Pages

Sunday, December 8, 2013

Calon Jagoan Rusia Baru Bernama Arsenal Tula

Sepak bola Rusia dalam beberapa tahun terus berkembang pesat. Keterlibatan para oligarki lokal yang banyak membiayai klub-klub sepak bola menjadi salah satu alasan untuk setidaknya memperkenalkan daerah mereka kepada kalangan luas melalui sepak bola, di luar dampak-dampak negatif yang mereka tinggalkan.

Penyelenggaraan Piala Dunia yang akan berlangsung tahun 2018 di negeri ini juga memberi angin segar dalam hal peningkatan kualitas infrastruktur. Belum lagi melihat kiprah pengelola liga mereka yang terus memperjuangkan penyatuan liga Rusia dengan Ukraina demi meningkatkan popularitas.

Semua hal di atas mencerminkan sepak bola yang tengah berkembang. Momentum positif ini juga ditandai dengan kemunculan berbagai klub antah berantah yang tiba-tiba mencuat ke permukaan, sebut saja Zenit St. Petersburg, Anzhi Makhachkala dan Terek Grozny yang kini mapan di Russian Premier League, liga sepak bola tertinggi Rusia.

Baik Zenit, Anzhi maupun Terek didanai oleh para miliuner yang juga pengusaha lokal. Dengan modal pendanaan tersebut, pemain-pemain hebat bereputasi internasional mampu mereka datangkan. Maka tidak heran jika prestasi cepat diraih dan mereka dengan cepat menyejajarkan diri dengan klub-klub Moskow yang memiliki tradisi lebih kuat.

Namun dalam waktu yang dirasa tidak akan terlalu lama lagi, kita dapat melihat sebuah klub yang akan turut meramaikan sepak bola level tertinggi Rusia, yaitu FC Arsenal Tula.

Arsenal Tula tidak ada hubungannya dengan The Gunners Arsenal FC yang bermarkas di London, Inggris ataupun Arsenal de Sarandi yang berbasis di Buenos Aires, Argentina. Arsenal Tula berasal dari Tula, kota kecil berpenduduk 500 ribu jiwa yang berjarak 193 kilometer di sebelah selatan Moskow. Sepanjang sejarahnya, klub yang telah berdiri sejak tahun 1946 dengan nama FC Zenit Tula ini telah sering berganti nama, yaitu sebanyak 8 kali. Mereka juga belum pernah mengecap pengalaman berkompetisi liga teratas Rusia hingga kini.

Tahun 2011 lalu, mereka masih bermain di kompetisi Liga Amatir, atau terendah dalam piramida kompetisi sepak bola Rusia. Prestasi klub ini mulai mencuat sejak ditangani oleh pelatih yang juga mantan pemain top Rusia, Dmitri Alenichev pada tahun yang sama.

Reputasi karir bermain Alenichev tidaklah main-main. Hingga kini, ia masih menjadi satu-satunya pemain Rusia yang pernah mengangkat trofi Liga Champions. Saat itu, ia menjadi bagian dari tim FC Porto yang memenangi Liga Champions tahun 2004 di bawah asuhan Jose Mourinho. Alenichev juga menjadi satu dari tiga pemain selain Ronald Koeman dan Ronaldo Luiz Nazario yang mencetak gol dalam dua laga final antar klub Eropa secara beruntun. Sebelum mencetak gol pada final Liga Champions tahun 2004 ke gawang AS Monaco tersebut, ia juga membobol gawang Glasgow Celtic dalam final Piala UEFA tahun 2003. Dua gol tersebut berkontribusi pada kejayaan Porto di Eropa.

Karir Alenichev sebagai pelatih ia mulai tahun 2010 saat menangani tim nasional Rusia U18. Selepas pensiun sebagai pemain tahun 2006, Alenichev memang tidak langsung menjadi pelatih, melainkan terlebih dahulu menjadi politisi. Namun ia tidak mampu menampik romansa ketegangan di lapangan hijau setelah tim nasional U18 mengontaknya.

Arsenal Tula beruntung dilatih oleh seorang mantan pemain yang pernah mengecap ilmu dari pelatih-pelatih hebat macam Oleg Romantsev, Fabio Capello dan Jose Mourinho. Dengan pengalamannya tersebut, Alenichev membuat klub semenjana dari kota kecil bertransformasi menjadi klub dengan mental juara dan permainan atraktif. Alenichev menyukai permainan menyerang dari naluri yang didapatnya semasa bermain, juga ditularkan oleh Oleg Romantsev yang menjadi pelatihnya di Spartak Moskow.

Alenichev hanya butuh setahun untuk mengangkat prestasi Arsenal Tula dari Liga Amatir ke Professional Football League (setara Divisi Dua). Dan hebatnya lagi, Arsenal Tula kemudian dibawanya promosi ke Rusian Football National League, atau satu divisi saja di bawah kasta sepak bola tertinggi, Russian Premier League. Ia selalu membawa klubnya promosi setiap tahun.

Yang cukup menarik, pada awal petualangannya di Arsenal Tula, Alenichev sempat menggunakan pengaruhnya sebagai mantan pesepakbola top untuk menarik beberapa rekannya semasa bermain. Pesepakbola seperti Yegor Titov, Vladimir Beschasthnykh, Yuri Kovtun, Dmytro Parfenov dan Dmitri Khlestov adalah mantan pemain nasional Rusia maupun Ukraina era 90an akhir hingga 2000an awal yang diajak Alenichev untuk bermain di Arsenal Tula selama semusim, padahal pemain-pemain ini sebelumnya sudah menyatakan pensiun dari sepak bola. Keberadaan para veteran ini ternyata mampu meningkatkan motivasi dari skuat secara keseluruhan, meski hanya setahun berselang mereka kembali pensiun.

Hingga pekan ke 24 Rusian National League, Arsenal Tula menduduki posisi ke-4 yang berarti zona play-off promosi ke Russian Premier League. Mereka hanya berselisih 6 angka dari Alaniya Vladikavkaz yang berada di posisi kedua, tempat idaman yang akan membawa mereka promosi secara otomatis. Penyerang mereka Aleksandr Kutyn juga menduduki posisi teratas sebagai pencetak gol terbanyak.

Transformasi kilat dalam waktu 3 tahun dari klub amatir menjadi klub yang bertarung memperebutkan tiket promosi ke kasta tertinggi bukanlah prestasi sembarangan. Alenichev jelas menjadi sosok yang paling menentukan di balik semua ini. Berbekal filosofi melatih dan pengalamannya sebagai pemain, ia sukses membawa tim tanpa anggaran belanja besar ini ke level yang jauh dari perkiraan mereka sebelumnya.

No comments:

Post a Comment