Saya ambil contoh penggemar sepak bola yang hipster.
Jika penggemar sepak bola biasa
hanya mengikuti pertandingan berlabel big match atau partai final Liga Champions agar terdengar up to date dan berwawasan luas, maka penggemar sepak bola hipster ini mengikuti permainan sepak bola dari manapun. Menonton sepak bola adalah kepuasan bagi mata dan hati, untuk itu ia juga mengikuti perkembangan
liga-liga dari negara antah berantah seperti klub Terek Grozny, Kaiser Chief, St. Pauli, Otelul Galati, MTK, Bursaspor, Fluminense dan sejenisnya.
Atau jika masih tetap ingin
menempelkan diri secara malu-malu pada liga mainstream, mereka akan mendukung
klub semenjana dari liga-liga utama seperti Stoke City, West Ham United, Torino, Werder Bremen, Sochaux, dan sejenisnya.
Ada beberapa motif para penggemar
hipster ini memilih cara yang beda dalam menikmati sepak bola. Beberapa orang akan melakukan apapun demi sebutan prestisius itu. Sebutan yang
terdengar keren karena kita akan terlihat pintar, memiliki selera yang lain
dari yang lain, mendukung klub yang lain dari yang lain. Jauh lah dengan glory hunter.
Saya bukan hipster. Saya menyukai
klub seperti AC Milan, Barcelona atau PSG. Sesekali ingin dibilang unik, tinggal bilang kalau saya juga kerap mengikuti Borussia Dortmund, Athletic Bilbao dan CSKA Moskow.
Dalam hal
tulisan, saya juga tidak hipster. Saya membahas hal yang umum-umum saja yang saya kuasai, tidak pernah berusaha untuk membahas hal keren padahal saya tidak mengerti. Memang ada kalanya dalam hati saya begitu ingin terlihat
keren, cerdas dan berbudaya tinggi seperti penulis-penulis ternama. Atau saya juga kadang ingin
seperti Swiss Ramble yang memiliki analisa keuangan setara seorang business
analyst senior yang begitu rajin mengupas kulit demi kulit finansial dari
sebuah klub.
Ada kalanya saya terjebak
di antara mereka, para penulis hebat. Selepas membaca tulisan dari si A, tulisan saya bisa bergaya
seperti si A. Begitu pula ketika saya habis membaca tulisan si B. Kekaguman saya
pada sosok B membuat saya tertarik untuk mengikuti gaya tulisannya.
Tapi, bukan berarti saya berusaha mati-matian untuk menyamakan frekuensi pengetahuan dan cara menulis seperti mereka.
Tapi, bukan berarti saya berusaha mati-matian untuk menyamakan frekuensi pengetahuan dan cara menulis seperti mereka.
Saya tahu
betul bahwa seorang imitator tidak akan pernah mendekati bagusnya sang penulis
asli. Kita semua memiliki tokoh inspirasi dalam menulis, tapi sebisa mungkin saya
mencoba menulis dengan gaya dan bahasa sendiri. Bagus atau jelek, saya tidak peduli
kata orang. Niat saya dalam menulis adalah saya ingin membuat tulisan yang
bermanfaat, bukan tulisan yang bagus banget atau tulisan bombastis sehingga menjadikan penulisnya terkenal.
Memang dari awal, tujuan saya menulis sepak bola hanya dua: mendapat teman baru dan berbagi informasi. Di luar dua hal itu, saya gak ikutan.
Memang dari awal, tujuan saya menulis sepak bola hanya dua: mendapat teman baru dan berbagi informasi. Di luar dua hal itu, saya gak ikutan.
Lalu, seperti apa ya penulis sepak bola yang hipster itu?
Hipster-nya penulis atau penggemar
sepak bola lebih kepada kemampuannya mengangkat topik yang berbobot dan inspiratif
maupun fakta-fakta tertentu yang tak terpikirkan orang lain. Write not-ordinary football topics
before it was cool.
Lalu bagaimana jika topik yang tidak biasa itu sudah semakin banyak diangkat? Well, mungkin saja, para dewan founding father
penulis hipster itu akan mengganti gaya penulisan karena menganggap topiknya
sudah umum.
Apakah dengan menjadi
penggemar hipster berarti anda lebih baik daripada yang lain? Belum tentu, dan juga
tidak penting membahas hal ini.
Hipster atau bukan, penulis sepak bola memiliki taste tersendiri bagaimana gaya bahasanya. Anda pasti bisa
membedakan mana tulisan yang memiliki nilai
estetika dari tata kalimatnya maupun diksi yang ia ambil. Lalu seperti apa opini yang ia bangun, mana tulisan yang terlalu menggurui, mana yang pamer ilmu, mana yang mencoba mengerdilkan penulis lain, mana yang menyadur, mana sekadar menerjemahkan.
Apapun itu, mari menulis. Mari mencintai sepak bola bersama-sama dengan khidmat. Buat apa sih saling jegal.
Apapun itu, mari menulis. Mari mencintai sepak bola bersama-sama dengan khidmat. Buat apa sih saling jegal.
No comments:
Post a Comment