Pages

Monday, May 27, 2013

Analisis Akhir Musim Liga Italia


Liga Italia musim kompetisi 2012/2013 telah usai dengan Juventus keluar sebagai pemenang, sekaligus mempertahankan gelar juara yang juga mereka raih musim lalu.

Best Team: Juventus
Juvetus menyelesaikan kompetisi dengan poin 87 atau 9 poin diatas pesaing terdekat, Napoli. Partai pekan ke 35 kontra Palermo menjadi pekan penahbisan La Vecchia Signora sebagai juara. Pencapaian Si Nyonya Tua musim ini mungkin masih kalah spektakuler ketimbang musim lalu, dimana mereka mengakhiri musim tanpa terkalahkan. Dan dilihat dari kualitas peserta, lawan-lawan tradisional Juve musim lalu masih jauh lebih kuat daripada kondisi mereka kini.

Juventus cukup diuntungkan dengan kondisi AC Milan dan Inter Milan yang jauh dari stabilitas finansial yang ideal. Karena masalah finansial tersebut, Milan memulai musim ini dengan penjualan besar-besaran pemain bintang mereka.

Tidak heran Milan mengukir start buruk yang kemudian mengeliminasi mereka dari perebutan gelar juara. Beruntung dengan determinasi dan keteguhanny, pelatih Max Allegri mampu menemukan formula yang tepat. Allegri mampu mengoptimalkan pemain muda seperti Stephan El Shaarawy dan Mattia De Sciglio, serta mengembalikan performa Mario Balotelli pada puncaknya. Serangkaian hasil positif kemudian mengerek posisi Milan hingga tangga ketiga.

Dilain pihak, kondisi Inter Milan lebih mengenaskan lagi. Setelah menjadi tim pertama yang menundukkan Juve musim ini bulan November tahun lalu, peruntungan Nerazzuri berubah drastis. Kombinasi antara buruknya kebijakan transfer dan cedera yang menimpa sebagian besar pemain andalan membuat tim asuhan Andrea Stramaccioni anjlok ke posisi sembilan. Performa pertahanan Inter bahkan sangat menyedihkan karena mereka kebobolan 57 kali, atau berada di urutan kedua terbawah dibawah tim juru kunci Pescara yang kebobolan sebanyak 84 kali.

Pesaing terkuat Juventus musim ini adalah Napoli. Il Partenopei memang telah memantapkan posisi sebagai tim yang stabil di papan atas Seri a dalam beberapa tahun kebelakang. Meski harus kehilangan salah satu pilar penyerangan, Ezequiel Lavezzi, namun pelatih Walter Mazzari mampu mengatasi hal tersebut. Namun konsistensi penampilan memang menjadi musuh utama Napoli, hal yang tidak bisa ditolerir dalam sebuah kompetisi yang panjang.

Meski banyak memunculkan tim-tim yang segar dan menarik seperti Fiorentina, yang dibawah asuhan Vincenzo Montella disebut memainkan sepak bola terbaik, namun Juventus tetaplah terlalu kuat bagi seluruh lawan mereka. Ditopang kekuatan finansial yang mereka dapatkan hasil kepemilikan stadion sendiri, mereka mampu mempertahankan keutuhan skuat yang sudah solid musim lalu.

Gianluigi Buffon masih disokong trio Giorgio Chiellini-Andrea Barzagli-Leonardo Bonucci yang membentuk lini pertahanan terkuat di Italia. Kontribusi mereka, yang dilapis dengan baik oleh Martin Caceres membuat gawang Buffon hanya bobol 24 kali, alias yang tersedikit di liga.

Mungkin terlalu umum jika mengatakan bahwa kekuatan utama sebuah tim ada di lini tengah. Namun bagi Juventus, lini tengah memang nyawa mereka. Setelah musim lalu memunculkan trio Andrea Pirlo-Arturo Vidal-Claudio Marchisio, pelatih Antonio Conte kemudian mendatangkan pemain muda bernama Paul Pogba yang penampilannya mengejutkan. Meski tidak selalu tampil sebagai starter, kehadiran Pogba tetap mampu menjaga stabilitas lini tengah Juventus.

Selain keberadaan Pirlo yang tetap impresif, Juventus patut berterimakasih pada seorang Arturo Vidal, yang kian bertransformasi menjadi pemain kelas dunia. Koleksi 10 golnya musim ini menjadikannya pencetak gol terbanyak Si Nyonya Tua, bahkan setara dengan torehan leading scorer dari posisi penyerang mereka, Mirko Vucinic.

Vidal adalah pemain komplit yang memiliki kombinasi kemampuan bertahan dan menyerang yang eksepsional, didukung dengan konsistensi permainan yang mengagumkan. Tugas Juve selanjutnya adalah mempertahankan pemain ini dari kejaran klub-klub top Eropa yang pasti memburunya.

Dari sisi taktik, pelatih Antonio Conte sempat terjebak dengan skema permainan yang sama. Terdapat periode sulit mereka di awal tahun saat tim ini beberapa kali meraih hasil kurang baik, diantaranya menyerah 1-2 di kandang sendiri atas Sampdoria. Cedera yang menimpa Chiellini nyatanya cukup berpengaruh karena Federico Peluso yang didatangkan di pertengahan musim dari Atalanta tidak langsung nyetel dengan skema permainan. Namun setelah pulihnya Chiellini, Juventus kembali ke jalur permainannya semula.

Best Allenatore: Max Allegri & Vincenzo Montella
Sulit memilih siapa yang terbaik diantara dua orang ini. Keduanya melatih tim dengan kesulitan masing-masing. Jika Montella melatih tim yang musim lalu terpuruk nyaris degradasi, Allegri melatih tim besar dengan ekspektasi tinggi namun dengan kondisi skuat yang dirombak total dan presiden yang tidak lagi mempercayainya.

Montella mampu memberikan pemandangan segar di Seri a dengan komposisi pemain pilihannya. Pemain belakang dan tengah mereka dianugerahi kemampuan untuk memainkan bola dengan baik. Lini tengah yang dikomando David Pizzaro dan Borja Valero mengalirkan bola dengan sangat baik, Manuel Pasqual bermain cemerlang dan Juan Cuadrado memainkan musim terbaiknya. Tidak ketinggalan, Montella mampu memaksimalkan talenta duo Balkan, Adem Ljajic dan Stevan Jovetic hingga dua pemain ini menjadi pemain instrumental bagi tim ini.

Pencapaian mereka yang hanya berselisih 1 poin dari Milan di zona Liga Champions bukanlah pencapaian sembarangan. Mereka juga meraihnya dengan permainan memikat dan gol yang banyak. Mereka hanya kalah sebiji gol dari Napoli yang muncul sebagai tim paling produktif musim ini. Il Gigliati memetik buah dari rangkaian pergerakan cerdik mereka di bursa pemain. Tercatat pemain-pemain yang baru mereka datangkan musim ini sebagian besar menjadi andalan sepanjang musim.

Sementara Allegri telah menunjukkan kinerja terbaiknya meski keadaan sama sekali tidak bersahabat dengannya. Pelepasan pemain bintang dan pemain senior jelas bukan kemauannya. Ia memang kerap keras kepala dengan berusaha menempatkan Kevin Prince Boateng di posisi trequartista, padahal sang pemain lebih cocok di posisi central midfielder.

Namun diluar itu ia tetap memiliki andil dalam dominannya lini tengah Milan di setiap laga. Milan hanya kalah dari Juventus dalam hal rataan penguasaan bola, dengan Riccardo Montolivo yang kian menanjak penampilannya. Allegri juga mampu memecahkan problem di sektor full back dengan memasang Kevin Constant bergantian dengan De Sciglio di posisi bek kiri. Ia juga terus mempercayai Abate meski sang pemain kerap bermain buruk, dan kepercayaan tersebut membuat permainan terbaik Abate berangsur kembali.

Allegri juga pada akhirnya menemukan kombinasi duo bek tengah terbaik dalam diri Philippe Mexes dan Cristian Zapata. Dua pemain ini berkualitas jauh dibawah Sandro Nesta dan Thiago Silva yang telah pergi, namun meski demikian Allegri mampu memaksimalkan mereka setelah rangkaian percobaan nyata di pertandingan demi pertandingan. Bukan analisa diatas kertas semata.

Tak ayal, pembelaan mulai berdatangan. Tidak hanya dibela Galliani, para suporter kini menyuarakan pembelaan pada eks pelatih Cagliari ini. Pembelaan juga datang dari mantan pelatih seperti Fabio Capello hingga jurnalis ternama seperti Gabriel Marcotti. Allegri mungkin (belum) menjadi pelatih juara, gelar scudetto Milan di musim perdananya dianggap andil dari pemain-pemain bagus milik Milan. Namun memecatnya jelas sebuah langkah mundur.

Dengan faktor-faktor diatas, Allegri dan Montella patut mendapat apresiasi.

Best Player: Edinson Cavani
29 gol di liga yang terkenal dengan pertahanan ketat jelas menunjukkan kualitas kelas dunia Cavani. Penyerang Uruguay ini mencetak 40% dari total gol Napoli, dan dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan kelas permainan.

Andai Stephan El Shaarawy mampu memainkan permainan terbaiknya sepanjang musim, Il Faraone dapat menjadi kandidat yang menggusur Cavani, namun kedatangan Mario Balotelli mereduksi ruang kreasinya di Milan. Ia hanya butuh waktu untuk meledakkan potensinya di masa depan.

Balotelli jelas menjadi kandidat kuat setelah mampu mencetak 12 gol dari 13 laga bersama Milan di putaran kedua. Namun kurang fair menominasikannya ke jajaran best players karena ia baru datang di pertengahan musim. Musim depan boleh jadi akan menjadi musim sempurna bagi Super Mario.

Seperti yang telah disinggung diatas, Arturo Vidal menjelma menjadi pemain kelas dunia milik Juventus. Ia terus meningkatkan kemampuannya dalam mencetak gol, tanpa melupakan tugasnya sebagai gelandang tengah. Kontribusi 10 golnya tidak diragukan lagi sangat berperan besar pada raihan gelar Juventus musim ini.

Best XI: Buffon; Barzagli, Bonucci, Chiellini; Cuadrado, Pirlo, Vidal, Montolivo, Marquinhos; Cavani, Balotelli. 

No comments:

Post a Comment