Sudah cukup lama rasanya saya tidak mengisi blog sepak bola ini, blog yang biar jelek-jelek begini, merupakan pintu gerbang saya untuk bertemu dengan teman-teman baru yang sama-sama memandang sepak bola lebih dari sekadar permainan sebelas melawan sebelas.
Dari catatan terakhir yang saya buat pada tanggal 5 September lalu, saya bercerita tentang menggeliatnya dunia football writing di kota Depok, sebuah kota berkembang di selatan Jakarta, tempat saya tinggal. Sejak saat itulah kegiatan dan teman-teman sepak bola saya bertambah. Kelompok pertemanan yang tidak asing mendengar istilah seperti Danubian School atau tokoh-tokoh seperti Nandor Hidegkuti dan Gianni Rivera.
Teman-teman sepak bola yang saya maksud sekarang ini tidak berada jauh dari rumah saya. Kemudahan proksimitas inilah yang membuat setiap pertemuan terjadi dengan mudahnya, ketimbang jika saya harus menyambangi beberapa kolega yang tinggalnya di wilayah Jakarta yang kian hari kian macet ini.
Proyek demi proyek yang berhubungan dengan literasi sepak bola pun dijalani, baik online maupun offline. Beberapa berlangsung ramai, beberapa lagi sepi. Namun ramai atau sepi, antusiasme mereka masih tinggi, setidaknya hingga saat ini. Kebetulan, teman-teman saya ini merupakan pribadi-pribadi yang aktif dan tidak sulit diajak ketemuan. Di tahun ini pula, proyek-proyek jangka panjang ini dimulai, dan diharapkan rampung pada tahun depan. Apakah saja proyeknya? Nantikan saja.
Ini menjadikan tahun 2016 saya lebih berwarna, dalam perspektif sepak bola tentunya. Jika 2015 saya lebih banyak berdiam, baik dalam dunia nyata maupun maya, 2016 ini keadannya berbeda, dan semua itu karena kehadiran teman-teman baru. Sekali lagi, kedatangan teman-teman baru di tengah-tengah terputusnya banyak pertemanan gara-gara saling baper postingan bias soal politik di Facebook adalah hal yang patut di-sujud syukuri.