Apakah Anda senang bertemu orang-orang baru?
Apakah Anda menyukai keramaian?
Di sebuah pesta, apakah Anda dapat berbaur?
Apakah Anda cepat dekat dengan orang lain?
Apakah Anda nyaman memulai percakapan dengan orang yang baru Anda kenal?
Jika seluruh pertanyaan standar
tes kepribadian tersebut diajukan kepada saya, maka saya dengan mudah akan
menjawabnya dengan kata “Tidak”. Lalu hasilnya, saya akan dibilang sebagai pribadi
yang introvert.
Tapi coba saja jika seluruh
pertanyaan tadi ditambahkan embel-embel sepak bola.
Apakah Anda senang bertemu dengan orang-orang baru yang juga menyukai
sepak bola?
Apakah Anda menyukai keramaian di stadion sepak bola?
Di sebuah acara pertemuan orang-orang penyuka sepak bola, apakah Anda
dapat berbaur?
Apakah Anda cepat dekat dengan orang yang menyukai sepak bola?
Apakah Anda nyaman memulai percakapan dengan orang yang baru Anda kenal,
namun ia menyukai sepak bola?
Untuk semua pertanyaan yang ini,
saya akan menjawab "YA", tentu asalkan orang-orang ini baik hati, tidak sombong, asik dan gak ribet. :)
Itulah yang saya alami dalam
beberapa minggu terakhir. Ketika ketertarikan dengan dunia penulisan sepak bola
sedang meluntur, dan saya semakin (di)tenggelam(kan) oleh urusan pekerjaan di
kantor dan keluarga di rumah, saya malah menemukan komunitas penulis sepak bola yang baru.
Ya, sebetulnya tidak baru-baru
amat, karena nama-nama mereka sudah tidak asing lagi. Kami sudah saling follow dan sering menyapa di
Twitter. Saya juga sering membaca karya-karya mereka, baik di blog pribadi,
blog komunitas, hingga situs-situs sepak bola yang lebih besar. Yang
memudahkan kami berkolaborasi adalah kami sama-sama berdomisili di kota
Depok, Jawa Barat. Jarak yang dekat memang membuat pertemuan jadi lebih mudah. Walaupun sudah era digital, tapi tetap saja tidak ada yang mampu
mengalahkan makna pertemuan tatap muka. Kalau tidak percaya, tanya saja sama yang sedang LDR.
Walaupun kami baru
sekitar sebulanan bertemu, sudah ada dua proyek sehubungan dengan penulisan sepak bola yang kami
jalankan.
Proyek pertama yang sudah saya
jalani bersama teman-teman baru ini adalah Indonesia FC (dengan alamat website www.indonesiafc.com), portal sepak bola yang
baru diluncurkan sekitar Agustus 2016. Masih bayi, dan menurut saya, orang-orang
yang berada di belakang proyek ini cukup nekat, karena sepengetahuan saya, sudah banyak sekali komunitas-komunitas sepak bola di Indonesia, dan dari sekian banyak komunitas itu, banyak pula yang tenggelam.
Tetapi ketika saya ketemuan dengan Imam dan Abi, dua Co-Founder dari Indonesia FC, mereka menjelaskan bahwa kegiatan Indonesia FC tidak berkisar di dunia maya saja. Komunitas dengan akun twitter @indofccom ini juga hendak menggalakkan kegiatan offline antarpenulis sepak bola di kota Depok, yang selama ini boleh dibilang belum ada.
Saya setuju bahwa faktor-faktor yang dapat membuat sebuah komunitas eksis dalam waktu yang panjang adalah konsistensi, konten yang bermutu, dan kegiatan offline yang kontinyu. Kegiatan offline ini memegang peranan penting, karena tentu saja banyak ide-ide yang memang lebih efektif jika dikeluarkan pada saat bertatap muka secara langsung. Sebagai contohnya adalah kegiatan diskusi, kelas menulis, atau penerbitan buku. Dari sini, hubungan antarpenulis pun akan lebih cair.
Jika secara konsep yang digagas sudah kurang lebih sama, mungkin Indonesia FC dapat mengeluarkan ciri khas lewat gimmick-gimmick lain, yang tentu saja tergantung dari tingkat kreativitas dan inovasi dari para pengurusnya.
Saya sendiri merasa senang ketika Indonesia FC mengajak untuk mengisi website mereka. Saya pun menyambut ajakan mereka untuk
berkolaborasi offline di proyek kedua, yaitu sebagai pembicara dalam acara bertajuk
“How To Be A Sport Writer” yang
digagas oleh komunitas lain di depok, yaitu Depok Menulis. Saya juga bertemu
dengan Talita, founder dari Depok Menulis, sebuah komunitas dengan akun twitter @depokmenulis yang menampung
karya-karya literasi yang berhubungan dengan kegiatan menulis, membaca, dan
bahasa.
Seumur-umur, saya lebih suka
mendengar ketimbang menulis ketimbang berbicara. Berbicara, apalagi di
depan orang banyak, adalah kegiatan yang normalnya saya hindari. Tapi ketika
topiknya adalah sepak bola, saya buat pengecualian. Ternyata setelah dicoba,
saya bukanlah seorang pembicara yang jelek-jelek amat, kalo menurut standar
saya sih ya. :)
Acara talk show santai ini berlangsung
kemarin (4/9) di panggung utama Depok Town Square. Ada beberapa wajah baru yang
saya temui, di antaranya Handi (@Indosoccer) yang juga bertindak sebagai
moderator, Ibnu (eks Bolatotal), juga Katon yang sekarang aktif menulis bersama
Fandom Indonesia. Selain mereka, saya juga melihat wajah-wajah lain yang sepertinya amat
tertarik dengan dunia penulisan sepak bola, dan saya juga senang karena turut hadir pula Bang Kubil (@superdepokcyber) yang juga seorang anggota supporter klub Persikad Depok. Oh iya, sebagai tambahan informasi, sejak 2015, laman Indosoccer (www.indosoccer.id) sudah diisi dengan tulisan-tulisan sepak bola Indonesia non berita.
Tambahan lagi, kemarin saya juga
akhirnya bertemu dengan Ruli, admin dari akun twitter @CSKAMoskwaIDN. Dari
perbincangan yang singkat saja, saya bisa langsung menyimpulkan bahwa dialah salah satu
admin twitter fanbase klub yang paling berwawasan. Yah, selama ini saya sih
belum banyak bertemu dengan orang yang begitu lancar menceritakan CSKA Moskow,
Partizan Belgrade, Dinamo Tiblisi, Eduard Streltsov, sampai Vitaly Mutko.
Akhir kata, semoga kami dapat
menjadikan kota Depok sebagai satu lagi kantung literasi sepak bola Indonesia.
Grup whatsapp sudah kami buat, dan semoga memudahkan kami untuk rutin ketemuan. Dan semoga grup ini kelak tidak menjadi
terlalu formil dan kaku layaknya grup kantor yang isinya banyak bos-bos, atau grup besar alumni sekolah yang terlalu serius tapi susah banget kalo diajak ketemuan. :)