Spekulasi tentang penjualan saham AC
Milan oleh sang patron Silvio Berlusconi kepada grup investor dari negeri Cina
akhirnya menjadi kenyataan. Tepat pada tanggal 5 Agustus waktu Italia,
Berlusconi melalui perusahaannya yang juga menjadi induk dari Milan, Fininvest,
resmi melepas kepemilikan Milan sebanyak 99,9% lebih dengan nilai 740 juta euro
kepada grup yang dikabarkan bernama Haixia Capital dan Yonghong Li. Nilai ini termasuk
pelunasan hutang-hutang Milan yang jika dijumlahkan bernilai sekitar 220 juta
euro.
Bersama Berlusconi, Milan telah
menjalani periode pasang surut prestasi. Namun yang patut diingat, Berlusconi
adalah salah satu presiden tersukses dari sebuah klub. Bukan semata jumlah
gelar yang didapat (total 28 gelar dalam 30 tahun, 5 di antaranya Liga
Champions), namun cara Berlusconi mengelola klub pula yang menjadi inspirasi
banyak kesebelasan di Italia, dan mungkin saja bahkan berpengaruh hingga ke
seluruh benua Eropa. Termasuk obsesinya akan keindahan di lapangan, berwujud
sepak bola menyerang dengan permainan atraktif.
Namun kemudian kekuatan finansial
Berlusconi tak lagi mampu menopang kebutuhan Milan, termasuk berkompetisi
dengan para pesaing di domestik maupun kontinental, yang sudah dikelola dengan
lebih modern. Pengelolaan modern dimaksud yaitu menjadikan klub sepak bola
sebagai institusi yang mandiri, atau istilah keuangannya sustainable.
Kepayahan Milan dalam menghadapi
persaingan terlihat dari lemahnya pergerakan di bursa transfer, sehingga
kualitas pemain-pemain yang memperkuat Rossoneri pun tidak mampu menyaingi para
rival. Pun demikian dengan mentalitas pemenang yang sudah hilang sejak para senatori pensiun atau hengkang tahun
2012 silam. Dampaknya begitu jelas, yaitu merosotnya prestasi berujung nihilnya
keikutsertaan di kompetisi antarklub Eropa selama tiga musim beruntun.
Namun hari-hari ini telah berlalu, dan kita masih akan memiliki banyak waktu untuk mengharu-biru mengenang era Berlusconi.
Segera setelah Berlusconi mengumumkan penjualan, Milan kembali bergerak di
bursa transfer dan dipastikan akan diguyur dana transfer sebesar 350 juta euro
yang diberikan secara gradual. Dana 100 juta euro disiapkan untuk musim ini, di
mana 15 juta di antaranya dapat segera cair, dan sisa 85 juta baru akan didapat
tiga minggu dari sekarang, atau paling lambat Januari tahun depan.
Dengan hadirnya pemilik baru dan
keluarnya dana untuk transfer pemain, berikut hal-hal yang perlu segera dilakukan:
Membeli Sedikit Saja Pemain-Pemain Yang Dibutuhkan
Sejak dibukanya bursa transfer 1
Juli kemarin, Milan baru mendatangkan tiga pemain, yaitu penyerang yang juga
merupakan capocannonieri kompetisi
Seri B Italia, Gianluca Lapadula, lalu bek kiri asal River Plate, Leonel
Vangioni, dan yang terbaru adalah bek tengah Lanus asal Paraguay, Gustavo
Gomez. Pembelian Gomez sendiri baru diresmikan sehari sebelum penjualan klub.
Pembelian pemain-pemain ini memang
masih jauh dari kata cukup untuk meningkatkan daya saing. Namun karena waktu
bergulir kompetisi resmi yang semakin dekat, ada baiknya untuk tidak terlalu
banyak mendatangkan pemain baru. Pertimbangannya, akan sulit bagi pelatih
Vincenzo Montella untuk mempersiapkan tim dengan pemain-pemain yang belum
terbiasa dengan metodenya.
Namun sayangnya, Milan baru akan
mendapatkan injeksi 100 juta euro saat bursa transfer musim panas akan ditutup.
Kini menjadi tugas dari Adriano Galliani bersama Marco Fassone, CEO baru yang
ditunjuk oleh grup investor Cina untuk meyakinkan para pemilik klub pemain
incaran untuk setidaknya mau menerima penundaan pembayaran.
Jika memang sulit mendapat
persetujuan penundaan pembayaran itu, ada baiknya Milan segera merampungkan penjualan
pemain. Carlos Bacca yang memang ingin pergi sebaiknya segera dicarikan klub
baru, begitu pula Alessandro Matri dan Luiz Adriano. Dana segar dari penjualan mereka,
ditambah 15 juta euro yang sudah di tangan, dapat digunakan untuk membeli dua
atau tiga pemain.
Mungkin Galliani dan Fassone dapat
memfokuskan diri untuk bernegosiasi ulang dengan bek Villareal, Mateo
Musacchio. Banderol 30 juta dapat dipenuhi segera setelah Bacca dijual. Untuk
gelandang bertahan, Badelj mungkin saja dapat diikat dengan mahar 10-12 juta
euro. Sementara target lain yaitu Juan Cuadrado dan Simone Zaza dapat
diupayakan kedatangannya dengan skema pinjaman dengan kewajiban membeli.
Segera Umumkan Struktur Organisasi Baru
Sembari memperkuat tim dengan
pemain-pemain baru, tidak kalah pentingnya adalah pengumuman struktur
organisasi baru di kursi manajemen. Pembagian peran harus jelas dan tegas, plus
jabatan harus diemban oleh mereka yang memiliki kompetensi. Jika Fassone
menjadi CEO, ada kemungkinan bahwa ia perlu menunjuk direktur olahraga baru,
dan semoga saja berasal dari mantan legenda.
Kehadiran para legenda di jajaran
manajemen tidak hanya berfungsi sebagai duta klub. Lebih dari itu, pengisi
peran ini dapat menggunakan pengaruh dan pengalamannya sebagai pemain untuk
bisa berdiplomasi dengan klub penjual maupun si pemain langsung. Paolo Maldini
sepertinya cocok untuk menduduki jabatan ini.
Hidupkan Kembali Scouting dan Perbaiki Kebijakan Transfer
Pembelian pemain yang dilakukan
Milan dalam tiga tahun ke belakang, dalam pandangan pribadi penulis, tidak
didasari oleh kegiatan scouting yang
dilakukan oleh pemandu bakat. Pembelian dilakukan dengan melihat ketersediaan
pemain di bursa, harga yang cocok atau mengandalkan hubungan baik dengan sesama
direktur olahraga atau pemilik klub lain.
Model seperti ini memang tidak
selamanya salah, namun tidak semestinya selalu dijalankan. Pembelian pemain,
termasuk penggajiannya sebaiknya memperhatikan betul kualitas si pemain dan
kecocokannya dengan kultur dan nilai-nilai klub. Sudah saatnya Milan kembali
membeli pemain-pemain dengan bakat yang nyata, untuk kemudian ditempa menjadi
bintang. Contohnya adalah pembelian pemain-pemain seperti Thiago Silva atau
Ricardo Kaka.
Kerjasama Komersial
Performa keuangan Milan dalam hal
pendapatan komersial sebetulnya sudah bagus. Milan konsisten menjadi klub
dengan pendapatan komersial tertinggi di Italia, dengan nilai total kerjasama berkisar
di atas 100 juta euro setahun. Kehadiran investor dari negeri Cina semestinya
dapat meningkatkan pendapatan Milan dari sektor ini, dengan cara menggali
potensi-potensi kerjasama komersial baru berbentuk sponsorship atau penjualan merchandise.
Rencanakan Pembangunan Stadion Baru
Stadion merupakan hal penting bagi
klub sepak bola di masa ini demi menghimpun seluruh potensi pendapatan. Di
Italia, sepanjang pengetahuan penulis, tidak ada stadion sepak bola baru yang
dibangun pemerintah. Negara ini terakhir kali menyelenggarakan kejuaraan sepak
bola ataupun olahraga berskala global tahun 1990 lalu, sehingga tidak ada
urgensi untuk membangun stadion baru.
Milan tidak dapat meniru langkah West
Ham United yang menyewa London Olympic Stadium, stadion yang dibangun
pemerintah kota untuk menyambut Olimpiade London tahun 2012 sebagai kandang
baru mereka menggantikan Boleyn Ground. Yang dapat Milan lakukan adalah
membangun stadion baru, proyek yang sebetulnya pernah diinisiasi oleh Barbara Berlusconi
tahun 2015, namun gagal karena harga tanah yang terlalu mahal di distrik Portello.