Pages

Thursday, September 20, 2012

Melodrama Cristiano Ronaldo dan Pajak

Look at me, I am somebody. Repeat after me!
 
 
Cristiano Ronaldo memang memiliki ego yang super tinggi dan keranjingan publisitas yang akut. Di saat publik sepantasnya mendaulat Andres Iniesta, sang peraih gelar pemain terbaik Eropa menjadi pengisi headline berbagai media, Ronaldo membikin sensasi yang memang mau tidak mau akan menarik atensi para jurnalis.
 
Dengan gayanya yang seperti siswa Taman Kanak-Kanak yang habis diomeli gurunya, Ronaldo meringis hampir di sepanjang pertandingan melawan Granada, memegangi pahanya yang menurutnya nyeri, dan puncaknya adalah ekspresi dinginnya sesaat setelah dia mencetak gol keduanya. Ketika dicegat wartawan di mixed zone, Ronaldo dengan tampang kusutnya menjawab pertanyaan wartawan.
“Jika aku tidak merayakan gol yang kucetak, berarti aku sedang tidak bahagia.” Begitulah pembukaan kalimat kegalauan sang bintang.
 
Ronaldo, menutupi rambut penuh gel-nya dengan topi, melanjutkan bahwa klub tahu persis permasalahan yang dihadapinya. Spekulasi berkembang liar, bagaikan efek bola salju.
 
Ada yang berpendapat bahwa kesedihannya berpangkal pada perlakuan klub kepada sahabat-sahabat satu timnya, Ricardo Kaka, Fabio Coentrao, dan Ricardo Carvalho, yang tidak sepantasnya. Ada pula yang mengaitkan pernyataan Marcelo bahwa Iker Casillas pantas memenangi penghargaan pemain terbaik, lalu kegagalan Portugal di kejuaraan Piala Eropa serta kegagalannya meraih gelar pemain terbaik Eropa juga mungkin berpengaruh pada mood sang pencetak 150 gol bagi Los Blancos ini.
 
Tidak ada yang tahu pasti kenapa Ronaldo bersikap demikian, hanya dia, Tuhan dan klub yang tahu. Namun dari perspektif uang, jumlah 32 juta euro boleh jadi adalah penyebabnya.
 
Ronaldo kabarnya digaji 10 juta euro, sudah bersih dipotong pajak. Bersama Kaka, mereka adalah pemain bergaji tertinggi di skuad Los Galacticos. Ronaldo, dengan segala kehebatan dan kontribusinya pada klub, merasa pantas untuk mendapatkan kenaikan gaji, sekaligus menjadikannya pemain dengan penghasilan terbesar di dunia.
 
Walaupun mengakui bahwa kontribusi CR7 sangat eksepsional, hitung-hitungan pajak memaksa para petinggi klub menunda lebih lama permintaan kenaikan gaji Ronaldo. Ronaldo, bersama Kaka adalah pemain yang didatangkan pada saat The Beckham Law masih berlaku.
 
The Beckham Law ini memberi klub fasilitas perpajakan menggiurkan bukan hanya untuk pesepakbola asing, namun juga untuk seluruh ekspatriat berpenghasilan diatas 600 ribu euro setahun. Spirit pemerintah Spanyol saat itu adalah mengundang sebanyak-banyaknya ekspatriat ke negara tersebut guna memanfaatkan keahlian mereka dan menjadikan negeri matador lebih maju dalam segala bidang. Dalam kacamata sepak bola, mereka ingin menjadikan kompetisi liga Spanyol menjadi tujuan pemain-pemain terbaik dunia.
 
Klub-klub mereka melakukan pembelian besar-besaran para pemain asing, dimulai dari kedatangan David Beckham ke Real Madrid. Mereka memanfaatkan rendahnya tarif pajak untuk bisa menggaji pemain asingnya lebih besar lagi, sehingga mereka mampu memenangkan persaingan transfer pemain dengan negara-negara yang tarif pajaknya lebih tinggi. Lebih jauh, Beckham Law ternyata hanya membuat kompetisi La Liga mengalami ketimpangan yang menyamai Scottish Premier League saat Glasgow Rangers masih bercokol disana. Beckham Law ini nyatanya paling banyak dinikmati oleh klub-klub seperti Real Madrid dan Barcelona. Kedatangan pemain-pemain terbaik membuat kekuatan dua tim ini sulit disaingi kontestan lain.
 
Lho, bukannya Beckham Law sudah dicabut? Memang benar. Namun Ronaldo saat kedatangannya ke Madrid tahun 2009 menandatangani kontrak kerja dimana Beckham Law masih berlaku. Artinya hingga kontraknya usai di tahun 2015, fasilitas perpajakan berupa tarif 24,75% masih dinikmati Real Madrid. Hitung-hitungan sederhana, Madrid dalam rentang waktu 2009 hingga 2015 nanti akan membayar pajak kurang lebih 15 juta euro hasil dari perkalian 24,75% dari 10 juta euro per tahun.
Hitung-hitungan diatas bisa berantakan jika sekarang Ronaldo merengek meminta kenaikan gaji, yang kabarnya mencapai 15 juta euro per tahun. Dicabutnya Beckham Law mulai tahun 2010 dan kenaikan tarif pajak Spanyol hingga 53% imbas dari krisis ekonomi membuat situasi menjadi tidak lagi sederhana. Memenuhi permintaan kenaikan gaji Ronaldo tidaklah sesederhana memenuhi permintaan anak kecil akan sebuah permen lolipop.
 
Dengan asumsi kontraknya akan diperpanjang dengan durasi empat tahun hingga tahun 2016, pajak yang harus dibayar oleh Real Madrid dari sisa kontrak Ronaldo akan membengkak menjadi 32 juta euro. Petinggi Real Madrid tentu tidak akan begitu saja menyetujui tuntutan Ronaldo, seberapapun hebatnya dia. Tuntutan efisiensi dari kabinet Perdana Menteri Mariano Rajoy plus perangkat Financial Fair Play Michel Platini membuat klub sepak bola sekaya Real Madrid pun kini tidak bisa lagi seenaknya menghambur-hamburkan uang mereka.
 
Sepak bola, seberapapun menarik dan berpengaruhnya pada sebagian besar penduduk bumi, sudah menjadi olahraga yang terlalu mahal.
 

No comments:

Post a Comment