Pertentangan
kelas, pembangkangan, dan pencerahan adalah inti dari film dengan judul bahasa
Jerman Der Ganz Grosse Traum ini, yang kemudian dibingkai dengan cantik lewat
tema sepak bola, dan sedikit bumbu Hollywood.
Mengapa film
bertema sepak bola dapat berjalan beriringan dengan tema-tema lain yang
berkisar perjuangan? Ya, karena semangat sepak bola memang mengunci banyak
aspek positif dari kehidupan –meski tidak sedikit pula aspek negatifnya-.
Revolusi mungkin
sebuah kata yang terlalu bombastis dalam film ini, lebih tepat dikatakan sebagai
film reformasi yang menghadirkan cerita dibalik betapa sulitnya olah raga
bernama sepak bola masuk ke negeri Jerman. Arogansi dan perasaan superioritas
sudah terlanjur melekat pada bangsa ini, membuat mereka sulit untuk menerima
permainan yang datang dari Inggris, yang notabene menjadi musuh besar mereka
yang ingin mereka taklukkan. Baik lingkungan pendidikan seperti sekolah maupun
lingkungan kecil bernama keluarga sudah menanamkan kebanggaan ini pada generasi
setelah mereka.
Braunschweig
(atau Brunswick dalam lafal Inggris) adalah sebuah kota di Jerman yang menjadi
latar film ini, meski pengambilan gambar pada dasarnya hanya di 4 titik yaitu
sekolah, rumah dari donatur sekolah, padang rumput untuk bermain bola, dan juga
alun-alun kota pada awal film. Mengapa kota Braunschweig? Ya, memang inilah
kota di Jerman pertama yang mengenal sepak bola tahun 1874. Lebih afdol lagi,
Entracht Braunschweig mulai musim depan akan turut meramaikan Bundesliga 1
setelah menduduki posisi 2 klasemen akhir Bundesliga 2. Fussball akhirnya
datang lagi menyemarakkan kota.
Cerita yang
didasarkan pada kisah nyata ini menghadirkan Konrad Koch, sebagai tokoh utama
yang juga seorang guru Bahasa Inggris berbekal pengalamannya menimba ilmu di
Oxford University. Koch tidak hanya membawa ilmu linguistik, namun juga membawa
visi yang ingin mengubah pandangan serta keseharian murid-muridnya.
Kekakuan dan feodalisme amat kental saat itu, dimana sulit bagi kaum proletar untuk mendapat akses pendidikan. Murid-murid Koch adalah para anak kecil yang kaku dan sudah tercekoki kebanggaan berlebihan akan superioritas bangsa mereka. Arogan, disiplin dan tidak mementingkan orang lain.
Koch, berbekal
pengalamannya di Inggris, mencoba menggunakan metode berbeda dalam mengajar. Ia
menekankan kata “kamerad” sebagai bentuk persaudaraan dan kesetiakawanan,
sesuatu yang abai diajarkan oleh para guru-guru. Ia kemudian mengenalkan sepak
bola secara perlahan kepada murid-muridnya. Koch selalu mendapat dukungan dari
Gustav, kepala sekolah yang berpikiran reformis yang memang ingin mengajarkan
murid-muridnya bentuk pembelajaran baru.
Tentu saja
banyak rintangan yang didapat sang guru. Salah seorang orang tua murid, Richard
Hartung, yang kaya raya sekaligus penyandang dana bagi sekolah memang sangat
feodal. Ia menentang segala metode Koch yang dianggapnya akan merusak generasi
Jerman. Richard dan anaknya, Felix yang menjadi ketua kelas, kemudian melakukan
berbagai cara untuk menyingkirkan Koch dari sekolah.
Seiring
berjalannya waktu, Koch berhasil mengatasi berbagai rintangan, bahkan membuat
murid-muridnya kompak, termasuk juga Felix didalamnya. Hal itu kemudian membawa
Koch pada misi lainnya yang lebih besar, yaitu menyebarkan sepak bola ke
seantero negeri.
Begitulah kira-kira garis besar film ini, yang secara keseluruhan memang impresif. Kualitas film Jerman tidak kalah dengan produksi Hollywood. Plot yang rapi, penokohan yang kuat, kelucuan-kelucuan yang disampaikan juga berhasil diperankan dengan baik oleh para aktor, yang saya bahkan tidak tahu namanya.
Dari film ini,
memang terlihat bahwa sebagai bangsa, Jerman memang sedari dulu menjadi bangsa
yang berpikiran maju, serta memiliki etos kerja yang tinggi. Kedisiplinan luar
biasa memang sudah menjadi kultur bagi bangsa ini. Masuknya sepak bola memang
sedikit melonggarkan keseriusan mereka dengan unsur fun yang dibawa oleh
olahraga ini. Dan terbukti, Jerman diakui sebagai salah satu raksasa sepak bola
dunia dengan raihan gelar Piala Dunia sebanyak 3 kali.
Kultur disiplin
dan independen juga berpengaruh bagi negeri ini hingga sekarang. Disaat banyak
klub sepak bola berhutang dan hidup dalam buaian modern football kapitalis,
banyak klub Jerman tetap beroprasi dengan wajar mengandalkan dukungan dari
pabrikan raksasa Jerman. The German ways memang luar biasa.
Ps: Thanks to Bang Ucup, Angga & Aad.
No comments:
Post a Comment