Liga Italia
musim kompetisi 2012/2013 telah usai dengan Juventus keluar sebagai pemenang,
sekaligus mempertahankan gelar juara yang juga mereka raih musim lalu.
Best Team: Juventus
Juvetus
menyelesaikan kompetisi dengan poin 87 atau 9 poin diatas pesaing terdekat,
Napoli. Partai pekan ke 35 kontra Palermo menjadi pekan penahbisan La Vecchia
Signora sebagai juara. Pencapaian Si Nyonya Tua musim ini mungkin masih kalah
spektakuler ketimbang musim lalu, dimana mereka mengakhiri musim tanpa terkalahkan.
Dan dilihat dari kualitas peserta, lawan-lawan tradisional Juve musim lalu
masih jauh lebih kuat daripada kondisi mereka kini.
Juventus cukup
diuntungkan dengan kondisi AC Milan dan Inter Milan yang jauh dari stabilitas
finansial yang ideal. Karena masalah finansial tersebut, Milan memulai musim
ini dengan penjualan besar-besaran pemain bintang mereka.
Tidak heran Milan
mengukir start buruk yang kemudian mengeliminasi mereka dari perebutan gelar
juara. Beruntung dengan determinasi dan keteguhanny, pelatih Max Allegri mampu
menemukan formula yang tepat. Allegri mampu mengoptimalkan pemain muda seperti
Stephan El Shaarawy dan Mattia De Sciglio, serta mengembalikan performa Mario
Balotelli pada puncaknya. Serangkaian hasil positif kemudian mengerek posisi
Milan hingga tangga ketiga.
Dilain pihak, kondisi
Inter Milan lebih mengenaskan lagi. Setelah menjadi tim pertama yang
menundukkan Juve musim ini bulan November tahun lalu, peruntungan Nerazzuri
berubah drastis. Kombinasi antara buruknya kebijakan transfer dan cedera yang
menimpa sebagian besar pemain andalan membuat tim asuhan Andrea Stramaccioni
anjlok ke posisi sembilan. Performa pertahanan Inter bahkan sangat menyedihkan
karena mereka kebobolan 57 kali, atau berada di urutan kedua terbawah dibawah
tim juru kunci Pescara yang kebobolan sebanyak 84 kali.
Pesaing terkuat
Juventus musim ini adalah Napoli. Il Partenopei memang telah memantapkan posisi
sebagai tim yang stabil di papan atas Seri a dalam beberapa tahun kebelakang. Meski
harus kehilangan salah satu pilar penyerangan, Ezequiel Lavezzi, namun pelatih
Walter Mazzari mampu mengatasi hal tersebut. Namun konsistensi penampilan memang
menjadi musuh utama Napoli, hal yang tidak bisa ditolerir dalam sebuah
kompetisi yang panjang.
Meski banyak
memunculkan tim-tim yang segar dan menarik seperti Fiorentina, yang dibawah
asuhan Vincenzo Montella disebut memainkan sepak bola terbaik, namun Juventus tetaplah
terlalu kuat bagi seluruh lawan mereka. Ditopang kekuatan finansial yang mereka
dapatkan hasil kepemilikan stadion sendiri, mereka mampu mempertahankan
keutuhan skuat yang sudah solid musim lalu.
Gianluigi Buffon
masih disokong trio Giorgio Chiellini-Andrea Barzagli-Leonardo Bonucci yang
membentuk lini pertahanan terkuat di Italia. Kontribusi mereka, yang dilapis
dengan baik oleh Martin Caceres membuat gawang Buffon hanya bobol 24 kali,
alias yang tersedikit di liga.
Mungkin terlalu
umum jika mengatakan bahwa kekuatan utama sebuah tim ada di lini tengah. Namun
bagi Juventus, lini tengah memang nyawa mereka. Setelah musim lalu memunculkan
trio Andrea Pirlo-Arturo Vidal-Claudio Marchisio, pelatih Antonio Conte
kemudian mendatangkan pemain muda bernama Paul Pogba yang penampilannya
mengejutkan. Meski tidak selalu tampil sebagai starter, kehadiran Pogba tetap
mampu menjaga stabilitas lini tengah Juventus.
Selain
keberadaan Pirlo yang tetap impresif, Juventus patut berterimakasih pada seorang
Arturo Vidal, yang kian bertransformasi menjadi pemain kelas dunia. Koleksi 10
golnya musim ini menjadikannya pencetak gol terbanyak Si Nyonya Tua, bahkan
setara dengan torehan leading scorer dari posisi penyerang mereka, Mirko
Vucinic.
Vidal adalah
pemain komplit yang memiliki kombinasi kemampuan bertahan dan menyerang yang
eksepsional, didukung dengan konsistensi permainan yang mengagumkan. Tugas Juve
selanjutnya adalah mempertahankan pemain ini dari kejaran klub-klub top Eropa
yang pasti memburunya.
Dari sisi
taktik, pelatih Antonio Conte sempat terjebak dengan skema permainan yang sama.
Terdapat periode sulit mereka di awal tahun saat tim ini beberapa kali meraih
hasil kurang baik, diantaranya menyerah 1-2 di kandang sendiri atas Sampdoria. Cedera
yang menimpa Chiellini nyatanya cukup berpengaruh karena Federico Peluso yang
didatangkan di pertengahan musim dari Atalanta tidak langsung nyetel dengan
skema permainan. Namun setelah pulihnya Chiellini, Juventus kembali ke jalur
permainannya semula.
Best Allenatore: Max Allegri &
Vincenzo Montella
Sulit memilih
siapa yang terbaik diantara dua orang ini. Keduanya melatih tim dengan
kesulitan masing-masing. Jika Montella melatih tim yang musim lalu terpuruk
nyaris degradasi, Allegri melatih tim besar dengan ekspektasi tinggi namun
dengan kondisi skuat yang dirombak total dan presiden yang tidak lagi
mempercayainya.
Montella mampu
memberikan pemandangan segar di Seri a dengan komposisi pemain pilihannya. Pemain
belakang dan tengah mereka dianugerahi kemampuan untuk memainkan bola dengan
baik. Lini tengah yang dikomando David Pizzaro dan Borja Valero mengalirkan
bola dengan sangat baik, Manuel Pasqual bermain cemerlang dan Juan Cuadrado
memainkan musim terbaiknya. Tidak ketinggalan, Montella mampu memaksimalkan
talenta duo Balkan, Adem Ljajic dan Stevan Jovetic hingga dua pemain ini
menjadi pemain instrumental bagi tim ini.
Pencapaian mereka
yang hanya berselisih 1 poin dari Milan di zona Liga Champions bukanlah
pencapaian sembarangan. Mereka juga meraihnya dengan permainan memikat dan gol
yang banyak. Mereka hanya kalah sebiji gol dari Napoli yang muncul sebagai tim
paling produktif musim ini. Il Gigliati memetik buah dari rangkaian pergerakan
cerdik mereka di bursa pemain. Tercatat pemain-pemain yang baru mereka
datangkan musim ini sebagian besar menjadi andalan sepanjang musim.
Sementara
Allegri telah menunjukkan kinerja terbaiknya meski keadaan sama sekali tidak
bersahabat dengannya. Pelepasan pemain bintang dan pemain senior jelas bukan
kemauannya. Ia memang kerap keras kepala dengan berusaha menempatkan Kevin
Prince Boateng di posisi trequartista, padahal sang pemain lebih cocok di
posisi central midfielder.
Namun diluar itu
ia tetap memiliki andil dalam dominannya lini tengah Milan di setiap laga.
Milan hanya kalah dari Juventus dalam hal rataan penguasaan bola, dengan
Riccardo Montolivo yang kian menanjak penampilannya. Allegri juga mampu memecahkan
problem di sektor full back dengan memasang Kevin Constant bergantian dengan De
Sciglio di posisi bek kiri. Ia juga terus mempercayai Abate meski sang pemain
kerap bermain buruk, dan kepercayaan tersebut membuat permainan terbaik Abate
berangsur kembali.
Allegri juga
pada akhirnya menemukan kombinasi duo bek tengah terbaik dalam diri Philippe
Mexes dan Cristian Zapata. Dua pemain ini berkualitas jauh dibawah Sandro Nesta
dan Thiago Silva yang telah pergi, namun meski demikian Allegri mampu
memaksimalkan mereka setelah rangkaian percobaan nyata di pertandingan demi
pertandingan. Bukan analisa diatas kertas semata.
Tak ayal,
pembelaan mulai berdatangan. Tidak hanya dibela Galliani, para suporter kini
menyuarakan pembelaan pada eks pelatih Cagliari ini. Pembelaan juga datang dari
mantan pelatih seperti Fabio Capello hingga jurnalis ternama seperti Gabriel
Marcotti. Allegri mungkin (belum) menjadi pelatih juara, gelar scudetto Milan
di musim perdananya dianggap andil dari pemain-pemain bagus milik Milan. Namun memecatnya
jelas sebuah langkah mundur.
Dengan
faktor-faktor diatas, Allegri dan Montella patut mendapat apresiasi.
Best Player: Edinson Cavani
29 gol di liga
yang terkenal dengan pertahanan ketat jelas menunjukkan kualitas kelas dunia
Cavani. Penyerang Uruguay ini mencetak 40% dari total gol Napoli, dan dari
tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan kelas permainan.
Andai Stephan El
Shaarawy mampu memainkan permainan terbaiknya sepanjang musim, Il Faraone dapat
menjadi kandidat yang menggusur Cavani, namun kedatangan Mario Balotelli
mereduksi ruang kreasinya di Milan. Ia hanya butuh waktu untuk meledakkan
potensinya di masa depan.
Balotelli jelas
menjadi kandidat kuat setelah mampu mencetak 12 gol dari 13 laga bersama Milan
di putaran kedua. Namun kurang fair menominasikannya ke jajaran best players
karena ia baru datang di pertengahan musim. Musim depan boleh jadi akan menjadi
musim sempurna bagi Super Mario.
Seperti yang
telah disinggung diatas, Arturo Vidal menjelma menjadi pemain kelas dunia milik
Juventus. Ia terus meningkatkan kemampuannya dalam mencetak gol, tanpa
melupakan tugasnya sebagai gelandang tengah. Kontribusi 10 golnya tidak
diragukan lagi sangat berperan besar pada raihan gelar Juventus musim ini.
Best XI: Buffon; Barzagli, Bonucci,
Chiellini; Cuadrado, Pirlo, Vidal, Montolivo, Marquinhos; Cavani, Balotelli.
No comments:
Post a Comment