Ada beberapa poin penting yang
dapat diangkat sehubungan dengan ‘keberhasilan’ Milan memaksakan hasil imbang
dalam laga lawan Torino, Minggu (15/9) dini hari lalu. Saya lebih suka menyebutnya
‘keberhasilan’ karena memang hasil ini sangat menyakitkan buat Torino. Mereka
pantas meraup tiga poin dari Milan yang masih kagok dengan pola 4-3-1-2.
Poin pertama adalah kegagalan
pola 4-3-1-2 di laga ini. 4-3-1-2 bukanlah pola asing. Musim lalu, mereka juga
menggunakannya pada awal musim (dan hasilnya jelek) sampai kemudian mereka
stabil dengan pola 4-3-3. Salah satu titah Berlusconi pada Allegri di libur
kompetisi adalah dipakainya kembali pola 4-3-1-2. Berlusconi tidak asal suruh,
ia kemudian memberikan trequartista-trequartista handal Ricardo Kaka, Riccardo
Saponara lalu kemudian Keisuke Honda nanti di Januari sebagai amunisi
penggunaan 4-3-1-2.
Perubahan pola permainan
membutuhkan waktu adaptasi. Bukan hanya
Kaka yang harus beradaptasi, tapi juga pemain-pemain lain. Kelemahan pola
4-3-1-2 Milan dieksploitasi betul oleh Giampiero Ventura, pelatih Torino yang
menggelar pola 4-2-3-1 (dengan modifikasi 3-5-2), sebuah pola seimbang yang
mengandalkan lebar lapangan. Tiga gelandang serang, Danilo D’Ambrosio, Omar El
Kaddouri dan Alessio Cerci begitu leluasa memanfaatkan sisi lapangan yang
kurang mendapatkan cover dari
pemain-pemain Milan. Sementara Kaka cukup kesulitan karena harus berhadapan
dengan double pivot milik Il Toro,
Giuseppe Vives dan Matteo Brighi.
Cerci menunjukkan kelasnya di
pertandingan ini. Ia bergantian dengan bek sayap Matteo Darmian meneror sisi
kiri pertahanan Milan yang dijaga Urby Emanuelson. Meski bek sayap kiri adalah
posisi naturalnya, namun dalam beberapa musim kebelakang Urby lebih banyak
ditempatkan sebagai gelandang. Bukan hanya Urby tidak optimal, namun ia juga
tidak mendapatkan bantuan dari gelandang-gelandang Milan lainnya. Dengan
demikian, Cerci dengan leluasa melakukan gerakan cutting inside sementara Darmian rajin mengirimkan crossing. Salah satu gerakan cutting inside Cerci ia akhiri dengan assist kepada D’Ambrosio. Cerci juga
dengan padu bekerjasama dengan Ciro Immobile, penyerang yang meski belum
mencetak gol, namun lihai membuka ruang dan memberikan umpan. Gol kedua yang
dilesakkan Cerci adalah buah dari kejelian Immobile.
Jika memakai pola 4-3-3, bek
sayap Milan mendapatkan proteksi dari penyerang sayap, sehingga ancaman lawan
dari sayap lebih terminimalisir. Pola 4-3-1-2 yang lebih narrow membutuhkan fullback
yang komplet alias kuat dalam bertahan dan menyerang, gelandang-gelandang yang
memiliki kemampuan menguasai bola, juga penyerang yang mampu menahan bola.
Milan tidak memiliki ketiganya
pada pertandingan lawan Torino. Absennya Ignazio Abate dan Mattia De Sciglio
sangat berpengaruh. Ricardo Kaka juga tidak mendapatkan bantuan yang cukup dari
Riccardo Montolivo dan Sulley Muntari, sementara Robinho dan Mario Balotelli terlalu
sering kehilangan bola. Tidak heran, Kaka sering terpaksa menjemput bola
melebihi garis tengah lapangan, lalu bingung akan mengumpan kemana.
Poin kedua adalah masih
dipasangnya Robinho dan Muntari sebagai starter. Allegri menganggap penyerang
Brasil ini cocok bermain dengan pola 4-3-1-2, ia juga mencetak gol ke gawang
Cagliari pekan sebelumnya. Namun konsistensi adalah musuh Robinho, yang juga
membuatnya gagal mempertahankan level permainan tertinggi. Ia menunjukkannya
lagi saat laga kemarin. Untungnya, Allegri cepat menariknya keluar di awal
babak kedua.
Sementara Muntari, meski ia
mencetak gol (beruntung), tetapi ia sering memaksakan umpan-umpan diagonal yang
tidak akurat. Situs Whoscored memperlihatkan umpan akurat Muntari rata-rata
hanya dua kali. Jaraknya dengan De Jong dan Montolivo juga terlalu jauh dan ia
juga terlalu sering membuat pelanggaran dengan rataan 3,5 kali.
Poin ketiga adalah perubahan
taktik yang dilakukan Allegri. Masuknya Alessandro Matri turut andil. Matri
memiliki kemampuan flick dan kontrol
bola yang lebih baik ketimbang Robinho, dan itu ditunjukkannya berkali-kali
kemarin. Balotelli mendapatkan lebih banyak peluang ketika Matri masuk. Sayangnya,
pertandingan kemarin bukanlah yang terbaik baginya, kecuali penalti yang
diambilnya di menit akhir.
Sementara itu masuknya Valter
Birsa menggantikan Kaka yang cedera memodifikasi pola 4-3-1-2 ke 4-3-2-1.
Balotelli ditarik lebih kedalam menemani Birsa, meninggalkan Matri sebagai
penyerang tunggal. Dengan pola ini, sisi pertahanan Milan lebih terlindungi
karena Muntari dan Poli kini bermain lebih melebar. Hal yang sedikit aneh namun
sangat menguntungkan Milan adalah ditariknya Alessio Cerci setelah Il Toro
unggul dua gol. Tidak heran Cerci terlihat kesal ketika diganti. Tanpanya,
Torino praktis kehilangan daya sengat dan memberi angin kepada Milan untuk
ganti mendominasi laga.
Dua gol balasan Milan tercipta
setelah Cerci keluar. Artinya, kemampuan Milan merebut satu poin tidak lepas
dari kekeliruan yang dibuat Ventura. Gol-gol yang tercipta juga tidak didapat
dengan cara impresif dan skema open play yang rapi. Milan masih kesulitan membongkar pertahanan lawan dengan
taktik ini, dan sebaliknya lawan begitu mudah mengeksploitasi pertahanan Milan dari
sayap yang kurang mendapatkan cover
dari gelandang. Menghadapi Glasgow Celtic yang memiliki permainan cepat dan
semangat tempur khas Britania di Liga Champions nanti, Milan patut waspada. Apalagi
Montolivo dan Kaka mengalami cedera yang didapat dari laga lawan Torino. Tidak ada
salahnya jika Allegri mencoba menggelar taktik 4-3-2-1 ketimbang memaksakan
4-3-1-2.
No comments:
Post a Comment