberikan harapan akan muncul juara baru di Seri A musim ini. Namun, solidnya
skuat dan mental juara yang telah terbentuk dari Juve masih sulit ditandingi,
sekalipun oleh kekuatan baru Milan dan Inter. Geliat The Old Lady di lantai mercato pun belum usai. Pasca kedatangan Mario Mandzukic, Paulo Dybala, Sami Khedira, Neto dan Daniele Rugani, mereka akan semakin kuat jika berhasil memboyong salah satu di antara Julian Draxler, Isco atau Franco Vasquez. Hanya saja, rasanya kali ini Juve akan mendapatkan perlawanan yang lebih sengit dari para rival. Kompetisi Seri A Italia musim 2015-16 akan lebih kompetitif.
Gencarnya kegiatan mercato yang dilakukan tiga klub tersukses Italia ini juga mencerminkan derasnya arus pembelian pemain. Musim panas tahun lalu, klub-klub Seri A Italia hanya menghabiskan 346 juta euro, sementara musim ini sudah 450 juta euro (dan nampaknya masih akan bertambah). Dari jumlah 450 juta tersebut setengahnya adalah pembelian yang dilakukan Milan, Juve dan Inter.
Roma, Lazio dan Napoli juga patut dijagokan sebagai penghadang Juventus. Il Lupo telah memperkuat lini depan dengan kedatangan Edin Dzeko dan Mohamed Salah. Sedangkan di lini belakang, kedatangan kiper Wojciech Szczesny akan semakin memperkuat pertahanan mereka, yang dalam dua musim terakhir hanya kalah dalam hal jumlah kebobolan dari Juventus.
Roma, Lazio dan Napoli juga patut dijagokan sebagai penghadang Juventus. Il Lupo telah memperkuat lini depan dengan kedatangan Edin Dzeko dan Mohamed Salah. Sedangkan di lini belakang, kedatangan kiper Wojciech Szczesny akan semakin memperkuat pertahanan mereka, yang dalam dua musim terakhir hanya kalah dalam hal jumlah kebobolan dari Juventus.
Namun satu hal yang cukup disayangkan, Roma memilih mengorbankan dua pemain masa
depan, Andrea Bertolacci dan Alessio Romagnoli. Dua pemain homegrown ini dilepas ke Milan, klub yang jelas menjadi pesaing mereka. Meski penjualan kedua pemain menyumbang pendapatan yang
signifikan, Roma menempatkan masa depan mereka pada risiko, karena kebanyakan pemain-pemain baru yang didatangkan adalah pemain-pemain matang dengan masa
edar tidak sepanjang Bertolacci maupun Romagnoli. Ditambah lagi, menjual pemain homegrown berbakat juga tentu saja mengurangi cita rasa lokal.
Nantikan juga performa Napoli dan Lazio. Di bawah
komando Maurizio Sarri, publik Il Partenopei dapat berharap pada pertunjukan yang
lebih segar karena musim lalu, pelatih yang pernah bekerja sebagai bankir ini berhasil mempertontonkan sepak bola atraktif
bersama Empoli. Kini tanpa sorotan berarti, Sarri telah menyiapkan skuat yang
cukup kompetitif. Pepe Reina, Vlad
Chiriches, Allan, Mirko Valdifiori dan Elseid Hysaj berhasil diboyong. Kedatangan
mereka juga dibarengi bertahannya para pemain bintang seperti Gonzalo Higuain,
Dries Mertens, Marek Hamsik dan Lorenzo Insigne.
Bagaimana dengan Lazio? Klub asuhan Stefano Pioli ini memang
tidak membeli pemain-pemain dengan harga mahal. Gelandang muda Serbia, Sergej Milenkovic-Savic
adalah pembelian termahal klub dengan nilai 9 juta euro. Namun, di situlah
letak kehebatan Gli Aquilotti di bawah rezim presiden Claudio Lotito dan sporting director Igli Tare. Kesuksesan
pembelian pemain berkualitas dengan harga murah semacam Felipe Anderson dan Stefan De Vrij telah menggiring mereka ke jajaran papan atas.
Selanjutnya Fiorentina, Torino, Sampdoria dan Genoa nampaknya akan mereamaikan
zona Europa League. Musim
ini, kekuatan empat klub ini memang terlucuti oleh kepergian pelatih atau pemain-pemain kunci. Jika tidak banyak berbenah, posisi mereka amat rawan digusur oleh Sassuolo, Verona atau Udinese.
Siapa yang berpeluang terdegradasi? Dalam tiga musim
terakhir, setidaknya terdapat satu klub promosi yang kembali terdegradasi. Musim
ini, baik Carpi, Frosinone dan Bologna berusaha menghindari jeratan tersebut. Namun
untuk menghindari hal itu, mereka harus bersaing dengan Palermo, Atalanta, Chievo, ataupun Empoli.
No comments:
Post a Comment