Pages

Sunday, July 6, 2014

Untuk Anda Si Nomor 10 (Bukan Surat Terbuka)

Disclaimer: Jangan tertipu dengan judul Blog ini. Entri ini memang bertujuan untuk sedikit memberi pandangan berbeda kepada si nomor 10. Oh iya, ini bukan surat terbuka seperti yang lagi ngetrend di kalangan pendukung fanatik capres sekarang ini. 

“Woi! Oper dong bolanya ke gue! Mata lo di mana?”
“Lo ngerasa lebih jago? Ayo kita man to man di lapangan.”
“Minggir lo! Cuma gue yang boleh ambil eksekusi penalti ini!”
Dan kalimat-kalimat makian yang tidak pantas ditulis.

Kalimat-kalimat seperti itu seringkali kita dengar dari seseorang. Seorang pemain bola di lapangan yang merasa dirinyalah yang paling jago. Dan karena merasa paling jago, dia juga merasa mengemban beban yang tinggi untuk timnya, dan untuk itulah ia juga merasa berhak memarahi rekan setim yang tidak mendukungnya. Ada lagi, dia seolah merasa memliki license untuk banyak menggiring bola, dan menembak ke gawang lawan, seberapapun seringnya ia gagal. Jika ia berhasil, maka itu karena kehebatannya. Jika ia gagal, itu karena memang kebetulan. A self-proclaimed key player.

Mau bermain di manapun, kapanpun, dalam suasana apapun, orang ini selalu serius. Jiwa kompetisinya sangat tinggi dan ia juga amat membenci kekalahan. Ia akan memberikan segenap kemampuannya dan akan sangat terganggu jika mengalami kekalahan. Itu semua benar, tapi sebetulnya yang membuat dia lebih terganggu adalah jika ada rekan setim yang lebih jago darinya.

Orang-orang seperti itu jelas ada. Mereka akan memperlakukan orang lain seperti itu, baik dikenalnya ataupun tidak. “I am the captain. I am the most passionate on this game. I am simply the bestI am the center of this teamIt’s always be about me.”

Agar kelihatan tidak terlalu menyudutkan, sebetulnya si nomor 10 ini bisa melakukan berbagai hal luar biasa dalam sepak bola. Hal-hal yang membuat sepak bola lebih mengejutkan, terutama dalam perkembangan taktik yang makin mengurangi ruang untuk berkreasi ini. Jika tidak bisa melakukan hal-hal luar biasa seperti ini, maka anda bukanlah nomor 10 beneran. Di antaranya adalah:
  • Si nomor 10 bisa menjadi motivator rekan-rekannya, bahkan tanpa perlu berteriak-teriak. Sejurus akselerasi kilat yang membelah selapis-dua lapis pertahanan lawan akan membuka ruang. Dari situ, ia bisa mengeksekusinya langsung atau mengoper kepada rekannya yang semula bingung bagaimana cara menembus pertahanan sdisiplin lawan.
  • First touch adalah hal kecil yang membedakan apakah seorang pemain berkelas top atau biasa-biasa saja. Tidaklah berlebihan, karena dengan first touch yang prima, seorang nomor 10 bisa mengarahkan bola ke tempat di mana lawan kehilangan kewaspadaan.
  • Imajinasi tinggi mutlak dimiliki si nomor 10. Gaya bermainnya tidak boleh monoton. Gocek ya gocek terus, posisi menembak ya dari arah yang sama. Tidak demikian. Nomor 10 harus menjelajah ke setiap jengkal pertahanan lawan. Ia mungkin bukan seorang ramdeuter yang mencari ruang tanpa bola di kakinya, melainkan ia membuka ruang kepada rekan-rekannya dengan bola di kakinya. Imajinasinya harus tanpa batas dan tak tertebak lawan.
  • Skill tertinggi di antara rekan-rekannya juga harus dimiliki si nomor 10. Bola adalah teman sejatinya. Satu hentakan, terobosan, gerak tipu, tembakan atau gocekan bisa mengubah arah permainan.
Tidak gampang, bukan? Jadi jika anda tidak memiliki atribut-atribut di atas, tahu dirilah sedikit dan berhentilah merasa bahwa anda adalah si nomor 10. Tanpa harus merasa sebagai si nomor 10, anda masih boleh bermain sepak bola.

Bukannya membantu tim, kemampuan tanggung anda justru malah akan membuat permainan menjadi tidak menarik dan rekan-rekan anda menjadi sebal. Mulailah bermain untuk tim dan melakukan simple passing yang presisi dan milikilah kesadaran posisi yang akan menguntungkan tim anda sendiri. Karena seperti kata Cruyff, “Playing simple football is the hardest thing to do.”

Tapi bagaimanapun, ada kalanya kita tidak bisa mengubah keadaan. Akan selalu ada si nomor 10 di manapun anda bermain. Jika anda berada satu tim dengan pemain seperti itu, dukunglah jika memang ia si nomor 10 beneran. Tapi jika ia hanyalah si nomor 10 nanggung, berbesar hati saja untuk terus mengoper kepadanya. Toh jika kualitasnya abal-abal, kejelekannya akan mudah terlihat, dan sepak bola tentu selalu punya caranya sendiri untuk menggiring pemain-pemain seperti itu ke luar lapangan.

Ya, karena sepak bola itu bersebelas, bung. Dan seperti halnya dalam kehidupan: kecuali anda memang benar-benar sempurna (dan memang tidak mungkin ada yang sempurna), maka anda tidak berhak untuk merasa lebih baik daripada orang lain.

Ah, kenapa ending tulisan ini jadi kaya tag line motivator begini?

No comments:

Post a Comment