Pages

Thursday, July 2, 2015

Pengumpul Golden Foot

Sebelum menuliskan ini, saya sempat berpikir, bagaimana jika saya disebut sebagai seorang fan yang selalu bersikap negatif terhadap kebijakan tim favorit. Namun kemudian saya kembali berpikir, ah masa bodoh. Di dunia maya yang tiada batas ini, siapapun boleh menyuarakan pendapatnya.

Saya memang selalu menekan tombol favorite pada lini masa sebuah akun penggemar Milan, setiap kali akun tersebut memberitakan nama-nama pemain yang menjadi target pembelian Rossoneri. Terlihat kurang kerjaan, tapi sebetulnya saya sedang menebak-nebak bagaimana Milan akan menjadi sebuah tim pada lima musim ke depan.

Milan sudah mendatangkan Andrea Bertolacci, dan dalam beberapa jam ke depan setelah posting entri ini, Carlos Bacca akan menyusul sebagai rekrutan baru. Dua nama ini memang tampil ciamik musim lalu. Bertolacci tak pelak adalah aktor utama lini tengah Genoa yang begitu impresif, sementara Bacca adalah striker berkelas kontinental yang telah dua kali memberi gelar Liga Europa kepada Sevilla. Untuk dua pemain ini, Milan harus mengeluarkan uang sebesar 50 juta euro, dengan rincian Bertolacci 20 juta, dan Bacca 30 juta sesuai buy out clause.

Tentang dua nama ini, saya jelas memandangnya secara positif. Bertolacci masih muda, yaitu 24 tahun. Ia juga mampu bermain sama baiknya sebagai gelandang tengah atau gelandang serang. Asli Italia pula, yang tentu sejalan dengan keinginan Silvio Berlusconi yang ingin melihat Milan didominasi pemain-pemain Italia. Lalu Bacca, well, ia memang sudah berusia 29 tahun. Tapi jangan lupa bahwa saat mendatangkan Pippo Inzaghi dari Juventus tahun 2001 lalu, Pippo juga telah berusia 28 tahun, dan nyatanya ia mencuat sebagai salah satu penyerang terbaik yang pernah dimiliki Il Diavolo Rosso. Siapa tahu Bacca dapat meneruskan jejak Pippo. Sebagai pemain, Bacca memang tidak seelegan Lionel Messi dan tidak seklinis Gonzalo Higuain, namun sang penyerang asal Kolombia memiliki daya juang, cara bermain yang sederhana namun efektif, juga amat berbahaya di kotak penalti lawan.

Soal harga yang selangit, memang menjadi ganjalan. Harga Bertolacci dan Bacca menurut situs Transfermarkt masing-masing senilai 10,5 dan 14 juta euro saja. Dilihat dari perspektif ini, Milan jelas telah membayar terlalu mahal. Ditambah lagi banyak pihak yang juga menyuarakan hal senada. Namun bagi klub yang tengah berada pada situasi terpuruk seperti Milan, uang memang satu-satunya yang bisa mereka tawarkan kepada para incaran, meskipun premis ini tidak berlaku pada Geoffrey Kondogbia.

Eskalasi berita transfer, juga posisi Milan yang memang amat membutuhkan pemain-pemain baru berlabel bintang memang menjadikan Milan sebagai ‘tambang emas’ baik bagi klub pemilik, agen pemain, hingga pemain incaran sendiri. Mereka bisa saja dengan mudahnya mengipasi harga pemain hingga ke level tertinggi, toh Milan sudah pasti mengupayakan tercapainya kata deal. Harga pemain yang diincar Milan seperti mengalami inflasi. Ibarat mencari mobil sewaan untuk mudik pada hari raya lebaran, di mana para penyewa akan memberi harga yang amat jauh di atas harga normal. Apa boleh buat, untuk saat ini, Milan tidaklah memiliki bargaining power akibat tidak jelasnya proyek mereka.

Namun betapa sebalnya saya mendengar keberminatan Milan pada pemain-pemain lain yang usianya sudah di atas 28 tahun. Luiz Adriano dan Zlatan Ibrahimovic tepatnya. Pemain-pemain yang lebih cocok memasuki nominasi peraih Golden Foot award, penghargaan untuk pemain dengan pencapaian atletis tertentu yang diperuntukkan bagi mereka yang sudah berusia di atas 28 tahun (Zlatan bahkan pernah memenanginya tahun 2012). Oke, dua pemain ini memang memiliki kemampuan atletik yang istimewa, dan sepertinya masih dapat mempertahankan level permainan dalam waktu dua-tiga tahun ke depan. Tapi tetap saja hal ini memperlihatkan Milan sebagai klub yang masih saja mencari solusi instan. Mengapa tidak membeli penyerang muda berbakat seperti saat mereka mendatangkan Andriy Shevchenko atau Ricardo Kaka? Sudah hilangkah ketajaman scouting Milan?

Membeli dan menggaji pemain mahal berusia di atas 28 tahun hanya akan memaksa Milan untuk kembali merogoh kocek dalam-dalam dalam dua-tiga tahun ke depan. Terlebih, pemain-pemain dengan usia tersebut tidak lagi memiliki resale value. Milan pun harus rela melepas mereka dengan harga murah, menunggu kontrak mereka habis, atau memutus kontrak seperti dalam kasus Sulley Muntari. Milan boleh saja memiliki pemilik baru yang kaya raya, namun seperti diketahui, di era Financial Fair Play, klub sepak bola tidak bisa lagi dijalankan dengan penuh pemborosan.

Jika pun Milan kembali tampil baik, performa tersebut rasanya hanya akan berlangsung dua-tiga musim saja. Itu pun belum menghitung bagaimana kiprah para pesaing yang tentu saja memiliki proyek lebih jelas seperti Juventus, Roma, Napoli, Lazio dan Inter Milan.

No comments:

Post a Comment