Kids, our future |
Saya terkagum-kagum membaca sebuah headline berita mengenai FC Barcelona yang akan membuka akademi sepakbolanya di Indonesia, September tahun ini. Indonesia patut berbangga bahwa klub sebesar Los Cules mau membuka akademinya. Visi dan misi sekolah yang dinamakan FCB Escola ini sangat mulia dan mantap: menciptakan generasi pemain yang mampu membawa Indonesia ke empat besar Asia dalam waktu 10 tahun dan membawa Indonesia ke Piala Dunia 2026!
Barcelona menambah daftar klub asing yang membuka akademinya di Indonesia. Sebelumnya sudah ada akademi sepakbola Arsenal, Liverpool, Real Madrid. AC Milan, yang dua tahun terakhir ini menggelar Milan Junior Camp -dimana Indonesia dua tahun berturut-turut menjuarai turnamen pengisi liburan sekolah tersebut- juga dikabarkan tengah serius membidik Indonesia sebagai sasaran investasi pemain mudanya.
Barcelona juga diberitakan akan mengirim jajaran staf pelatih langsung dari Spanyol untuk menangani FCB Escola. La Masia-nya Indonesia ini dibentuk dengan visi jangka panjang, yang dipercaya akan menggunakan kurikulum pendidikan sepakbola yang sama dengan apa yang didapat oleh Lionel Messi, Xavi Hernandez dkk. Melihat konsep La Masia yang berupa boarding house, kita mungkin akan melihat FCB Escola dilengkapi asrama, dan mungkin juga mereka akan menggandeng lembaga pendidikan formal di Indonesia untuk dilebur bersama FCB Escola, sehingga siswa mereka mendapatkan pendidikan yang komplit: sekolah formal dan sekolah sepakbola.
Kita juga tahu kalau pendidikan sepakbola di eropa pada umumnya tidaklah semata memperhatikan perkembangan bermain bola. Mereka percaya bahwa sekolah formal akan membentuk hal yang lebih penting dari sekedar tehnik sepakbola, yaitu mentalitas dan intelektualitas pemain. Pendidikan formal juga bentuk antisipasi agar siswa mereka tetap bisa melanjutkan sekolah mereka ke jenjang perguruan tinggi, jika impian untuk menjadi pesepakbola kandas.
FCB Escola yang memiliki program usia 5-11 tahun dan 12-18 tahun serta menargetkan 250 siswa setiap tahunnya ini pastinya memiliki afiliasi langsung dengan tim sepakbola Barcelona. Jadi di masa depan, kita bukan hanya bisa melihat lulusan akademi ini membela tim nasional Indonesia, tetapi juga mengenakan seragam Los Azulgranas.
Saya bukanlah pihak yang skeptis terhadap pendirian akademi sepakbola klub-klub eropa tersebut di Indonesia, hanya mempertanyakan bagaimana muara dari akademi ini serta biaya pendafaran serta biaya bulanan yang akan dibebankan oleh mereka terhadap siswa-siswanya.
Walaupun belum valid, dari informasi yang saya dengar, biaya perbulan untuk FCB Escola adalah 10 juta rupiah per bulan. Coba Anda bayangkan, berapa orang sih potensi siswa yang bisa mereka jaring dengan iuran perbulan yang fantastis itu? Apakah sekolah sepakbola dengan kurikulum Barcelona ini bisa dinikmati oleh banyak lapisan masyarakat kita? Apakah dengan hanya menjaring anak-anak dengan kemampuan ekonomi tertentu saja bisa mewakili seluruh potensi pesepakbola Indonesia, yang justru kebanyakan berasal dari masyarakat kalangan bawah? Apakah mereka akan menutup mata terhadap anak-anak seperti Eriyanto, yang secara ekonomi kurang beruntung tetapi memiliki bakat sepakbola yang luar biasa?
Saya mengkhawatirkan proyek fantastis ini akan sia-sia jika ada hambatan ekonomis disana. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa anak-anak yang orang tuanya mampu membayar 10 juta per bulan untuk bersekolah disini akan lebih baik dari anak-anak seperti Eriyanto. Tuhan maha adil, bakat alam sepakbopla tidak mengenal status ekonomi atau apapun juga. Jadi, proyek besar ini boleh jadi memang hanya sebatas sarana promosi yang dilakukan klub-klub asing itu agar semakin dikenal di dunia.
PSSI yang sekarang katanya berorientasi pada pembinaan, akan membuat akademi sepakbola untuk pemain muda dengan nama Akademi Nusantara, yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. Kita masih menunggu seperti apa program mereka. Semoga eksekusi program ini sebaik perencanaannya. Mereka berpendapat bahwa program pengiriman anak-anak muda berbakat keluar negeri adalah pemborosan jika hanya menghasilkan sedikit pemain yang dikontrak klub-klub eropa dan amerika latin. Pengiriman timnas junior ke luar negeri ini memang sudah kesekian kalinya, dan hasilnya pun sudah kita sama-sama lihat. Tapi sekali lagi, pengiriman anak-anak berbakat ini keluar negeri bukanlah sepenuhnya kesia-siaan. Pengalaman mereka berada diluar negeri akan membentuk mental yang lebih tangguh dan mudah beradaptasi, serta tidak kalah penting adalah peningkatan kemampuan bahasa asing, yang pastinya berguna bagi mereka dimasa depan.
Bagaimanapun, perjuangan untuk membuat sepakbola Indonesia menjadi lebih baik bisa melalui banyak cara. Keberadaan Sekolah Sepakbola dari klub-klub asing itu harus diambil sisi baiknya bahwa anak-anak Indonesia berkesempatan menimba ilmu sepakbola sesuai standar eropa yang memang terbukti menjadikan sepakbola mereka terdepan. Begitu pula program pembentukan tim nasional untuk berlatih diluar negeri, yang tujuannya tidak lain adalah untuk mencontoh sistem pembinaan dan kompetisi antar kelompok umur yang memang terbukti lebih baik.
Alangkah baiknya jika niat baik dari pihak-pihak ini juga difasilitasi dengan baik oleh PSSI. SSM asing dan pengiriman tim keluar negeri adalah program sekunder, dimana Akademi Nusantara harus menjadi embrio pembinaan pemain muda Indonesia. Dibentuknya Akademi Nusantara tentu akan semakin baik dampaknya jika diadakan kompetisi berjenjang antar sekolah sepakbola itu. Dari kompetisi itulah klub-klub professional kita bisa mengambil pemain-pemain yang memang sudah berbekal ilmu sepakbola yang memadai dan sudah tertempa di kompetisi yang bermutu. Tidak ada lagi pemain karbitan. Hal ini pasti juga berdampak baik bagi tim nasional.
We may not the best, but we are well trained. Semoga slogan inilah yang kelak akrab dengan pemain-pemain Indonesia.
No comments:
Post a Comment