Terciumnya gosip transfer pemain oleh media, tidak bisa
dipungkiri menjadi salah satu penyebab melambungnya harga seorang pemain. Dikatakan
melambung, karena kenaikan harga yang terjadi sangat drastis –bisa mencapai dua
hingga tiga kali lipat dari harga pasar sebenarnya dari sang pemain.
Data komprehensif situs Transfermarkt dapat dijadikan
referensi harga pasar pemain –meski tidak mutlak. Sebagai contoh, harga gelandang
baru Inter, Geoffrey Kondogbia sebetulnya tidak sampai 20 juta euro menurut situs
database berbasis Jerman ini, namun kenyataannya, Nerazzuri harus mengeluarkan
cek senilai 40 juta euro untuk menebus pemain berusia 22 tahun ini dari AS
Monaco. Cerita yang sama juga berlaku untuk Raheem Sterling, yang dibeli
Manchester City dari Liverpool sebesar 49 juta pound. Sebagai ilustrasi, nilai ini lebih mahal
ketimbang transfer Zinedine Zidane dari Juventus ke Real Madrid sebesar 46 juta
pound tahun 2001 lalu. Komparasi yang boleh jadi one-sided, tapi tetap saja tidak menghilangkan fakta bahwa harga
Sterling –yang baru berusia 20 tahun dan belum memenangi apapun- terlalu mahal
jika dibandingkan Zidane yang saat itu berstatus sebagai pemain terbaik dunia.
Di samping berita yang diramaikan media, harga pemain juga
mengalami eskalasi karena campur tangan dari agen pemain. Seperti diketahui, peran
agen pemain, ataupun pihak dengan nama dan dalam bentuk apapun yang menguasai lisensi kepemilikan pemain, memegang peranan amat penting dalam proses
negosiasi perpindahan pemain. Terang saja, untuk beberapa kasus, nilai komisi
dari para agen ini bisa melebihi 10% dari nilai transfer. Wajar bukan, jika
harga pemain akan terus dikipas-kipasi semahal mungkin.
Faktor lainnya, bisa muncul tergantung kasus yang spesifik. Misalnya,
preferensi sang pemain untuk bermain di klub tertentu, contoh hal ini adalah
pilihan Kondogbia terhadap Inter alih-alih Milan. Atau bisa jadi keinginan klub pemilik untuk tidak menjual pemainnya kepada klub tertentu, misalnya
dengan alasan rivalitas tradisional ataupun alasan lainnya.
Hal inilah yang sialnya dialami Milan dalam bursa transfer kali ini. Padahal, perbaikan di tubuh
klub milik Silvio Berlusconi ini bukan lagi main-main. Investor dari Asia sudah
diberi lampu hijau menanamkan modal, stadion baru siap dibangun, hutang-hutang
siap dibereskan, dan direktur-direktur asal Italia sudah diberi garansi untuk
tetap mengendalikan klub agar ciri khas tidak hilang. Ini baru dari sisi manajerial
saja, dari sisi kepelatihan, Sinisa Mihajlovic -pelatih yang jauh lebih
berpengalaman dibanding dua pendahulunya, Clarence Seedorf dan Pippo Inzaghi-
resmi ditunjuk. Mihajlovic juga telah diberi kebebasan untuk memilih sendiri
staf pelatihnya, juga disediakan budget besar untuk membenahi skuatnya.
Hasil pembenahan skuat juga telah hadir. Andrea Bertolacci,
Carlos Bacca, Luiz Adriano, dan Jose Mauri telah menjadi bagian dari keluarga
besar Milan. Ditambah lagi, Milan juga telah melepas pemain-pemain yang
dianggap tidak lagi diperlukan dan malah membebani biaya gaji seperti Sulley Muntari, Michael Essien, Daniele
Bonera hingga Robinho dan Valter Birsa.
Namun hal ini belumlah cukup. Para penggemar yang lebih
cerdas sepertinya paham betul bahwa problem Milan teramat kompleks. Dari mulai
semangat bertanding atau grinta,
kreativitas di sepertiga lapangan lawan, hingga bocornya lini pertahanan yang
musim lalu kebobolan 50 gol, atau rata-rata 1,3 kali per laga. Karena alasan
itulah kehadiran Bertolacci, Bacca, Adriano dan Mauri dirasa belum cukup.
Para pakar Twitter menganggap bahwa Rossoneri masih memerlukan setidaknya tiga pemain lagi untuk menjadikan tim mereka sebagai penantang serius gelar scudetto. Seorang gelandang tengah dan
seorang trequartista handal amat
diperlukan untuk membenahi dua departemen sekaligus, yaitu departemen mesin dan
departemen penyerangan. Para fans
masih berharap Zlatan Ibrahimovic melakukan comeback dan mengisi pos tiga perempat lapangan,
sekalipun usia sang pemain sudah terbilang uzur. Sementara untuk posisi
gelandang tengah, pemain asal Belgia yang bermain di Zenit St. Petersburg, Axel
Witsel, menjadi kandidat yang paling pantas.
Witsel, yang tahun ini berusia 26 tahun, dianggap memiliki
atribut kreativitas, power sekaligus pengalaman bermain di level tertinggi. Kehadirannya
akan berdampak signifikan bagi lini tengah lesu Milan. Ia akan memberi tambahan
perisai bagi lini belakang, memperlancar peredaran darah bola, hingga
menjadi ancaman nyata bagi lawan lewat tendangan-tendangan jarak jauhnya. Tetapi
Zenit, sang pemilik, juga tidak akan melepas sang andalan dengan mudah. Mengapa?
Pertama, Zenit memperoleh sang pemain dengan harga yang amat
mahal, yaitu 40 juta euro. Ia didatangkan dari Benfica tahun 2012 lalu. Sempat
menjadi sasaran rasis suporter dan sasaran iri hati rekan setim karena gajinya
yang besar, nyatanya Witsel tetap tegar dan kini menjelma sebagai pemain tak
tergantikan di lini tengah klub asuhan Andre Villas-Boas.
Kedua, Zenit ingin tetap menjadikan Witsel sebagai poros tim
yang ingin berprestasi lebih baik di Liga Champions. Bukan rahasia lagi jika
klub yang didukung penuh oleh perusahaan raksasa Gazprom ini sudah lelah hanya
menjadi jagoan di tingkat domestik saja, namun masih melempem di Eropa. Melepas
Witsel berarti menjauhkan mereka pada target tampil baik di Eropa.
Ketiga, dan cukup krusial, adalah ketertarikan klub-klub
lain atas pemain gimbal ini. Milan tidak sendirian mengincarnya, karena Chelsea
dan Juventus juga meminatinya. Sisanya adalah hukum demand
dan supply, dan posisi Milan amat tidak bagus jika dibandingkan dua pesaing mereka tadi. Sama sekali tidak ada
jaminan bahwa Milan akan memenangi perburuan meski mengklaim bahwa Witsel telah
menyetujui personal terms yang
ditawarkan.
Kasus Witsel juga terjadi sebelas-dua belas pada bek paling
potensial Italia saat ini, Alessio Romagnoli. Baru berusia 20 tahun dan
menjalani satu musim cemerlang, harga Romagnoli tidak tanggung-tanggung melonjak
lima kali lipat ketimbang harga pasar 6 juta euro yang dipampang situs Transfermarkt. AS
Roma, klub pemiliknya sekembali pemain ini dari Sampdoria, membanderol 30 juta
euro untuk siapapun yang menginginkan jasanya.
Saga Romagnoli menjadi lebih pelik karena ialah yang
dianggap kepingan puzzle terakhir yang amat dibutuhkan Milan dalam mengarungi
musim yang baru. Romagnoli dianggap memiliki kecakapan teknis untuk membangun
serangan dari belakang, sekaligus kemampuan tekel dan duel di udara yang
mumpuni. Seorang bek yang bukan lagi sekadar hot prospect, tapi juga telah dibanding-bandingkan dengan para
legenda seperti Alessandro Nesta atau bahkan Paolo Maldini. Suporter rasanya masih akan memahami jika Milan gagal mendatangkan Witsel dan Ibra, namun tidak untuk Romagnoli.
Mengetahui pengharapan Milan yang teramat tinggi, Roma jelas
memiliki keleluasaan untuk mempertahankan asking
price mereka. Tidak ada kata diskon, turun harga ataupun pertukaran pemain.
Mereka juga butuh uang untuk mendatangkan target mereka sendiri, yaitu Edin
Dzeko. Jika pun Romagnoli tidak jadi dilepas, Romanisti pun akan senang karena akan
bertambahlah ‘gladiator’ asli Roma lainnya menemani Francesco Totti, Daniele De
Rossi dan juga Alessandro Florenzi. Posisi Milan pun semakin sulit karena peminat bek bertinggi badan 185 cm ini juga bertambah, setelah Arsenal dan
Chelsea ikut melakukan pengejaran.
Melambungnya harga para pemain incaran ini mau tidak mau
membuat Milan menjalankan rencana kedua. Incaran-incaran alternatif ini pun telah
diumumkan, yaitu Stevan Savic dan Ezequiel Garay untuk posisi bek tengah, serta
Roberto Soriano dan Diego Perotti untuk posisi gelandang. Memang terdengar
kurang ‘premium’, namun lebih baik dibandingkan tidak sama sekali.
Sayangnya, untuk para pemain incaran alternatif ini pun,
Milan tidak akan mendapatkannya dengan mudah. Savic dikabarkan sudah merapat ke
Atletico Madrid (ya, seperti yang mereka lakukan atas Jackson Martinez),
sementara Garay sudah berusia 28 tahun dan terhitung terlalu mahal, yaitu 25
juta euro. Milan bisa saja berpaling kembali kepada bek Torino, Nikola
Maksimovic, namun seperti yang sudah-sudah, harga Maksimovic sudah pasti akan ‘dilambungkan’
terlebih dahulu. Ya, ramai-ramai melambung.
No comments:
Post a Comment