Pages

Friday, June 12, 2015

Eskalasi Rumor Transfer dan Dipertahankannya Solusi Instan

“Milan dilaporkan tengah mengincar pemain-pemain ini: Mats Hummels, Joao Miranda, Geoffrey Kondogbia, Jackson Martinez dan… Zlatan Ibrahimovic.”

Begitulah berita yang belakangan ini tersebar di media-media Italia tentang rencana transfer Milan musim panas ini. Suntikan dana 480 juta euro hasil pembelian 48% saham Milan oleh pihak investor Asia yang diwakili oleh seorang pria Thailand bernama Bee Taechaubol pun menjadi angin segar, terutama bagi Milanisti yang amat merindukan kejayaan.

Rumor transfer pemain-pemain Milan begitu cepat berubah sejak berita akuisisi saham ini. Setelah sebelumnya rumor diisi oleh pemain seperti Jose Mauri, Pedro Obiang, Nikola Maksimovic dan para penggawa klub-klub papan tengah Seri A lainnya, kini Milan dihubungkan dengan nama-nama besar Eropa. Namun haruskah keadaan ini disikapi dengan kesenangan berlebih? Tidak, tentu saja. Eskalasi rumor target pemain memang begitu menarik untuk disimak, namun lebih dari itu, tidakkah seharusnya klub ini menempatkan Financial Fair Play (FFP) dan pembenahan struktur gaji sebagai prioritas utama ketika akan membangun kembali?

Katakanlah, anda sudah lima tahun hidup prihatin, plus dengan hutang bank mencapai 2 miliar rupiah. Lalu misalnya anda menemukan sebongkah besar batu akik yang ternyata bernilai 3 miliar rupiah, apakah anda akan memilih untuk berfoya-foya membeli rumah dan mobil baru namun tidak melunasi hutang terlebih dahulu?

Sepertinya seperti inilah cara Milan dikelola saat ini. Padahal, kerugian mereka tahun 2014 sudah mencapai 91 juta euro, dan biaya gaji dari skuat gemuk mereka mencapai nyaris 100 juta euro. Belum lagi berbicara hutangnya sebesar hampir 300 juta euro. Namun tanpa lebih dulu membereskan persoalan-persoalan besar ini, mereka sudah mengincar nama-nama papan atas?

Senada dengan entri terbaru dari seorang Milanista asal California, Amerika Serikat bernama Elaine, saya juga memiliki kekhawatiran yang sama dengannya. Dalam tulisannya, Elaine telah memaparkan dengan jelas bagaimana manajemen Milan terus mengandalkan solusi instan dan tidak adaptif akan tuntutan pengelolaan sepak bola modern. Sebagai contoh paling mengena, Elaine mempertanyakan urgensi pembelian pemain-pemain bintang ini dibandingkan dengan rencana pembangunan stadion.

Kehausan akan kejayaan memang bisa membuat kita berpikir pendek. Cobalah sesekali pergi menonton kejuaraan sepak bola junior lokal di mana para pemain cilik ini bertanding dengan disaksikan para orang tuanya. Dalam beberapa menit, anda akan melihat sendiri bagaimana perilaku para orang tua ini. Mereka memaki semua orang, mulai dari wasit, pemain lawan, pelatih, bahkan anaknya sendiri ketika gagal mengeksekusi sebuah peluang gol. Tanpa bermaksud menggeneralisir, ini adalah pertunjukan karakter dari sebuah bangsa yang memang tidak pernah menang dalam sepak bola. Padahal dalam ilmu pembinaan pemain muda mana pun, sepak bola kanak-kanak bukanlah soal meraih kemenangan.

Menggapai kejayaan dengan cepat pasca keterpurukan mungkin hanya bisa diwujudkan dalam dunia game. Anda bisa memainkan kode cheat atau apapun di sana untuk memenangkan jagoan dan memukul musuh yang senjatanya berkali-kali lipat lebih canggih. Namun pada kenyataannya, anda tidak bisa langsung menyuruh berlari kepada seseorang yang yang baru pulih cedera patah kaki, kecuali anda adalah The Rock dalam film Fast Furious 7. 

Dibutuhkan kesabaran dan kesadaran untuk membangun Milan dari awal. Jika memang harus menjual 70% anggota skuat utama terlebih dahulu, ya lakukan saja. Dan jika memang harus mulai mengisi skuat dengan pemain-pemain muda dari klub-klub papan tengah Italia, mengapa tidak? Toh memang Milan sudah berada di papan tengah dalam dua musim terakhir.

Jika memang harus menyebut nama, saya lebih suka jika Milan memprioritaskan kedatangan Andrea Bertolacci, Alessandro Romagnoli, Nikola Maksimovic, dan Daniele Baselli untuk disandingkan dengan pemain-pemain yang ada sekarang namun tampil eksepsional musim lalu, seperti Jack Bonaventura, Diego Lopez, atau Stephan El Shaarawy yang sudah mulai kembali pada performa terbaik.

Jika pun memiliki dana untuk membeli pemain bintang, saya berpendapat cukup satu saja untuk setiap lini. 

No comments:

Post a Comment