Milan menang
dalam 4 laga beruntun. Diawali laga melawan Fiorentina, kemudian berlanjut pada
Chievo, Genoa dan Catania. Sebuah streak
kemenangan terbanyak musim ini, seakan memperlihatkan bahwa tim ini sudah back on track dan siap menyongsong musim
depan yang lebih baik.
Benarkah demikian?
Anda boleh
berpendapat lain, namun saya sudah beberapa tahun belakangan
tidak menyukai apa yang terjadi pada tim ini. Yang
saya maksud adalah visi dari manajemen. Tanpa bermaksud sok tahu, dari yang
saya baca (mungkin bacaan yang sama dengan kalian), Milan memang tidak mampu
mengganti para pemain bintangnya yang hengkang akibat krisis finansial yang
melanda.
Bukan itu
yang sebetulnya mengganggu, well, krisis finansial memang tak terhindarkan
apalagi dengan berbagai kontroversi yang dibuat Berlusconi yang salah satunya
membuat Milan harus turut menganggung denda 500 juta euro yang dibebankan
kepada Fininvest, salah satu perusahaan Berlusconi. Namun yang cukup mengganggu
adalah, Milan hanya melakukan perekrutan yang sifatnya tambal sulam. Ibarat sebuah
mobil, Milan sudah waktunya turun mesin, namun bukannya melakukan itu malahan
sibuk mengecat body agar tetap terlihat kinclong. Melihat hal ini, saya jadi
sepenuhnya memahami curhat Paolo Maldini yang berkata bahwa Milan memang tidak
memiliki real project. Skuat yang ada hanya bermanfaat 2-3 tahun, yang tentunya tidak mengherankan jika tidak terjalin kekompakan, apalagi menimbulkan kebanggaan dan identitas.
Memang bukan
perkara mudah. Ini adalah kebijakan yang diambil, dan yang namanya kebijakan,
bisa benar dan bisa salah. Dalam hal ini, saya pribadi menilai Milan telah
keliru dalam mengabaikan pendidikan pemain muda. Setelah Billy Costacurta,
Demetrio Albertini dan Max Ambrosini, siapa lagi yang lolos ke tim utama? Justru
mereka harus menebus Ignazio Abate, Luca Antonini dan juga Alessandro Matri
setelah mereka bersinar lebih dulu di klub lain. Atau, mereka harus rela melihat
Pierre Aubameyang, Marco Donadel, dan bahkan Matteo Darmian yang ternyata cukup
cemerlang setelah klub-klub lain memberikan kepercayaan.
Bagi Milan,
adalah penting untuk lolos setiap tahun ke kompetisi Eropa agar pendapatan
mereka stabil, sehingga mereka mampu membayar gaji pemain-pemain yang menurut
pendapat saya berkemampuan nanggung. Bukankah lebih baik mengembangkan
pemain-pemain muda dari akademi lalu mengombinasikannya dengan talenta-talenta
muda dari klub lain walaupun harus membeli mahal sedikit? Daripada membeli
pemain gratis berusia 28-32 tahun namun masa jayanya telah lewat dan gajinya di
atas 1,5 juta euro?
Satu-satunya
yang patut diapresiasi dari kebijakan Milan adalah menyangkut marketing. Di liga
Italia, merekalah yang mendapatkan pemasukan tertinggi dari segi sponsorship. Dalam
hal ini, Milan memang telah banyak mencontoh klub-klub Inggris. Selain cukup
aktif di social media, Milan juga (dengan nama besar Berlusconi) mampu menjalin
berbagai kerjasama komersial menguntungkan, yang berbuah pendapatan di atas 100
juta euro per musimnya.
Namun sayangnya
kerjasama komersial ini juga berkorelasi dengan prestasi. Dengan menduduki zona
champions, tentu banyak pihak yang masuk sebagai sponsor. Untuk itulah selalu
ada tekanan masuk zona Champions tiap musimnya agar mendapatkan dana untuk
membayar hutang, dan tentunya hal ini memerlukan dana untuk membeli
pemain-pemain berpengalaman. Catat, pemain berpengalaman yang didapat dengan free transfer bukan berarti tidak perlu
biaya sama sekali, karena mereka tentunya memiliki gaji besar.
Dengan menurunnya
prestasi Milan sekarang ini, ditambah ancaman tidak lolos ke kompetisi antar
klub Eropa, memang semestinya sudah saatnya bagi Milan untuk melakukan overhaul
secara besar-besaran. Buang pemain-pemain senior bergaji besar minim
kontribusi, percayakan pemain-pemain akademi macam Bryan Cristante dan Andrea
Petagna. Beli pemain muda potensial, mahal sedikit gak masalah, namun efeknya
berkepanjangan.
Dan tentunya
dengan tidak mengikuti kompetisi Eropa, Milan sadar betul bahwa mereka tidak
memiliki pendapatan cukup untuk membayar biaya gaji di atas 150 juta euro
setahun. Semestinya keadaan ini memaksa mereka untuk melakukan restrukturisasi
gaji musim depan, caranya ya dengan melepas pemain-pemain berkategori senior
gaji besar minim konribusi tadi. Tidak perlu berharap untuk kembali lolos ke
Liga Champions musim depan, melihat Juventus, Roma, Napoli, bahkan Inter Milan
masih akan setangguh sekarang musim depan. Betulkan mesin, jangan hanya
kilapkan cat.